Wacanakan Regrouping Dua SD

PINDAH. Dua SD yang berada di sebelah pasar tradisional Jalan Markasan yang diwacanakan akan dipindahkan ke MTQ lama di Desa Kenual Kecamatan Nanga Pinoh. Dedi Irawan/RK

eQuator.co.id – Nanga Pinoh-RK. Kondisi pasar yang kumuh serta mengeluarkan bau yang tak sedap tidaklah memberikan lingkungan yang sehat bagi para pelajar sekolah. Hal itulah membuat Dinas Pendidikan (Disdik) Melawi mewacanakan pemindahan dua SD yakni SD 11 dan SD 5 Nanga Pinoh yang berada di samping Pasar Sayur di jalan Markasan. Relokasi SD ini bahkan sudah disuarakan langsung Bupati Melawi, Panji beberapa waktu lalu.

“Saya setuju SD ini dipindahkan. Kalau bisa dua SD ini nantinya di-regrouping (disatukan) menjadi satu. Wacananya bahkan sudah muncul sejak saya masih duduk di dewan. Maka nanti silahkan aturannya dipelajari dulu soal pemindahan ini,” katanya.

Bukannya tanpa alasan relokasi tersebut diwacanakan. Gedung sekolah yang berbatasan langsung dengan pasar menjadi penyebabnya. Bau busuk yang berasal dari lingkungan pasar, ditambah suara bising tentu mengganggu aktivitas belajar mengajar siswa di SD tersebut.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Melawi, Joko Wahyono, saat ditemui di ruangan kerjanya belum lama ini menuturkan rencana pemindahan memang diawali dengan wacana perluasan kompleks pasar tradisional Markasan yang tepat berada di samping SD.

“Karena kondisinya sudah tidak memungkinkan dan padat. SDN 5 dan SDN 11 memang bersebelahan dengan pasar. Jadi dari sisi kesehatan sudah tidak layak. Bau kotoran sampah, suara bising pasar sangat tidak bagus bagi anak-aanak disana,” katanya.

Dari sisi lingkungan, kata Joko juga sudah tak layak, karena seharusnya warga sekolah mendapatkan pelayanan pendidikan dan juga berada di lingkungan yang sehat. Soal relokasi ini juga sudah dibahas dalam rapat internal dan disdik berupaya memberikan telahan staf terkait pemindahan sekolah tersebut. “Hanya sampai sekarang belum diputuskan untuk rencana relokasi tersebut. Kita masih minta masukan dari bidang aset serta Bapedda,” katanya.

Wacana lokasi baru untuk dua sekolah ini, lanjut Joko kemugnkinan akan memanfaatkan lokasi eks lapangan MTQ di Desa Kenual. Nantinya pemkab akan membangun gedung sekolah permanen dan sesuai standar kelayakan, sebelum dilakukannya relokasi.

“Sekolah lama itu sebenarnya masih layak dari sisi bangunannya. Hanya dari letak bangunan saja yang dianggap tak layak karena kondisi lingkungan yang tak sehat. Selain itu, disana sering terkena banjir,” paparnya.

Bila nantinya direalisasikan, Disdik, lanjut Joko tentu akan melakukan sosialisasi terlebih dahulu pada guru, siswa dan orang tua. Yang terpenting ada dukungan dari seluruh pihak karena wacana ini tujuannya baik.

“Tidak ada tendensi tertentu memindahkan sekolah ini. Hanya karena lingkungannya lah kita wacanakan dipindahkan,” jelasnya.

Sementara Kepala SD Negeri 11 Nanga Pinoh, Saleh menyatakan soal wacana relokasi memang sudah berkali-kali dilontarkan oleh pemkab Melawi. Menurutnya, pihak sekolah siap dipindahkan, tentunya setelah ada gedung baru untuk aktivitas belajar mengajar siswanya.

“Sesuai dengan SPM (standar pelayanan minimal) sekolah dasar kan harus maksimalnya berjarak  3 KM dari pemukiman. Maka lokasi baru jangan lebih jauh dari lokasi sekarang. Kita juga siap pindah, kalau gedungnya sudah jadi dulu. Kita tak mau ditumpangkan kesana kemari,” katanya.

Saleh mengatakan kalau sekolah yang baru belum tersedia, maka tak akan ada titik temu untuk wacana relokasi tersebut. Orang tua siswa pasti akan keberatan sekolah dipindahkan.

“Kalau sudah ada gedung baru, ya silahkan sekolah lama ini dibongkar. Kalau belum ada, bagaimana nanti proses belajarnya,” katanya.

Wacana relokasi sekolah, kata Saleh memang sudah sering kali dilontarkan, namun belum pernah disampaikan langsung oleh dinas pendidikan. Isu relokasi inipun membuat minat orang tua menyekolahkan anaknya di SD 11 maupun SD 5 berkurang jauh.

“Siswa sekarang hanya mencapai 162 siswa. Padahal tahun sebelumnya mencapai 200 siswa lebih. Jumlah siswa ini terus menurun setiap tahunnya. Karena isu relokasi ini sudah enam atau tujuh tahun lalu. Tapi tak jelas kapan dipindahkan. Dari zaman pak Firman dulu sudah ada wacana ini,” katanya.

Diakui Saleh, lokasi sekolah yang berbatasan langsung dengan pasar memang kerap dikeluhkan siswa dan guru. Mulai dari bau busuk yang kuat menyengat dari dalam pasar, serta suara bising sangat mengganggu aktivitas belajar.

“Tapi ya apa boleh buat, kita ini orang bawahan. Ya apa adanya, yang penting melaksanakan tugas. Keluhan bau dan berisik sering disampaikan siswa. Pas belajar, ada suara mesin parutan kelapa, ya tak kedengaran guru menjelaskan,” katanya. (Ira)