Ihdaul Hidayat, pengusaha transportir Bahan Bakar Minyak (BBM) industri dan Agen Gas LPG 3Kg di Kabupaten Kapuas Hulu ini lahir di Putussibau, 14 April 1979 silam. Saat ini dirinya sangat bahagia dengan seorang istri beserta tiga orang buah hatinya.
Usahanya di bidang transportir BBM atau jasa angkutan BBM nonsubsidi ke seluruh pembangkit PLN yang ada di Kapuas Hulu ini dimulainya pada 2010. Atau satu tahun setelah dirinya menyelesaikan kuliah di Akademi Manajemen Perusahaan (AMP) Pontianak.
Ihdaul sebenarnya tidak lahir dari keluarga yang kaya raya. Bahkan, untuk mencukupi kebutuhan keseharian dan membayar uang kuliah, dia harus bekerja ke beberapa tempat. Namun Ihdaul sangat yakin bahwa dia bisa seperti sekarang ini karena pertolongan Allah SWT. Karena menurutnya, tidak ada sesuatupun bakal terjadi di dunia ini tanpa sepengetahuan atau kehendak dari-Nya, termasuk menjadi kaya.
Selain menjadi transportir BBM, dia juga membuka PT Energi Khatulistiwa, yang bergerak di bidang agen gas LPG 3Kg, khusus untuk wilayah Kabupaten Kapuas Hulu. Dalam berusaha dia selalu berprinsip, bagaimana usaha yang dijalankan itu bisa bermanfaat bagi orang banyak sehingga mendapatkan berkah dan nilai pahala di sisi Allah SWT.
Seperti apa bisnis yang dijalani pria yang juga berkecimpung dalam keanggotaan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kalbar ini, berikut petikan wawancara selengkanya;
+Bisa Anda jelaskan lebih lanjut tentang usaha yang dijalani saat ini?
-Usaha transportir BBM di bawah bendera PT Makmur Khatulistiwa. Usaha ini merupakan mitra PT Pertamina yang bergerak di angkutan khusus BBM nonsubsidi atau industri. Kemudian, PT Energi Khatulistiwa, yang bergerak di bidang agen gas LPG 3Kg. Perusahaan ini berdiri sejak awal 2014. Dua perusahaan ini beralamat sama, yakni di Jalan Lintas Selatan, Putussibau.
+Secara umum, apa motivasi awal Anda terjun ke dunia usaha. Dan kenapa memilih dua bidang usaha ini?
-Usaha ini saya bangun karena melihat latar belakang kondisi masyarakat Kapuas Hulu secara umum. Pada tahun 2006 ke bawah, Kapuas Hulu mengalami masalah dalam hal ketersediaan BBM. Waktu itu, cuma ada tiga lembaga Pertamina yang menyediakan solar, premium belum ada, itupun terapung, tidak ada yang di darat. Artinya pada saat itu, belum ada stasiun yang memiliki standar seperti SPBU yang ada seperti sekarang ini.
Kemudian, saya bangun stasiun BBM di darat, seperti SPBU dengan nama PT Khatulistiwa Jaya Mulia. Juni 2007, secara resmi beroperasi. Dimana stasiun ini merupakam POM bensin darat pertama di Kapuas Hulu. Hebatnya, dia tidak berada di kabupaten, tapi berada di Kecamatan Hulu Burung namanya, pertengahan antara Putussibau-Sintang.
+Setelah Anda membangun POM bensin darat ini, apa dampaknya bagi Kapuas Hulu?
-Saya mempunyai motivasi bahwa apapun usaha yang saya lakukan ini tidak hanya semata-mata mengejar profit oriented, tapi juga social oriented. Saya ini awalnya orang kecil. Jadi saya bisa merasakan apa yang dirasakan orang kecil. Tidak semua masyarakat kita mampu. Maka harga yang kita kenakan sesuai dengan HET nasional.
Kita sama-sama tahu, dengan luasnya wilayah Kapuas Hulu, stasiun yang ada tidak mampu mencukupi kebutuhan masyarakat di Kapuas Hulu. Waktu itu posisi saya sebagai karyawan PDAM Kapuas Hulu. Bayangkan minyak kalau sudah mau Lebaran harganya bisa sampai Rp17ribu per liter.
+Apakah setelah itu, Anda juga berpikir untuk mengembangkan usaha menjadi transportir BBM skala industri?
-Dalam perjalanan saya punya kontrak angkutan untuk mensuplay ke PLN-PLN yang ada di Kapuas Hulu.
+Bagaimana dengan membuka agen LPG. Apakah juga terdorong oleh kondisi kedaerahan?
-Ya, karena kondisi juga. Karena agen yang ada belum mampu mengcover semua. Kabupatennya luas, tapi penduduknya sedikit. Artinya mencar-mencar.
+Berapa harga yang Anda jual untuk satu tabung LPG?
-Kita sesuaikan dengan HET. Untuk Sintang, HET-nya Rp17.500. Kita menunjuk lembaga resmi di kecamatan dan desa sebagai penyalur sehingga harganya terkontrol. Untuk lokasi terjauh saat ini harganya sekitar Rp30 ribu. Kalau dulu lebih mahal lagi bisa Rp50 ribu per tabung.
+Untuk bidang transportir BBM. Secara umum seperti apa mekanisme kerjanya?
-Kita ambil BBM dari Depot Pertamina di Sintang. Kemudian, kita salurkan ke semua PLN yang tersebar. Sejauh ini untuk industri baru PLN.
+Untuk kebutuhan LPG sendiri, bagaimana Anda melihatnya. Apakah sudah cukup berimbang dengan rasio kebutuhan masyarakat?
-Saya merasa masih kurang, untuk Kapuas Hulu belum juga merata makanya kita terus memonitor penyaluran ini, pangakalan-pangkalan kita monitor. Karena penyaluran yang kita lakukan ini tidak sampai ke tempat tujuan, tapi harus melalui pangkalan. Mudah-mudahan kalau Pertamina baca ini, bisa ditambah kuotanya. Hehe. Ya, artinya kita semaksimal mungkin dengan kuota yang ada, prioritas kita tetap wilayah perbatasan.
+Sejauh ini apa kendala yang Anda hadapi dalam menjalankan usaha ini?
-Secara umum kendalanya infrastruktur dan kondisi alam. Kondisi alam maksudnya kalau sudah kemarau maka sulit bagi kita untuk menggunakan transportasi Sungai Kapuas. Untuk BBM kalau sudah masuk kemarau, kami biasa ambil dari Kabupaten Sanggau. Di sana juga ada depotnya.
+Selama menjalani usaha, apakah Anda pernah gagal?
-Alhamdulillah, berjalana lancer. Karena kita usaha berdasarkan dari rasa keprihatinan terhadap kondisi dan keyakinan saya. Dalam usaha ada nilai social oriented yang kita kedepankan.
+Selain dua bisnis ini. Apakah Anda berencana untuk membuka usaha lain. Atau hanya akan mengembangkan usaha yang sudah ada sekarang?
-Ada niat saya. Tapi mungkin belum bisa saya bicarakan sekarang. Tapi saya punya pemikiran bagaimana Kapuas Hulu ini maju. Kalau Anda sekali-kali main ke tempat saya di Kapuas Hulu, saya punya moto “KUAT”. Yakni singkatan dari Keyakinan, Usaha, Amanah dan Takwa. Apapun usaha yang kita lakukan tanpa Ridho dari Allah SWT maka tidak akan jadi apa-apa. Saya tidak mau seperti yang lain-lain, memonopoli dan sebagainya untuk kaya. Saya hanya mau amanah agar selamat di dunia dan akhirat. Bagaimana usaha saya bisa bermanfaat bagi semua orang.
Reporter: Fikri Akbar
Redaktur: Andry Soe