Meraup Uang dari Kepiting dan Kerang

Anak Muda Pontianak dan Format Masa Depannya

OGAH JADI PEGAWAI. Rendy Febrian di depan Medan Kerang x Hore Crab di Jalan Karimata, Pontianak, Kamis (2/2). Usaha kuliner yang digelutinya ini segera punya cabang di jalan protokol Pontianak. IGK YUDHA DHARMA

Seiring waktu bergulir, bekerja sebagai pegawai di kantoran tak lagi prioritas bagi sejumlah anak muda Pontianak. Rendy Febrian salah satunya.

IGK Yudha Dharma, Pontianak

eQuator.co.id – Kelahiran Pontianak, 15 Februari 1989, itu menekuni bisnis yang jauh banget bidangnya dibanding perkuliahan yang dia lakoni. Ya, anak ketiga dari empat bersaudara buah pernikahan Bastianus dan Kartina ini mengenyam pendidikan di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) jurusan perfilman. Ia lulus dan mendapatkan gelar Ahli Madya (AMd) pada 2011.

“Aku sih angkatan 2006, lima tahun kuliahnya haha,” tutur Rendy mengawali bincang-bincang dengan Rakyat Kalbar, Kamis (2/2).

Rendy meyakini hal tersebut no problem. Kata dia, dengan semakin globalnya arus informasi, kreativitas dan inovasi harus dilakukan untuk mengeksplor lahan mencari uang. Usai kuliah, ia sempat bekerja di salah satu stasiun televisi Jakarta selama setahun. Tak lama, beralih menjadi freelance selama 12 bulan di sebuah Production House (PH).

“Kerjanya bikin iklan, video clip. Bikin film pun pernah”, ujarnya.

Dua tahun mencari hidup di Jakarta, ia merasa tak sreg lama-lama di sana. Bekerja untuk bos pun bukan format kehidupan masa depan yang dipilihnya. Pulang ke kampung halaman jadi pilihan.

Pada 2015, Rendy memilih membuka usaha kuliner. Pontianak memang terkenal dengan tempat-tempat makannya.

“Setiap hari orang pasti makan dan aku juga suka kulineran kemana-mana,” ucapnya.
Singkat cerita, ia merintis Medan Kerang x Hore Crab (MKHC) di Jalan Selat Karimata, Pontianak Selatan. Menurut dia, Medan Kerang plesetan dari medan perang. Medan berarti area dan kerang merupakan seafood yang jadi fokus usaha Rendy.

“Juga terinspirasi waktu saya liburan ke Medan. Kerang ini kuliner favorit di sana. Nah, kenapa gak kita coba bikin yang kayak gini di Pontianak. Secara gak langsung orang akan lihat ini kuliner kerang yang kayak di Medan. Saya gak klaim ini kerangnya Medan, tapi Medan Kerang,” selorohnya.

Bicara seafood jelas tak hanya kerang. Fans FC Liverpool ini punya menu lain: kepiting. Makanya ada tambahan Hore Crab di titel restonya.

“Gak lucu menurut aku kalau namanya Medan Kerang tapi jualan kepiting juga. Jadi, yah kita coba bikin jadi kolaborasi dua brand, Medan Kerang x Hore Crab,” tukas Rendy.

Untuk memenuhi pasokan kerang dan kepiting ini, ia memberdayakan nelayan lokal yang berasal dari berbagai wilayah di Kalbar seperti Dagong, Batu Ampar, Rasau, Kakap, dan lain-lain. Memang, Rendy mengakui, saingan di bisnis kuliner Kota Pontianak jurusan seafood ini tidak sedikit. Mau tak mau, dia menyusun strategi agar restonya punya daya saing.

“Kita pengennya orang makan seafood di sini gak kaku, tempatnya gaya anak muda lah. Awalnya yah kecil-kecilan sih, pengen coba dulu. Alhamdulillah, ternyata bisa berkembang,” ungkapnya.

MKHC sendiri dibangun berkonsep outdoor yang berada di kawasan Parklife Pontianak. Di situ tidak hanya terdapat tempat makan saja. Ada barber shop, toko kaset dan vinyl, serta vape store.

Kini, dalam sehari MKHC bisa menjual sekitar 50 Kg kepiting dan 30 Kg kerang dengan kisaran harga masing-masing Rp26.000/ons. Dan, telah menyediakan lapangan kerja untuk sekitar 30 orang.

“Alhamdulillah, ndak pernah rugi sih, dan jangan sampailah,” kata Rendy.

Dalam penyajian, restonya bergaya makan Lousiana seafood yang tidak menggunakan piring. Hanya alas yang disediakan di meja.

“Kita menyajikan menu dengan saus ala Indonesia, seperti saus padang, pedas manis, saus telor asin. Cuman kita punya nama sendiri kayak Yellow Submarine Sauce, Red Glory Spicy Sauce, Tremor Tongue Sauce,” beber kolektor Vespa ini.

Banyak suka duka berbisnis seafood ini. Setiap harinya, ia harus berbelanja ke pasar untuk memenuhi bahan baku kerang dan kepiting plus bumbunya. “Pernah saat pasokan kerang yang ada di Pontianak habis, saya sampai harus mencarinya ke daerah Peniti (Mempawah),” ungkap Rendy.

Dengan kemajuan usahanya, ia mulai berpikir untuk membuka cabang. “Kebetulan tanggal 8 Februari ini kita buka juga di Jalan Jenderal Ahmad Yani, satu atap dengan Oz cafe,” terangnya. Di cabang MKHC nanti tetap mengedepankan konsep berbeda meskipun indoor. Ada tiga unsur yang dimasukkannya: food, music, dan art.

Setakat ini, banyak artis nasional yang sudah merasakan nikmatnya hidangan yang disajikan MKHC. Seperti Marjinal, D’massiv, Rocket Rockers, dan lain-lain. Stasiun TV nasional pun pernah pernah meliput MKHC dalam acara Mancing Liar, Katakan Putus, serta Mata Pancing.

Menurut dia, prospek usaha kuliner di Pontianak masih cukup besar. Namun, suami dari Vidia Aprilia Nadia ini memberikan saran bagi siapapun yang ingin mencoba untuk membuka sebuah usaha. Jangan mudah menyerah dan merasa gagal, harus fokus dan dicoba terus. Namun demikian, jangan sampai menjadi ATM (Amati Tiru Modifikasi).

“Kalau bisa kita punya ciri khas sendiri dan punya brand yang kuat,” pungkas Rendy. (*)