Selamatkan Hutan Bakau dengan Budidaya Kepiting

Kepiting INET

eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Komoditas non kehutanan dan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) terus didorong untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kalbar. Salah satunya melakukan kerja sama pembangunan pembenihan kepiting budidaya di Hutan Desa (HD) Bentang Pesisir Kecamatan Padang Tikar Kabupaten Kubu Raya dengan LSM Sampan Kalimantan.

Kepala Dinas Kehutanan (Dishut) Kalbar Marius Marcellus menilai, yang dilakukan Sampan Kalimantan merupakan langkah maju dalam upaya melindungi hutan. Adanya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan NGO, LSM dan lainnya, maka perekonomian masyarakat akan membaik. “Sumber ekonomi masyarakat harus diperbaiki, kalau hutan mau selamat,” katanya, kemarin.

Dijelaskan dia, pihaknya sudah tetapkan HD di Bentang Pesisir dan beberapa daerah di Kalbar. Kemudian pihaknya mengajak NGO dan LSM untuk melakukan pembinaan untuk bersinergi dengan OPD terkait. “Ini salah satu bentuk dukungan kita,” ujarnya.

Sinergi ini sudah berjalan lama. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) memberikan dana bergulir untuk masyarakat melalui pinjaman modal usaha kepada Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS). Selain mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pinjaman ini diharapkan menjadi salah satu model untuk menjaga kelestarian hutan di Kalbar. “Saya mengharapkan OPD terkait memberikan perannya sesuai dengan tupoksinya masing-masing,” tuturnya.

Pihaknya akan terus menerus memberikan pembiayaan dan pendampingan kepada KUPS. Bahkan kedepan, program ini akan meluas ke seluruh Kalbar. Sampai saat ini, ada 84 perizinan yang sudah diterbitkan Menteri dan itu akan terus bertambah. Terkait itu, dia berharap ada penambahan anggaran dari pemerintah pusat untuk Kalbar.

“Misalnya sudah ditetapkan. Kitakan harus menyusun rencana, tata batas, dan lain-lain. Pembiayaan seperti itu yang kita harapkan dukungan dari kementerian,” tuturnya.

Masyarakat memang perlu peningkatan kesejahteraan. Sebab masyarakat tidak akan mampu jaga hutan kalau ekonominya morat-marit. Harus ada perubahan mindset bahwa komoditas non kehutanan dan HHBK mampu memperbaiki ekonomi masyarakat. Dia berharap ada kerjasama semua pihak untuk mensukseskan pemberdayaan masyarakat seperti ini.

“Saya di dinas sudah membentuk sekretariat bersama NGO dan lain-lain. Semuanya nanti berhimpun di sana untuk sharing bagaimana program sektor kehutanan kedepan salah satunya melalui perhutanan sosial,” jelas Marcellus.

Senada disampaikan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislautkan) Kalbar, Herti Herawati. Dirinya sangat mendukung adanya pembangunan pembenihan kepiting bakau di HD Bentang Pesisir.

Menurut dia, kepiting bakau semakin berkurang di alam. Sedangkan kepiting bakau mempunyai potensi untuk meningkatkan ekonomi masyarakat pesisir. Oleh karenanya, perlu dilakukan budidaya untuk menjaga keberadaan kepiting bakau.

“Kedepan kita tidak bisa mengandalkan bibit indukan kepiting bakau menangkap dari alam. Kita harus sudah berpikir budidaya, terutama disektor pembibitan sistem silvofishery,” jelasnya.

Menurut informasi yang dia dapatkan, peralatan untuk budidaya tidak terlalu mahal. Dirinya minta masyarakat tekun terlebih dahulu untuk budidaya ini dan gunakan cinta. “Jangan sampai terpaksa, maka hasilnya akan baik nanti,” imbuhnya.

Terkait potensinya, sektor hilir tempat pemasaran kepiting tidak diragukan lagi. Menurut dia, kepiting bakau punya pasar tetap. Berbeda dengan lainnya yang biasanya sektor hulu bagus, tapi hilirnya menemukan kendala pembelinya tidak ada atau harga anjok. “Kepiting ini kalau diperhatikan trennya peminatnya tidak pernah tidak ada, serta harganya relatif stabil dan tinggi,” tuturnya.

Makanya, budidaya kepiting ini cocok untuk dijadikan solusi masyarakat yang selama ini mengharapkan hasil dari hutan. Dengan produktivitas budidaya kepiting bakau yang baik, maka sumber daya alam akan tetap terjaga. Selain kepiting bakau tersedia di pasar, ekonomi masyarakat juga membaik.

“Kita harus optimis, orang lain bisa, kita juga bisa. Tantangan tentu ada, tapi dengan adanya MoU itu kita bisa saling menguatkan,” tutup Herti.

Sementara itu, Direktur Sampan Kalimantan, Dede Purwansyah berharap MoU dengan Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau Jepara akan memberikan dampak baik untuk masyarakat yang diberdayakan pihaknya. Sampan Kalimantan akan mengirim peserta magang ke Jepara selama sebulan. Nantinya peserta akan mendapatkan pengetahuan terkait dengan budidaya kepiting bakau ini. “Harapannya setelah mereka pulang dari magang, mereka sudah siap dengan keilmuan dan itu harus sesuai dengan spek,” jelasnya.

Selain itu, pihaknya juga akan membangun hatchery yang sesuai standar. Sehingga dapat mengembangkan budidaya kepiting. Dengan demikian dapat menimalisir tangkapan alam dan mengembangkan pemberdayaan masyarakat di kawasan hutan.

Sebelum ini, pihaknya juga sudah pernah mengirim peserta ke Bali untuk belajar budidaya kepiting bakau. Namun belum maksimal. Walaupun berbeda antara Kalbar dan Jepara, pihaknya akan mencoba. Dipilihnya Jepara karena rekomendasi dari Yayasan IDH.

“Walaupun di sana, kuncinya kita tetapkan gunakan bibit alam di sini. Kita sudah kirim ke sana bibitnya, khusus untuk penelitian dan nanti akan dikembalikan ke sini lagi,” ungkapnya.

Dengan adanya budidaya kepiting, masyarakat akan sangat diuntungkan. Selain menjaga hutan, mereka bisa mendapatkan nilai ekonomi yang tinggi.

“Karena kepiting inikan permintaan terus, harganya stabil, pemasaran sangat diminati oleh semua golongan dan ini bisa ekspor juga. Maka ini nilai ekonominya tinggi,” demikian Dede.

 

Laporan: Rizka Nanda

Editor: Arman Hairiadi