eQuator.co.id – Bersih-bersih tak cuma diperuntukkan bagi alat angkut di darat. Kendaraan udara sekelas pesawat tempur pun wajib dicuci.
Ambrosius Junius, Supadio
Selasa pagi (27/12), ratusan personil Skadron Udara 1 “Elang Khatulistiwa”, Landasan Udara (Lanud) Supadio, Kubu Raya, memandikan tunggangan mereka. Satu persatu Hawk 100/200 ditarik keluar dari sarangnya.
Elang-elang besi berjumlah tujuh “ekor” itu dijejer rapi. 140 personel Elang Khatulistiwa dibagi tujuh kelompok. Setiap grup, berjumlah 20 orang, membersihkan satu pesawat.
Sebenarnya, pesawat tempur kebanggaan TNI Angkatan Udara ini dicuci seperti kendaraan pada umumnya. Bedanya ada di sabun khusus yang digunakan dan beberapa bagian pesawat ditutupi dengan plester karena tidak boleh terkena air. Sebelum dicuci, kokpit ditutup rapat. Setelah itu, badan, ekor, sayap, roda pesawat, disabuni.
Kekompakan ala militer terasa kental. Para personel angkatan udara itu bekerja bahu membahu. Ada yang memoles badan pesawat dengan sabun, ada yang mengambil air. Satu unit mobil pemadam kebakaran dan satu unit mobil membawa tangki digunakan untuk mensuplai air.
Tak usah membayangkan wajah mereka galak saat mencuci pesawat. Tampang sangar hanya ditunjukkan ketika latihan atau berperang. Acara bersih-bersih tahunan itu santai meski serius, tak jarang senda gurau menjadi selingan.
Setelah disabuni merata, pesawat dibilas dengan air lalu dilap sampai kering. Dikerjakan sangat teliti, kegiatan cuci pesawat ini berlangsung sekitar sejam. Dan, elang-elang besi yang sudah kinclong itu didorong kembali ke sarangnya.
Mewakili Komandan, Kasihar Skadron Udara 1, Mayor Tek Afirus Nurul Fuadli menerangkan cuci pesawat tersebut merupakan tradisi tahunan. Selalu dilakukan pada akhir tahun.
“Kegiatan ini juga untuk meningkatkan kekompakan dan kebersamaan, dan untuk lebih mencintai Alat Utama Sistem Senjata (alutsista) yang ada di sini,” jelasnya.
Lanjut dia, cuci pesawat ini juga bagian dari perawatan alutsista yang ada di Skadron 1. Debu dan kotoran yang menempel pada bagian luar dan dalam pesawat dapat mengganggu kinerja saat dioperasikan.
Kegiatan itu juga punya efek samping: menjaga kerja sama tim, semangat kebersamaan dan kekeluargaan para Elang Khatulistiwa. “Tentunya dengan membersihkan alutsista ini, lifetime (umur pesawat)-nya lebih lama dan dapat dioperasikan dengan baik,” terang Alfirus.
Menurut dia, merawat peralatan tempur ini pun merupakan bagian dari ungkapan rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa karena pada tahun ini seluruh personel Skadron 1 telah diberikan kelancaran saat bertugas.
“Secara periodik kita juga mengadakan yasinan di Mushola Skadron Udara 1. Selain untuk mempererat tali silaturahmi, juga berdoa agar selalu dicurahkan taufik hidayah-Nya serta diberikan keselamatan terhadap apa yang kami kerjakan,” pungkasnya. (*)