TKA Wajib Ikuti Aturan, Jadi Kuli pun Susah

Foto: Cornelis, Gubernur Kalimantan Barat

eQuator.co.id – Indonesia butuh uang. Kalbar pun perlu investor walaupun dukungan kelengkapan aturan masih lemah dan merugikan daerah, baik di sisi ketenagakerjaan, keimigrasian, hingga serapan modal.

Gubernur Drs. Cornelis, MH tidak dapat melarang orang ataupun tenaga kerja asing (TKA) bekerja di Indonesia maupun di Kalbar. Tapi, dia mengingatkan siapapun harus mengikuti aturan di negara tempatnya bekerja.

“Kita tidak dapat melarang orang, namanya juga bekerja. Orang kita juga banyak bekerja di Arab, Malaysia, Hong Kong, dan lainnya. Makanya sekarang masyarakat kita harus mempersiapkan diri bisa bekerja dan mampu bersaing,” tuturnya menjawab Rakyat Kalbar, pekan lalu.

Kata Cornelis, WNI maupun WNA bisa bekerja di sejumlah negara sehingga segala aturan harus sesuai dengan masing-masing negara. Karena itu Indonesia (Kalbar) tidak mungkin menutup diri.

“Kalau kita tidak meningkatkan diri kita sendiri, khawatir jadi kuli pun susah. Dan itu tidak bisa direm karena kita bekerja di negara orang. Oleh karena itu, etos kerja menjadi masalah. Makanya mari revolusi mental kita,” ujar Bupati Landak dua periode ini.

Pada Soft Opening PT. WHW, Mei 2016 lalu, Gubernur menekankan agar perusahaan yang beroperasi di Kabupaten Ketapang itu dapat meningkatkan ekonomi masyarakat dan daerah.

Smelter pertama dan terbesar di Indonesia itu mulai operasional, menyusul penyelesaian tahap pertama pabrik pengolahan dan pemurnian bauksit menjadi alumina. “Untuk itu Pemerintah Provinsi Kalbar mendorong serta membantu  mewujudkan  terealisasinya proyek pioner pemurnian bauksit yang padat modal dan karya ini,” ungkap Cornelis.

Menurutnya, cadangan bauksit yang melimpah diperkirakan  akan mampu mendukung produksi perusahaan hingga lebih dari seratus tahun. “Diharapkan perusahaan ini akan mampu berperan sebagai pengungkit dan katalisator perkembangan ekonomi  masyarakat sekitar, masyarakat Kabupaten Ketapang, Kalbar, dan nasional. Saat ini PT WHW telah memperkerjakan sekitar 3.500 pekerja,” paparnya.

Ia meminta jajaran Direksi dan Komisaris  PT.WHW  berkomitmen memberdayakan masyarakat sekitar pabrik, sehingga terjadi hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Sehingga proses produksi dapat berjalan dengan kondusif.

Menurutnya, menyerap tenaga kerja lokal berarti membantu pemerintah menekan angka kemiskinan di Kalbar. Cornelis juga berharap, perbaikan infrastruktur perekonomian dan sosial dapat terjadi signifikan melalui investasi yang merupakan tulang punggung pertumbuhan pekonomian masyarakat.

Salah satu infrastruktur pendukung adalah pembangunan Jembatan Tayan yang menghubungkan Kabupaten Ketapang dengan kabupaten lainnya. Juga menghubungkan provinsi lainnya di wilayah Kalimantan dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia Timur.

“Jaga wilayah agar tetap kondusif, perlu mengadakan koordinasi dengan pihak terkait terutama Forkompinda setempat,“ ujar Cornelis.

Sebagai informasi, megaproyek swasta asing dan dalam negeri di Kabupaten Ketapang itu yang terbesar di Indonesia bidang pertambangan bauksit. Sebanyak 70 persen saham dikuasai oleh pihak asing dari RRT dan Hong Kong.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Kalbar mencatat, smelter pengolahan bauksit PT. WHW memperkerjakan 3.500 tenaga kerja Indonesia dan asing dengan total investasi Rp12,5 triliun.

Berlokasi di Dusun Sungai Tengar, Desa Mekar Utama, Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang, perusahaan itu mendapatkan lahan seluas 842,97 hektar untuk pabrik yang mengolah bauksit menjadi alumina.

Pengerjaannya dua tahap, yang pada tahap I nilai total investasinya Rp7.080.934.602.599,00. Investasi ini untuk mencapai kapasitas produksi sebesar satu juta ton. Investasi tahap II senilai Rp 5.472.897.092.408,00 untuk peningkatan kapasitas produksi yang keseluruhan ditargetkan 4.000.000 ton alumina siap ekspor.

Investasi asing (PMA) sebanyak 70 persen dan PMDN 30 persen meliputi China Hongqiao Group Limited (Cayman Islands) 55,00 % atau Rp.1.283.700.000.000,00. Shandong Weiqiao Aluminium & Electricity Co. Ltd. (RRT) 5,00 % atau Rp116.700.000.000,00, Winning Investment (HK) Company Limited (Hongkong) 10,00 % atau Rp.233.400.000.000,00. Sedangkan saham dalam negeri sebesar 30 persen dimiliki PT. Cita Mineral Investindo Tbk. dengan nilai Rp700.200.000.000,00.

Fasilitas pendukung yang dibangun PT WHW berupa PLTU untuk memenuhi seluruh kebutuhan industri sendiri dengan total daya 160 MW. Data hasil eksplorasi IUP Harita Group (Desember 2013), total cadangan bauksit untuk suplai PT. WHW Refinery sebanyak 828 juta ton. Sedangkan selama berada di Kalbar, total Metallurgical Grade Bauxite yang dilakukan PT WHW sebanyak 303 juta ton.

Laporan: Isfiansyah

Editor: Mohamad iQbaL