eQuator.co.id – Sembilan anggota komunitas pencinta alam Explore Kayong Utara (EKU) dan Karimata Foundation (KF) berhasil kibarkan Sang Saka Merah Putih di puncak tertinggi Taman Nasional Gunung Palung (TNGP) Kayong Utara dalam rangka HUT RI ke-71.
Misi pengibaran bendera merah putih yang tergabung dalam Ekspedisi Garuda ini, kali pertama dilakukan dan menjadi catatan sejarah tersendiri bagi Kayong Utara. Mereka melaksanakan upacara bendera di salah satu puncak dari 17 puncak yang ada di TNGP, tepatnya di puncak batu tinggi yang memiliki ketinggian kurang lebih 1.116 MDPL.
Ekspedisi Garuda dimulai sejak 15 hingga 18 Agustus 2016, menempuh jarak sekitar 22 Km. Waktu tempuh kurang lebih 19 jam perjalanan.
Diawali dengan menyusuri rawa-rawa sekitar 2 Km di bawah teriknya matahari, membuat sebagian tim ekspedisi Garuda merasa tidak kuat untuk melanjutkan perjalanan. Mereka mengalami dehidrasi dan sempat berpikir untuk tidak melanjutkan misi. Namun karena semangat yang tinggi, saling memberikan motivasi satu sama lain, ditambah suguhan pemadangan Gunung Palung yang perkasa di depan mata, menjadikan sumber penyemangat tim ekspedisi untuk segera berdiri di atas puncak tertinggi gunung yang dikenal sebagai paru-parunya dunia.
Ketua Ekspedisi Garuda, Galih Tosan terus menyemangati rekannya dalam perjalanan. “Wahai petualang, mari pergi bersama kami, taklukan batasan diri, raihlah batasan yang tidak pernah digapai semua orang, yaitu berdiri diatas batas tinggi daratan. Dan katakan pada mereka, mendaki gunung itu soal mental. Dan mental itu hanya bisa terbentuk oleh keterbatasan dan cara menaklukan ketidakmampuan diri sendiri,” tegas Galih kepada timnya yang saat itu mulai terkuras kehabisan tenaga.
Pria yang disapa Kang Galih ini menjelaskan, ekspedisi ini penuh dengan pengorbanan dan tantangan. Mulai pengorbanan pekerjaan, keluarga, juga waktu. Sedangkan tantangannya, jalur pendakian yang sangat sulit, sehingga membuat beberapa orang dari tim mengalami sakit. Bahkan diantaranya mengalami cidera bagian lutut.
“Baru 20 menit melakukan perjalanan menuju camp cabang panti, sudah ada beberapa orang dari tim ekspedisi mengalami pusing kepala sampai muntah. Belum lagi di hari ketiga menuju batu tinggi, ada yang mengalami cidera bagian lutut. Sehingga harus tertatih-tatih menuju puncak,” katanya.
Dia menuturkan, ekspedisi ini, selain ikut memeriahkan acara Sail Selat Karimata, juga dalam rangka merayakan hari jadi komunitas Explore Kayong Utara yang pertama.
“Selain itu juga, saya sebagai ketua dari Karimata Foundation, mendeklarasikan secara resmi pembentukan Yayasan Karimata Foundation di puncak tertinggi kanopi dunia ini (TNGP). Semoga dengan terbentuknya yayasan ini, banyak bermanfaat bagi kemajuan Kabupaten Kayong Utara. Khususnya dalam bidang konservasi alam dan pemberdayaan manusia,” harap Galih.
Wandri, salah seorang tim ekspedisi menuturkan, jalur pendakian Gunung Palung sangat berat, dari jalur pendakian yang selama ini dia daki.
“Selama saya mendaki gunung-gunung atau pun bukit-bukit yang ada di Kalimantan Barat, tidak ada yang lebih susah selain mendaki Gunung Palung,” terangnya.
Karena selama pendakian Gunung Palung, tidak semata-mata mengandalkan fisik atau pun kemampuan kekuatan. Kesabaran juga diuji. Pria berambut gondrong itu mengatakan, ekspedisi kali ini banyak memberikan pelajaran yang sangat berarti bagi dirinya.
“Saya bisa belajar arti kebersamaan dan kesetiakawanan. Dari Ekspedisi Garuda ini, saya juga banyak belajar tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan yang ada di sana. Hewan dan tumbuh-tumbuhan yang belum pernah saya lihat sekali pun, bisa saya lihat di sini,” ujar mahasiswa Fisip Untan ini.
Senada pun diungkapkan Julizal. Dia sangat terpesona dengan keindahan alam Gunung Palung, sebagai kanopinya dunia ini. Menurutnya, selain ada ratusan spesies yang hidup berdampingan di sekitar kawasan primer yang bisa ditemukan, juga ada beberapa air terjun yang sangat indah dan cocok untuk dijadikan destinasi wisata alam di Kabupaten Kayong Utara.
“Kayong Utara tidak hanya indah dari dasar laut dan pantai. Tetapi Kayong juga sangat indah dari tanah tertinggi (puncak Gunung Palong). Kayong Utara adalah zambrut khatulistiwa yang tersembunyi keindahannya,” ungkap pria yang kesehariannya bekerja di Disdukcapil Kayong Utara tersebut. (*)
Kamiriludin, Kayong Utara