Terseret KA 15 Meter, Siswa SMAN 5 Lolos dari Maut

Sempat Diduga Sengaja Bunuh Diri -Beruntung Alvin Ananda Siregar, 16, siswa kelas XI SMAN 5 Surabaya lolos dari maut, meski korban sempat terserempet kereta api (KA) Sancaka 83 jurusan Surabaya-Jogja

eQuator.co.id – SURABAYA-Beruntung Alvin Ananda Siregar, 16, siswa kelas XI SMAN 5 Surabaya lolos dari maut, meski korban sempat terserempet kereta api (KA) Sancaka 83 jurusan Surabaya-Jogja. Bahkan, korban yang berada dalam kolong KA sempat terseret sejauh 15 meter.

Korban warga Perum Evergreen Gunung Anyar Rungkut itu menderita patah kaki kiri, luka robek di kepala bagian kiri, dan luka di tangan kanan. Kecelakaan tersebut terjadi di Wessel (persimpang rel) 28, dekat palang pintu perlintasan KA Ambengan, Genteng, Senin (23/5) pukul 07.00.

Menurut informasi yang dihimpun Radar Surabaya, sebelum terserempet lokomotif KA, warga mendapati Alvin, warga Perum Evergreen Gunung Anyar Rungkut tersebut berjalan melintasi rel KA dekat palang pintu perlintasan Ambengan. Saksi mata, Johan, 47, warga Jalan Kanginan DKA yang rumahnya dekat dengan tempat kejadian perkara (TKP) mengatakan, sebelum kejadian korban sedang menelepon dengan handphone (HP). Saat itu, lanjut saksi, korban yang mengenakan seragam sekolah membawa ransel berisi laptop di punggung. Korban sempat duduk-duduk di dekat bantalan rel kereta api. ”Anaknya jalan kaki menyeberang dari timur (seberang rel). Dia juga sempat duduk-duduk di sini dekat rel. Sudah diingatkan, jangan berada di tengah rel tapi dia cuma senyum,” ujarnya.

Namun, nahas saat bersamaan korban berada di tengah rel, melintas KA Sancaka 83 jurusan Surabaya-Jogja melaju dengan kecepatan sedang dari arah Utara. Alvin diduga tidak memperhatikan keadaan sekitar lantaran fokus kepada otak-atik telepon genggamnya. Sebenarnya, masinis sudah mengklakson tapi jarak kereta sudah dekat. Akhirnya, KA menyambar tubuh korban, hingga terpental, kemudian tergulung di rel. Bahkan, korban yang berada dalam kolom KA terseret sejauh 15 meter.

Masinis pun langsung menghentikan laju kereta api. Warga pun langsung membawa korban ke pinggiran rel. Mereka pun berupaya mengusap luka dengan peralatan seadanya. Tak lama kemudian guru dan kepala SMAN 5 tiba TKP. Saat dipinggirkan, tak sedikitpun korban merintih, korban hanya terdiam menahan sakit. Dia bahkan masih kuat berbicara dan sempat mengabari orang tuanya yang dihubungi oleh warga menggunakan HP miliknya.

KA sempat terhenti 20 menit. Guru dan warga pun membopong tubuh korban ke ruang lokomotif untuk dibawa ke stasiun Gubeng Baru. Selanjutnya, korban dibawa dengan mobil oleh guru dan kepala sekolah menuju RSUD dr Soetomo.

MURNI KECELAKAAN

Menurut informasi dari lapangan, saat itu korban hendak menjalani ujian sekolah sesi kedua. Korban memarkir sepeda motor di rumah temannya di sekitar Jalan Ambengan Karya Selatan. Lantaran Alvin tak memiliki SIM dan tak bisa parkir di area sekolah. Kemudian dia berjalan kaki menuju sekolah yang harus menyeberangi rel KA.

Polisi memastikan kejadian yang menimpa korban ini merupakan murni sebuah kecelakaan. Polisi mendasarkannya menurut saksi mata bernama Darman. Saksi tersebut pertama kali menyaksikan korban yang berjalan dan hendak menyeberangi rel KA. Tak ada gerak-gerik yang mengindikasikan pelaku sengaja menghadang laju kereta api.

”Bukan bunuh diri. Tadi saksi mata melihat sejak awal korban jalan dan berdiri di tengah rel. Saat KA datang rupanya pelaku tidak mendengar dan kaget. Dia tak mampu menghindar,” ujar Kapolsek Tambaksari Kompol Sofwan.

Mantan kapolsek Pakal itu menambahkan pihaknya sudah menyerahkan penyelidikan kepada Polsek Genteng lantaran menjadi wilayah hukum di sana. Rel di pintu perlintasan KAtersebut memang menjadi batas wilayah kedua polsek tersebut. Namun, peristiwa kecelakaan berada di sisi Polsek Genteng.

SENGAJA MENGHADANG KA

Sementara itu saksi lain, Johan menyebutkan, korban seperti sengaja berupaya menabrakan dirinya ke arah KA. Artinya, ada dugaan upaya Alvin bunuh diri. Saat diperingatkan untuk menyingkir, korban malah tersenyum dan tak mengindahkan peringatan warga. Korban pun masih ngeyel berdiri di tengah-tengah rel.

Bahkan saat KA tiba, saksi menyebutkan korban malah merentangkan kedua tangannya, hingga tubuhnya terhantam lokomotif Sancaka. Beruntung, kecepatan KA sedikit berkurang karena saat itu kereta sedang berpindah rel. Sehingga hantaman ke tubuh korban tak begitu keras.

”Sudah diingatkan suruh minggir dari rel tapi hanya senyum-senyum seperti menantang. Kereta sudah datang malah tangannya merentang bukannya lari,” ujar saksi Johan yang juga diamini oleh warga lain di sekitarnya.

Korban pun siang kemarin langsung menjalani perawatan intensif di IRD RSUD dr Soetomo dan kondisinya berangsur membaik. Keluarga korban terlihat masih syok dan enggan menerima kehadiran wartawan.

SEKOLAH BANTAH KORBAN BAWA MOTOR DAN BUNUH DIRI

Berbagai isu soal bunuh diri Alvin Ananda Siregar dan menitipkan sepeda motor di rumah temannya menyebar dimana-mana. Akan tetapi, Kepala SMAN 5 Surabaya Sri Widiarti menolak jika Alfin membawa sepeda dan mencoba bunuh diri. “Tidak benar. Tadi dia diantarkan ke sekolah oleh ibunya ke rumah temannya di Ambengan,” kata Sri dihubungi Radar Surabaya. Sehingga, sekolah menampik jika siswa membawa sepeda motor lalu diparkir di rumah temannya.

Keberadaan Alvin di rumah temannya memang cukup beralasan. Mulai kemarin (23/5) hingga Kamis (26/5) siswa ikut ujian sekolah. Ujian sekolah saat ini menggunakan beberapa sesi. Kebetulan Alvin ikut US pada sesi ke-2 yakni pukul 10.00. “Dia datang duluan, jadi ke rumah temannya. Itulah yang membuat dia ke rumah temannya terlebih dulu,” kata Widi. Mendengar kecelakaan yang menimpa Alvin, pihak sekolah langsung datang ke TKP. “Saya sendiri juga ikut. Kami bahkan menyewa mobil milik masyarakat karena terlalu lama menunggu ambulans tiba,” tegas dia.

Widi dan para guru langsung merujuk ke RSUD dr Soetomo dan langsung menghubungi pihak keluarga. Kondisi Alvin masih masih bagus dan sadar. “Ya ada luka di bagian kepala, lengan, kaki. Tapi, tidak parah kok,” kata Widi.

Terkait dengan isu dilarangnya siswa membawa sepeda motor, Widi mengiyakan. Menurut Widi, memang tidak boleh ada siswa yang membawa sepeda motor ke sekolah. “Mereka belum punya SIM juga. Mungkin yang kelas XII sudah punya, itu pun kami larang. Biar anak-anak fokus belajar,” pungkas dia.(psy/han)

phaksy sukowati/ Radar Surabaya