eQuator.co.id – JAKARTA-RK. Gempa bumi yang mengguncang wilayah selatan Jawa bagian barat pada Jumat malam (15/12) menimbulkan kerusakan di setidaknya 10 Kabupaten di sepanjang pantai selatan pulau jawa. Total 473 rumah rusak ditambah beberapa bangunan publik. Gempa juga dilaporkan telah merenggut 3 orang korban jiwa.
Selain gempa utama yang terjadi pukul 23.47, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga melaporkan adanya dua gempa besar lain yang terjadi hanya beberapa jam setelah gempa pada Jumat malam. Yang pertama terjadi di 13 km tenggara Kabupaten Boalemo, Gorontalo atau 32 Kilometer di barat daya Kabupaten Gorontalo Utara. Terjadi Sabtu pagi pukul 04.27 WITA dengan kekuatan 5.1 Skala Richter (SR) episentrum berada di kedalaman 63 km.
Gempa kedua terjadi 4 jam kemudian pada pukul 07.22 hanya beberapa ratus meter dari lokasi gempa pertama. Yakni di 129 km di barat daya Garut, Jabar. Berkekuatan 5.7 SR di kedalaman 10 km laut indonesia.
Kepala Humas BMKG Hary T. Djatmiko mengatakan, dua gempa ini memiliki sumber yang berbeda dari gempa pertama pada jumat malam dan tidak termasuk gempa susulan. Akibat yang ditimbulkan keduanya tidak signifikan. “Dua gempa ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami,” kata Hary pada Jawa Pos, Sabtu (16/12).
Sementara itu, beberapa jam setelah gempa pertama Jumat malam, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan setidaknya 19 kali gempa susulan sepanjang sabtu dinihari hingga pagi. Gempa susulan rata-rata memiliki kekuatan di bawah 5 SR. “Gempa susulan ini proses yang alami karena dua lempeng menyesuaikan posisi masing-masing,” kata kepala Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.
Sutopo menjelaskan, gempa yang terjadi jumat malam merupakan hasil pergerakan subduksi. Lempeng Indo Australia yang berada di selatan Jawa bergerak mendesak ke bawah Lempeng Eurasia. Kedua lempeng memang dikenal sangat aktif dengan pergerakan 7-8 sentimeter per tahun. “Maka dari itu seluruh wilayah sumatera, jawa, hingga nusa tenggara memang rawan gempa,” katanya.
Sutopo menuturkan, pukul 23.47 malam BMKG melaporkan gempa dengan kekuatan 7,3 SR dengan kedalaman 105 km yang kemudian dimutakhirkan menjadi 6,9 SR. Guncangan terbagi dalam 3 zona, zona terdekat dengan skala getaran 6 MMI (Modified Mercalli Intensity) dengan guncangan terkuat terasa di sebagian kabupatenTasikmalaya, Pangandaran, dan Kabupaten Banjar. Zona kedua dengan skala 5 MMI mengguncang sebagian Garut, Ciamis, Tasikmalaya, Banjar, Singaparna, Cilacap, Banyumas, Cimahi, Bandung, Tegal, Cirebon, serta Indramayu.
Sementara zona ketiga skala 4 MMI terasa di hampir seluruh Banten, DKI Jakarta, Jabar, Jogja dan Jawa Tengah. Karenanya, warga ibukota juga merasakan gempa terutama yang tinggal di gedung-gedung tinggi. “Umumnya kalau sudah mencapai 6 MMI, bangunan yang tidak pakai konstruksi gempa akan rusak,” kata Sutopo.
Dalam panduan BNPB, kriteria gempa yang bisa menimbulkan tsunami diantaranya berkekuatan lebih dari 7 SR, serta berada di lokasi subduksi kedua lempeng. Setelah dianalisa, tim BNPB menyimpulkan bahwa gempa jumat malam bisa berpotensi tsunami. “5 menit setelah peringatna BMKG, kita langsung tekan sirine tsunami,” katanya.
Sutopo menjelaskan, sebagian besar sirine tsunami di selatan Jabar dan Jateng berbunyi normal. Hanya di Cilacap yang berbunyi sebentar, lantas mati gara-gara listrik PLN padam. Peringatan level Siaga disampaikan pada warga di Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya. Dengan ketinggian muka air laut antara 0,5 hingga kurang dari 3 meter. Sementara peringatan level waspada diberikan pada warga Bantul, Kulonprogo, Cianjur, Garut, Sukabumi, Cilacap, dan Kebumen dengan gelombang air laut kurang dari setengah meter.
Masyarakat langsung merespon dengan mengevakuasi diri dibantu aparat. Sebagian besar menggunakan kendaraan. Kemacetan dilaporkan terjadi di wilayah-wilayah tersebut. Sutopo juga menyebut, pihaknya tidak bisa memetakan waktu kedatangan tsunami, serta daerah yang berpotensi dihantam gelombang karena ketiadaan pelampung tsunami (tsunami buoy) di lepas pantai selatan Jawa. “Sejak 2012 tsunami buoy sudah tidak berfungsi karena keterbatasan anggaran,” katanya.
BNPB semata mengandalkan perhitungan modeling dengan kriteria tersebut di atas. Petugas juga turun ke pantai untuk mengamati perubahan muka air laut. Sampai pukul 02.30 dinihari, tidak ada laporan perubahan muka air laut. “Sehingga peringatan tsunami langsung dicabut, kenyataannya memang tidak ada,” katanya.
Banyak pihak bertanya-tanya. Gempa dengan kekuatan 6,9 SR itu kok sampai terasa di Jakarta bahkan sampai ke Jawa Timur. Ahli geofisika Indonesia Surono menjelaskan yang memicu gempa Tasikmalaya itu dirasakan hingga jauh adalah kedalamannya. “Saat gempa terjadi, saya berada di daerah kemayoran. Di apartemen lantai 32. Sempat heboh,” katanya. Dia bahkan harus turun bersama keluarganya ke lantai dasar melalui tangga darurat. Sebagaimana diumumkan BMKG, gempa yang sempat memicu peringatan dini tsunami itu berpusat di kedalaman 107 km.
Mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) itu menjelaskan dampak dari gempa yang pusatnya sangat dalam adalah jangkauan getarannya cukup jauh. Dia mengibaratkan seseorang yang menyorotkan lampu senter ke atap. Semakin jauh jarak antara senter dengan atap, maka sinar senternya makin luas. Sebaliknya semakin dekat jarak senter dengan atap, sinarnya semakin kecil.
Surono menuturkan gempa malam itu terjadi akibat penujaman dari lempeng Australia dengan lempeng Eurasia. Jadi lempeng Australia menghujam ke lempeng Eurasia. Dengan sifat ini, Surono menuturkan gempa Tasikmalaya Jumat malam sejatinya tidak berpotensi tsunami. Meskipun gempa ini mengakibatkan kerusakan bangunan di sejumlah titik.
Menurut dia ada beberapa kriteria gempa yang bisa memicu tsunami. Diantaranya adalah pusat gempa berada di kedalaman 10 km. “Sedangkan gempa jumat malam itu cukup dalam. Sehingga sejak awal saya sudah memperkirakan tidak akan memicu tsunami,” pungkasnya.
Analisis Surono itu ternyata tepat. Meskipun beberapa saat setelah gempa ada peringatan dini tsunami di beberapa daerah, tetapi tidak terjadi. Sebelumnya peringatan dini tsunami itu muncul untuk kawasan Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Sukabumi, Ciamis, Bantul, Kebumen, Kulon Progo, dan Cilacap.
Sementara itu BMKG merekam terjadinya gempa pada Sabtu (16/12) dengan kekuatan 5,7 SR. Kepala Bagian Humas BMKG Hary Tirto Djatmiko mengatakan gempa yang terjadi pagi hari kemarin pukul 7.22 WIB itu bukan gempa susulan dari gempa Tasikmalaya Jumat malam. “Lokasi gempa yang pagi hari (16/12) relatif cukup jauh dari pusat gempa Tasikmalaya Jumat malam (15/12). Sehingga bukan gempa susulan,” tuturnya.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo menuturkan bahwa dia turut memantau proses penanganan di lapangan terkait gempa jelang Sabtu dini hari kemarin. Bahkan, dia sampai terjaga hingga pukul 03.00. Jokowi pun telah menerima laporan tiga korban jiwa dan kerusakan rumah terdampak gempa. Dia berharap masyarakat tetap waspada, tapi tidak boleh terlalu resah.
“Saya kira masyarakat tidak perlu terlalu resah karena peristiwa tadi malam menunjukkan bahwa peringatan dan evakuasi mandiri suatu yang bagus karena negara kita memang dikelilingi oleh titik gempa,” ujar Jokowi, usai menghadiri Apel Kebangsaan Pemuda Islam Indonesia di pelataran Candi Prambanan, Sabtu (16/12).
Dia mengimbau masyarakat agar selalu waspada terhadap gempa terutama yang berada di tengah laut karena itu bisa menimbulkan tsunami. Namun, setelah peristiwa semalam, Jokowi memastikan bahwa sistem peringatan dini terhadap bencana di Indonesia telah berjalan dengan semestinya.
Selain itu, dia mengapresiasi respons langsung yang diberikan masyarakat terhadap peringatan dini yang diberikan BMKG terkait potensi tsunami setelah gempa terjadi. Masyarakat merespons langsung peringatan tsunami dan mengevakuasi mandiri dengan diarahkan oleh aparat kita. ”Saya kira ini sebuah hal yang sangat baik dan alhamdulillah sudah tidak terjadi apa-apa. Masyarakat sudah kembali ke rumah dan penanganan dampak dari gempa tadi malam juga telah dilakukan,” tuturnya.
Di Yogyakarta, guncangan terus menerus dirasakan sekitar lima menit. Salah satunya di Hotel The101 Jalan Margoutomo, Yogyakarta. Saking kerasnya guncangan, penghuni hotel itu sampai mendengar bunyi grek…grek….guncangan. Lampu, kain yang tergantung, tampak berayun-ayun. Tak pelak, penghuni kamar langsung berhamburan menuruni tangga darurat. “Saya kira badan yang kurang sehat, bergoyang. Ternyata makin kuat dan baru sadar itu gempa,” kata Budi, warga asal Riau yang sedang menginap di Hotle The 101. “Maka secepatnya keluar kamar melalui tangga darurat. Alhamdulillah sampai di bawah goncangan mereda,” lanjutnya.
Hingga pukul 00.17 WIB, warga masih berkumpul dan saling menelepon di sepanjang Jalan Margoutomo. Mereka masih belum berani masuk ke dalam gedung. Takut terjadi gempa susulan.
Guncangan gempa berkekuatan 6,9 SR Jumat tengah malam (15/12) sampai Sabtu dini hari (16/12) bukan hanya menyisakan duka. Melainkan turut berdampak terhadap keseharian masyarakat. Khususnya yang berada di wilayah Priangan Timur. Termasuk di antaranya Kota Tasikmalaya dan Kabupetan Tasikmalaya. Bagaimana tidak? Ratusan bangunan di sana luluh lantak. Mulai rumah warga, gedung swasta dan pemerintah, fasilitas umum, sampai sarana pendidikan.
Maman, 62, salah seorang warga Desa Tamanjaya, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya masih ingat betul bagaimana gempa yang berpusat 11 kilometer sebelah barat daya Kabupaten Tasikmalaya itu menggoyang tempat tinggalnya. Tepat tengah malam, Maman terperajat begitu mendengar suara keras. “Brakkkk, saya langsung bangun,” ungkap dia ditemui Jawa Pos usai menunaikan ibadah Salat Magrib kemarin malam.
Suara tersebut disusul jeritan histeris warga Desa Tamanjaya. “Istighfar semua, teriak ya Allah, ya Allah,” tutur Maman berusaha menirukan jeritan warga. Begitu keluar rumah, dia sadar tengah terjadi gempa bumi dengan kekuatan besar. Masjid As Syuhada yang terletak tidak jauh dari tempat tinggalnya bergoyang. Bagian atap sudah tidak tampak. Selain gelap, bagian itu hancur lantaran tidak kuat menahan goncangan. Suara keras yang membangunkan Maman pun bersumber dari sana.
Gempa kemarin memang bukan yang pertama bagi Maman, sebelumnya dia juga sempat merasakan goncangan serupa delapan tahun lalu. Tapi, tidak sebesar yang dia rasakan dua hari lalu. “Goyangnya kerasa sekali,” ujarnya.
Di Kota Tasikmalaya, Tamansari memang menjadi salah satu lokasi terdampak gempa cukup parah. Selain Masjid As Syuhada rumah-rumah warga pun turut terdampak. Demikian pula fasilitas pendidikan.
Salah satunya gedung SMKN 3 Tasikmalaya. Tidak kurang empat ruang belajar di sekolah tersebut hancur. Menurut keterangan Maptuh yang mejabat sebagai kepala SMKN 3 Tasikmalaya, dirinya mendapat laporan dari penjaga sekolah tidak lama setelah gempa pertama terasa. Saking kerasnya, bunyi benturan atap dan lantai di ruang belajar sekolah itu terdengar sampai pemukiman warga. “Saya dapat laporan, langsung cek ke sekolah,” imbuhnya.
Begitu melihat dampak gempa menghancurkan empat ruang belajar, Maptuh langsung melapor kepada pimpinannya. Meski rusak parah, dia mengaku lega lantaran tidak ada korban. Baik meninggal dunia maupun luka-luka. “Semua penjaga sekolah sedang istirahat saat kejadian,” ungkapnya. Bebannya juga terasa lebih ringan lantaran gempa terjadi tepat sehari setelah pembagian rapor. Sehingga kerusakan empat ruang belajar tidak akan menggangu proses belajar mengajar.
Sampai semester baru tiba, Maptuh dan jajarannya punya waktu sekitar dua pekan untuk memperbaiki empat ruang belajar tersebut. Agar tidak telat, laporan lisan yang dia sampaikan kepada atasannya kemarin akan ditindaklanjuti dengan laporan resmi Senin (18/12). Dia berharap renovasi empat ruang belajar itu segera dilaksanakan. Sebab, seluruhnya penting untuk menunjang proses belajar mengajar. “Mudah-mudahan perbaikannya sudah selesai sebelum semester depan mulai,” harapnya.
Berdasar informasi yang diterima Jawa Pos, SMKN 3 Tasikmalaya bukan satu-satunya sarana pendidikan yang rusak pasca diguncang gempa. Setidaknya 28 sekolah lain di Kota Tasikmalaya, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Garut juga turut terdampak. Kerusakannya bervariasi, mulai rusak ringan sampai rusak berat. Ditemui di SMKN 3 Tasikmalaya, Kapolres Tasikmalaya Kota AKBP Adi Nugraha menyampaikan bahwa, sekolah tersebut termasuk salah satu yang rusak parah.
Namun demikian, Adi ikut lega lantaran tidak ada korban akibat ambruknya empat ruang belajar di sekolah tersebut. Berdasar data yang dia terima, kerusakan akibat gempa di wilayahnya memang cukup tinggi. Tapi, dia memastikan tidak ada korban jiwa. “Hanya ada tujuh orang luka-luka. Itu pun sudah dirujuk ke RSUD (Dokter Soekardjo). Sudah ditindaklanjuti semua,” ujarnya. Saat ini, dia sudah mengerahkan anak buahnya untuk berjaga di lokasi-lokasi yang terdampak gempa.
Tujuannya tidak lain guna memastikan seluruh lokasi tersebut aman. “Begitu kejadian, kami patroli sambil lakukan pengecekan bangunan yang rusak,” ungkap perwira menangah Polri itu.
Adi mengimbau masyarakat di wilayahnya tetap waspada. Sebab, bukan tidak mungkin kembali terjadi gempa susulan. Tidak menutup kemungkinan pula ada yang berniat usil kepada mereka. “Masyarakat yang meninggalkan rumah diharap mengamankan barang berharga,” pinta dia.
Sementara itu, gedung pemerintahan yang turut terdampak gempa dua hari lalu adalah Kantor Bupati Tasikmalaya di wilayah Kelurahan Sukaasih, Kecamatan Singaparna. Berdasar pantauan Jawa Pos, atap gedung tiga lantai itu porak poranda. Nyaris seluruh bagian di sayap kanan lantai tiga gedung tersebut rusak. “Yang rusak ruang staf ahli bupati, ruang perpustakaan, dan atap,” kata Kasubbag Rumah Tangga Setda Pemkab Tasikmalaya Asep Abdul Rohman.
Pria yang akrab dipanggil Asep itu menyampaikan bahwa baru kali ini Kantor Bupati Tasikmalaya rusak parah. Beruntung, kerusakan tidak sampai membuat pegawai maupun petugas yang berjaga terluka. Dia pun menegaskan, pelayanan kepada masayarakat tidak akan terganggu. ”Senin (sisa bangunan yang roboh) sudah rapi semua,” ucap dia. Sedangkan renovasi menunggu keputusan pejabat teras di Kabupaten Tasikmalaya.
Selain Kantor Bupati Tasikmalaya, Gedung DPRD Kabupaten Tasikmalaya juga turut terdampak. Beberapa bagian dinding bangunan tersebut retak. Kerusakan juga tampak pada bagian atap. Tapi, kerusakan tidak lebih parah dari Kantor Bupati Tasikmalaya. Belum bisa dipastikan berapa besar kerugian akibat kerusakan tersebut. Sebab, penghitungan secara menyeluruh belum dilakukan. Yang pasti, perlu waktu untuk memperbaiki kedua bangunan itu. (Jawa Pos/JPG)