Seragam Turn Back Crime, Upaya Polisi Tampil Manusiawi & Trendi

COBA HILANGKAN KESAN ‘POLISI INDIA’

Ilustrasi.NET

eQuator.co.id – Perubahan penampilan Polisi dengan seragam Turn Back Crime (TBC) dikombinasikan dengan celana khaki memang jadi tren tersendiri. Polisi yang dulunya dilihat terlalu garang menjadi lebih Fashionable. Bahkan, tampilan yang begitu trendi memikat masyarakat. Masih banyak seragam kece yang hasil kreativitas polisi lho.

Siapa yang tidak mengenal slogan Turn Back Crime. Kalimat yang merupakan bagian dari kampanye Interpol pada 2014 itu memiliki arti harfiah pukul balik kejahatan. Slogan itu sangat terkenal di Indonesia. Tulisan itu terpampang di bagian dada sebelah kanan anggota reserse Polda Metro Jaya hingga akhirnya kemeja itu digunakan tak hanya oleh polisi di seluruh Indonesia, tetapi juga masyarakat sipil.

Adalah Direskrimum Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti yang membawanya ke Indonesia. Krishna yang baru menjabat Mei 2015, mulai menyuruh anggotanya untuk mengenakan kemeja tersebut pada Juni 2015. Hingga akhirnya diperkenalkan secara resmi oleh mantan Kapolda Metro Jaya Komjen Tito Karnavian pada November 2015.

Krishna yang lama berkarir di PBB, juga bersinggungan dengan Interpol.  Ketika dia sampai ke Jakarta, dia melihat polisi Indonesia terlalu kaku. Dia lantas ingin mengubah konsep tersebut. dia ingin polisi terlihat keren. “Keren kan, enak dipandang,” ujarnya kemarin.

Melihat dari konsep polisi di Amerika, Krishna kemudian menyiapkan seragam tidak formal. Ya, Krishna sendiri yang sebagai desainer dari uniform polisi reserse saat ini. Yakni kemeja TBC, celana khaki, dan sepatu warna senada.

“Saya juga paham fashion sedikit,” ujarnya terkekeh.

Ketika itu, untuk bagian atas dia memilih kemeja. Ketika itu, dia memilih slogan dari Interpol untuk ditulis di bagian dada kanan. Di bagian sebelah kiri, tertulis Ditreskrimum Polda Metro Jaya. Di bagian lengan sebelah kanan dibordir bendera Indonesia. Di bagian punggung, tertulis kata polisi dengan bold dan besar.

Untuk celana, Krishna memilih meniru para army yang bertugas di wilayah konflik. Tentara tersebut menggunakan celana taktis militer dengan warna mirip gurun. Warna itu adalah khaki. Setelah itu, dia juga menentukan sepatunya adalah sepatu besar dengan warna senada.

“Lalu saya minta anggota saya untuk memakai,” ujarnya.

Sejurus dengan berbagai keberhasilan dari Reskrimum Polda Metro Jaya, kampanye itu mulai dilihat masyarakat. Puncaknya adalah saat penanganan serangan teror di kawasan Thamrin. Bahkan saat itu, pakaian yang digunakan oleh polisi menjadi bahasan di dunia maya.

Akibatnya, banyak masyarakat yang menginginkan kaos tersebut. Menurut Krishna, banyak warga yang meminta langsung kepada dirinya. Awalnya, Krishna membagikan kaos tersebut. Namun lama kelamaan, permintaan semakin banyak. Ditreskrimum sempat menjualnya di Koperasi Polda Metro Jaya.

“Karena banyak yang minta, lalu muncul versi KW di pasar-pasar. Saya sih senang biar ada KW,” selorohnya.

Kaos yang dipakai anggota Ditreskrimum sendiri tentu bukan yang KW versi Pasar Tanah Abang. Meski awalnya kaos itu dibuat dengan jenis kain yang biasa dan beli borongan, saat ini seluruh anggota Ditreskrimum menggunakan kaos TBC dengan brand mahal. Ada dua brand yang menjadi sponsor, yakni Hammer dan Polo.

“Seluruh anggota masing-masing dapat 3 kemeja. Lumayan di-endorse,” tambah Krishna.

Saking terkenalnya TBC, sejumlah Polda hingga Polsek di seluruh Indonesia sempat memesan ke dirinya. Krishna sendiri mengakui kalau dirinya sempat menjadi reseller kaos TBC untuk anggota lain di seluruh Indonesia. Namun saat ini, Krishna mempersilakan masing-masing Polda hingga Polsek di seluruh Indonesia untuk membuat kaos TBC masing-masing.

Karena hampir seluruh reserse di seluruh Indonesia mengenakan kaos serupa, Krishna memiliki istilah untuk itu. Dia menyebutnya TBC United. Yakni persatuan para reserse di seluruh Indonesia. hal itu, lanjut Krishna, sangat baik. Sebab saat ini, seluruh reserse terlihat saling menyatu dan yang pastinya, makin keren.

Karena banyaknya masyarakat yang mengenakan kaos TBC, Interpol bahkan memberi apresiasi langsung kepada Krishna. Saat pelaksanaan 12th INTERPOL Annual Heads of NCB Conference pada April lalu, Krishna mengaku Interpol sampai kaget dan tidak menyangka kampanyenya sangat sukses.

“Kita sangat dipuji,” terangnya.

Saat ini, dia ingin agar TBC menjadi imej dari Polri. Dia juga ingin agar masyarakat bangga dan cinta dengan polisi seperti masyarakat Amerika. Sebagai orang yang lama tinggal di New York, Krishna menyebut bahwa salah satu oleh-oleh orang datang ke New York selain kaos NYC atau jersey New York Knicks adalah kaos NYPD (New York Police Departement).

“Itu adalah tanda polisi sudah sangat dekat dengan masyarakat,” terangnya.

Salah seorang polisi yang mendapatkan banyak exposure saat serangan teror di kawasan Thamrin adalah Kompol Teuku Arsya Khadafi. Arsya dikenal sebagai polisi ganteng yang sedang menodongkan pistol dan berlari. Fotonya beredar banyak di sosial media. Kepada Jawa Pos, Arsya juga mengaku lebih pede dengan seragam tidak formal saat ini.

“Selain itu, masyarakat juga lebih senang melihat,” ujar Kasubdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya itu.

Selain seragam TBC, Ada juga seragam putih hitam bikinan Reskrim Polresta Depok. Di dada sebelah kiri seragam itu terdapat lambang sidik sakti indera waspada yang berbentuk cakra berujung enam dengan kombinasi warna merah dan kuning. Lambang tersebut mewakili profesi sebagai penyidik. Sekaligus memiliki nilai filosofi sebagai penyidik. Yakni, kejahatan harus ditindak sesuai undang-undang, profesional dan melindungi masyarakat, serta bertindak dengan cermat. Ada juga lambing Bareskrim di lengan kanan dan kiri dalam seragam itu.

Seragam putih hitam ini dikombinasikan dengan celana kain warna hitam atau terkadang juga celana khaki. Dengan memakai seragam kreasi Polresta Depok, petugas terlihat lebih stylish, namun tidak menghilangkan kesan tegas.

Kasat Reskrim Polresta Depok Kompol Teguh Nugroho menuturkan, memang untuk Reskrim Polresta Depok itu ada dua seragam unofficial, selain TBC itu juga seragam hitam putih. “Malahan, seragam hitam putih ini sebenarnya dibuat jauh sebelum TBC. Walau, yang paling ngetren memang TBC,” ujarnya.

Untuk desain seragam itu sendiri, memang dikreasikan oleh anggota-anggota Reskrim sendiri. Namun, diupayakan tidak menghilangkan karakter aparat kepolisian. ”Makanya, terdapat lambang-lambang Reskrim seperti sidik sakti indera waspada,” tuturnya.

Penggunaan seragam unofficial ini sebenarnya memiliki misi tersendiri, kalau TBC memang memiliki misi kampanye agar masyarakat mencegah kejahatan sesuai moto dari interpol. Namun, kalau uniform hitam putih ini mencoba untuk memberikan identitas baru polisi agar terlihat lebih memasyarakat atau pemolisian masyarakat.

”Dengan berbagai seragam ini, maka diharapkan antara Polri dan masyarakat bisa memiliki hubungan yang lebih dekat,” paparnya.

Tidak hanya itu, Polri juga terus berbenah dalam hal penampilan dan prilaku. Misalnya, dalam Reskrim ini ada dua fungsi, yakni penyelidik dan penyidik. Nah, untuk penyelidik ini memang masih dengan tampilan seperti preman dengan rambut panjang dan bahkan bertindik.

”Tapi, kalau penyidik karena tuntutan untuk melayani masyarakat, maka tampilannya berbeda,” ujarnya.

Dari rambut agar lebih rapi, penyidik menggunakan pomade. Lalu, dengan kombinasi uniform TBC atau hitam putih dibalu celana khaki. serta, sepatu yang lebih sporty.

”Tentunya, dengan tampilan yang lebih segar ini, masyarakat akan lebih nyaman dalam meminta pelayanan pada Polisi,” tutur Arek Suroboyo tersebut.

Namun, memang yang seragam TBC yang memiliki dampak paling besar. Terutama, pascaaksi teror Thamrin yang membuat masyarakat lebih menyorot penggunaan TBC. ”Banyak dampak positif TBC yang terasa,” paparnya.

Salah satunya saat ada acara Depok Police Expo 2016, saat itu tiba-tiba banyak masyarakat yang menggunakan seragam TBC. Bahkan, Wakil Wali Kota Pradi Supriatna juga mengenakan seragam itu saat acara tersebut.

”Wawali dengan inisiatif sendiri memakainya, dia beli di acara Depok Police Expo,” paparnya.

Sementara itu, kreativitas mengaplikasikan seragam tak hanya di Jawa. Di Polres Gowa misalnya, sejumlah reserse tiap hari kamis menggunakan polo berdesain TBC. Polo itu juga diklopkan dengan celana kargo warna terang.

Kasat Reskrim Polres Gowa AKP Yunus Saputra mengatakan sebenarnya ingin menggunakan seragam casual tersebut tiap hari namun takut melanggar aturan. Sebab sesuai peraturan kapolri (perkap), seragam untuk reskrim ialah kemeja putih, celana gelap dan dasi.

“Kalau teman-temannya sih nyamannya pakai polo tersebut,” ujar alumnus Akpol 2007 itu.

Menurut dia, Polo dan Cargo bukan hanya menampilkan kesan casual dan membuat penampilan lebih keren. Namun pakaian tersebut memang lebih nyaman terutama digunakan ketika di lapangan.

Yunus sendiri memesan baju tersebut di Jakarta.

“Yang biasa dipesan teman-teman di Jawa,” kata mantan Kanit Jatanum Polrestabes Surabaya itu.

Yunus sengaja mengadopsi seragam dengan kampanye Turn Back Crime karena hal itu sudah banyak diketahui masyarakat. “Kalau bikin desain sendiri nanti malah masyarakat bingung,” katanya.

Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Boy Rafli Amar mengapresiasi berbagai kreatifitas jajaran Polri dalam mengemas seragam tidak resmi tersebut yang justru makin popular. Boy menjelaskan, tentunya dengan makin populernya sergam TBC diharapkan masyarakat bisa bersama-sama mencegah kejahatan.

”Jajaran satuan kerja Polri juga perlu diapresiasi karena ini makin menunjukkan sisi humanis polisi,” tegasnya.

Apalagi, ternyata seragam TBC itu justru begitu popular dan diproduksi secara masal oleh masyarakat. Tentunya, setidaknya trend seragam tidak resmi polisi ini bisa membantu pertumbuhan ekonomi masyarakat. ”Ya, paling tidak industry konveksi menjadi terbantulah,” paparnya. (Jawa Pos/JPG)