Sambut Dewa Turun, Hari Kedua Imlek Ramai Dikunjungi

Vihara Hian Bu Ceng Tua, Pekong Tengah Laut di Sungai Kakap

TENGAH LAUT. Vihara Hian Bu Ceng Tua alias Xiao Yi Shen Tang alias Pekong Laut berada di tengah laut di Kecamatan Sungai Kakak, Kubu Raya, Minggu (3/2) sore. Andi Ridwansyah-RK

Di Kabupaten Kubu Raya terdapat sebuah vihara yang tergolong unik. Dibangun di tengah-tengah laut Kecamatan Sungai Kakap.
Andi Ridwansyah, Sungai Kakap

eQuator.co.id – VIHARA Hian Bu Ceng Tua. Dikenal juga dengan Xiao Yi Shen Tang.
Tapi masyarakat setempat kerap menyebutnya Pekong Laut. Sebutan itu melekat sampai saat ini. Pekong Laut dibangun sejak tahun 1972.

Saat ini Pekong tersebut masih kokoh berdiri. Walau ombak lautan tak henti-henti menerjang. Vihara ini menjadi salah destinasi yang juga diminati para pengunjung. Tak hanya pengunjung lokal, wisatawan berdatangan dari luar Kalbar.

Pengelola Pekong Laut, Aseng mengatakan, setiap momen Imlek tiba banyak wisatawan yang datang. Berbeda dengan hari biasanya. “Kalau momen Imlek, ramai ya. Ada yang datang untuk beribadah khususnya yang beragama Budha,” jelasnya kepada Rakyat Kalbar, Senin (4/2) sekira pukul 10.00 WIB.

Akan tetapi, ada juga para wisatawan yang ke sana sekedar untuk jalan-jalan. Tujuannya menikmati suasana dan keindahan tengah laut. Bahkan tidak mengenal agama apapun. Siapa pun bisa datang.

“Orang Muslim juga sering ke sana, ada yang jalan-jalan meningkmati keindahan, kadang sambil mancing,” ungkapnya.

Untuk sampai ke vihara tersebut, pengunjung harus melewati laut. Bila menggunakan kapal motor ditempuh selama 25 menit.
“Kapal motor bisa disewa pengunujung dari masyarakat di sekitar dermaga Kakap,” jelasnya.

Salah satu vihara tertua di Kecamatan Sungai Kakap itu memang memiliki karakteristik unik. Berbeda dengan kebanyakan vihara lainnya. Di semua sisi bangunannya terbuat dari kayu belian. Dinding bangunannya berwarna biru. Kontras dengan warna merah pada atapnya. Sementara saat sampai di depan pintu vihara, pengunjung akan melihat lukisan sosok dewa-dewa.

Jika menggunakan motor air, dari kejauhan pengunjung sudah dapat melihat papan nama beraksara China. Tepatnya di atas pintu vihara. Menurut informasi, aksara China tersebut dibaca Xiao Yi Shen Tang. Artinya Vihara Dharma Bakti. Biasa juga disebut Hian Bu Ceng Tua. Yaitu kumpulan dewa-dewa.

Sejak berdiri tahun 1972, Pekong Laut sudah dikelola ayah Aseng. Hingga pengelolaan diturunkan kepada dirinya. “Saat ini saya sudah 30 tahun mengelolahnya,” sebut pria 65 tahun ini.

Menyambut perayaan Imlek, dirinya sudah melakukan persiapan-persiapan. Di antaranya dengan menggelar ritual-ritual penyambutan Imlek. Sehingga sejak kemarin vihara itu ditutup. Akan kembali akan dibuka lagi pada hari kedua Imlek.

Penutupan tersebut sesuai ajaran Budha. Karena ketika mau Imlek, para dewa itu naik ke atas langit. “Mereka pun akan turun ke bumi pada hari ke dua Imlek,” ucapnya.

Di hari ke dua, bisanya umat Budha umat berbondong-bondong datang ke Pekong Laut. Mereka ingin menyambut kedatangan dewa-dewa turun dari langit.
Beberapa tahun terakhir setiap Imlek, jumlah pengunjung mengalami penurunan.

“Kalau tahun-tahun sebelumnya sih turun jumlahnya,” tutup Aseng.

Penurunan jumlah pengungjung Pekong Laut juga diungkapkan Hamzah. Dia merupakan salah seorang pemilik kapal motor air yang biasanya membawa penumpang ke Pekong Laut. Kendati begitu diakuinya, setiap Imlek terjadi peningkatan jumlah pengunjung dibanding hari biasanya.

“Tetapi kalau kita bandingkan dengan tahun-tahun lalu mengalami penurunan,” ungkapnya.
Tarif carter kapal motor menuju Pekong Laut berkisar Rp150 ribu sampai Rp200 ribu rupiah untuk sekali jalan. Biaya segitu bukan dikenakan untuk per orangan. Melainkan biaya sekali jalan dengan motor bermuatan maksimal 10 penumpang. (*)

Editor: Arman Hairiadi