Rubella Penyakit Mematikan Nomor Tiga di Indonesia

Setelah Diare dan Pneumonia

SOSIALISASI. dr. Endah Sulistiana, MARS., menjelaskan strategi eliminasi campak dan rubella, di Hotel Mercure Pontianak, Minggu (22/7). Bangun Subekti-RK
SOSIALISASI. dr. Endah Sulistiana, MARS., menjelaskan strategi eliminasi campak dan rubella, di Hotel Mercure Pontianak, Minggu (22/7). Bangun Subekti-RK

eQuator.co.idPontianak-RK. Pontianak salah satu dari 14 kota di Indonesia yang menjadi tempat sosialisasi kampanye anti penyakit campak dan rubella. Diadakan gabungan tiga organisasi: Kementerian Kesehatan, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dan World Health Organization (WHO).

Bertempat di Hotel Mercure, Jalan Ahmad Yani, Minggu (22/7), sosialisasi ini mengangkat tema advokasi dan pelatihan kepada tenaga kesehatan, terutama para dokter anak, untuk lebih jauh mengenal penyakit yang biasa disebut campak Jerman tersebut. Acara ini dihadiri perwakilan Kementerian Kesehatan serta perwakilan IDAI pusat dan wilayah Kalbar.

“Rubella merupakan penyakit mematikan nomor tiga untuk anak-anak usia di bawah 15 tahun setelah diare dan pneumonia, dan Kota Pontianak juga turut serta menyumbang angka penderita penyakit tersebut,” ungkap Dr. James Alvin Sinaga, Ketua IDAI wilayah Kalbar, dalam sambutannya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kalbar, Andy Jap, mengatakan bahwa sudah menjadi tugas para tenaga kesehatan untuk terus memberi informasi kepada masyarakat mengenai penyakit campak dan rubella. Sebab, tujuan dari program Indonesia Sehat adalah agar masyarakat melek dan mengerti tentang kesehatan.

“Celakanya, saat kita tidak pernah memberi informasi terkait rubella, masyarakat akhirnya mencari informasi sendiri secara sembarangan,” tutur Andy dalam sambutannya.

Ia juga menyayangkan bahwa dua ratus sembilan ribu anak Kalbar belum mendapat imunisasi campak dan rubella. “Ini bukan salah masyarakat, ini salah kita bila mau introspeksi, maka ini menjadi tugas kita memberikan informasi tentang rubella dan imunisasinya,” tegasnya.

Pada tanggal 1 Agustus nanti, lanjutnya, akan dilaksanakan pencanangan sosialisasi penyakit campak dan rubella. Andy menargetkan 95% anak Kalbar bebas dari campak dan rubella.

“Sosialisasi dilaksanakan di sekolah-sekolah, kepada pasangan yang telah menikah, dan juga area perbatasan serta seluruh kabupaten. Mengenai cara, dikembalikan kepada metode masing-masing,” pungkasnya.

Kegiatan dilanjutkan dengan pemberian materi mengenai penyakit rubella, imunisasi, serta halangan-halangan dalm menjalankan imunisasi tersebut. Sesi materi diakhiri dengn foto bersama serta santap siang kemudian dilanjutkan dengan pelatihan mengenai penanganan penyakit campak dan rubella yang dipandu oleh para pakar.

Ditemui di sela-sela acara, perwakilan dari IDAI pusat, dr. Armijn Firman, Sp.A., mengatakan proses advokasi ini telah dikawal secara ketat oleh tim khusus. Dari tiga organisasi kesehatan yang berpartisipasi.

“Ya, jalannya peraturan mengenai sosialisasi imunisasi campak dan rubella ini sudah dikawal sejak berjalannya peraturan tersebut, dan semuanya berjalan lancar hingga saat ini,” ungkapnya.

 

Laporan: Bangun Subekti

Editor: Mohamad iQbaL