eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Perekonomian yang dinilai masih belum begitu stabil, berdampak pada sejumlah pengembangan usaha. Salah satunya bisnis bidang properti.
Terlebih lagi, persoalan ini ditambah dengan isu stok impor baja dari luar negeri yang wacananya akan dibatasi oleh pemerintah. Sehingga hal ini dinilai akan berdampak pada material pambangunan perumahan.
“Sekarang perkembangan properti di Kalbar, masih lesu darah terlebih untuk perumaham komersil. Namun yang masih berjalan terus di perumahan subsidi bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR),” ujar Ketua Real Estate Indonesia (REI) Kalbar, M Isnaini, kemarin.
Isnaini mengamati, lesunya perkembangan properti ini lantaran dipengaruhi ekonomi global. Secara regional sendiri, ia memandang sejumlah harga komoditas yang masih belum terjadi kenaikan, sehingga berdampak pada daya beli.
“Kita masih bergantung pada pasar komoditas ekspor, seperti harga sawit dan karet yang masih belum baik, bahkan terjadi penurunan sehingga hal ini berdampak,” katanya.
Persoalan lainnya yang dihadapi pengembang dari tahun ke tahun bahkan sampai saat ini, yakni terkait pelayanan sertifikat tanah, yang dianggap masih perlu dilakukan percepatan.
“Kalau masalah listrik, ini sudah bisa kita atasi, artinya tidak ada masalah dengan PLN bahkan sudah jauh lebih baik,” ucapnya.
Kemudian adanya wacana pembatasan impor baja. Sehingga kata Isnaini, jika hal ini terjadi akan berpengaruh pada harga material yang digunkan pengembang dalam membangun perumahan.
“Kalau stok impor baja dibatasi, yang pasti akan berpengaruh pada material, dan ini tentu yang merasakan adalah pengembang. Tapi kita masih menunggu cabinet yang baru, ini akan seperti apa, artinya banyak faktor yang masih menjadi persoalan dalam pengembangan properti kita,” ungkapnya.
Kemudian saat diwawancarai rakyat Kalbar, Iwan Santoso, salah seorang pengembang yang tergabung dalam Partner Sejati Group, menyebutkan, isu kenaikan harga materil ini, sebetulnya bukan baru-baru ini. Bahkan sebelumnya sudah ada, namun masih belum secara sepenuhnya dilakukan.
“Informasinya 1 Maret ini sudah naik harga material, baik besi, seng dan turunannya, ini sebetunya sudah naik dari beberap waktu lalu, namu masih ditahn-tahan, dan dampaknya tentu ke kami sebagai pengembang, dan pasti kami akan sulit mencari konsumen, karena harga juga pasti berpengaruh,” kata Iwan, Senin (11/3).
Namun Iwan menyebutkan, terkait rumah subsidi sendiri, rencananya akan terjadi kenaikan pada akhir Maret mendatang yang dilakukan ketok palu oleh kemenpera.
“Ini masih wacana, diangka Rp149-Rp 150 juta, naik hingga Rp7-8 juta, ini masih ketok palu, nanti akhir Maret,” katanya.
Iwan berharap, hal ini tentu banyak faktor, apalagi menjelang kabinet yang baru, namun begitu ia berharap kondisi ini akan segera pulih, bahkan harga yang ditetapkan bisa sama dengan tahun sebelumnya.
“Kita berharap pasca Pilpres, setelah pemilihan akan kembali ke harga seperti di tahun 2018. Sekarang rumah subsidi sudah semakin banyak datang terus, sama juga dengan komersil, rumah MBR masih harga lama belum ada kepastian dari kemenpera, se,oga setelah pilpres kembali normal,” tandasnya.
Laporan : Nova Sari
Editor : Andriadi Perdana Putra