Putus Cinta, Terjun dari Lantai Tiga

Kisah Perjalanan Hidup TKI di Malaysia

Bertahan hidup di negeri Jiran, Rahmat mencoba mencari pekerjaan di tempat lainnya. Ada empat kedai yang didatanginya, namun nasib berkata lain. Cintanya gagal, kerjaan pun tiada. “Tak satu pun yang mau terima Rahmat, karena dia tak memiliki passport,” papar Windu.

Dengan alasan itulah, lanjut Windu, Rahmat nekat mengakhiri hidupnya dengan cara terjun bebas dari lantai tiga Hotel Public Inn Bintulu. “Intinya, dia kecewa dengan mantannya. Disisi lain, dia tidak bisa bekerja lagi dan tidak memiliki uang untuk pulang ke Indonesia. Sehingga dia putus asa,” jelas Windu.

Pascakejadian terjun bebas ini, Rahmat ditolong warga Malaysia. Dia dibawa dan dirawat di Rumah Sakit Bintulu. Karena suka berpindah tempat kerja dan tak mengantongi passport atau identitas lain, awalnya pemerintah Malaysia sukar mengetahui alamat asal Rahmat. Butuh waktu lama untuk penelusuran dan penyelidikan terkait identitasnya.

“Setelah kerja keras pihak Malaysia yang terus berkoordinasi dengan KJRI Kuching begitu juga sebaliknya, akhirnya identitas Rahmat diketahui. Siapa dia dan dari mana asalnya, sudah diketahui,” ungkapnya.

Akibat dari percobaan bunuh diri ini, Rahmat menderita lumpuh total. Ia hanya bisa terbaring lemah karena tulang belakang patah. “Tanggal 20 Desember 2016, KJRI Kuching dihubungi pihak Malaysia akan perihal ini. Kemudian tanggal 10 Januari 2017, Rahmat siap diantar ke Shelter KJRI untuk menginap semalam. Kamis pagi dia segera dipulangkan,” terang Windu.

Pemulangan Rahmat melalui jalur darat perbatasan Tebedu, Sarawak-Entikong, Kabupaten Sanggau. “Kami sudah koordinasi dengan P4TKI Entikong dan otoritas lainnya, baik di Kalbar maupun di Jawa Tengah. Rahmat sudah sampai di Entikong tadi (kemarin) sore. Dia langsung dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Soedarso untuk perawatan lebih lanjut, sebelum dipulangkan ke daerah asalnya,” kata Windu. (*)