eQuator.co.id – Terletak di ujung timur Kalimantan Barat, pembangunan di Puring Kencana dan Empanang, Kapuas Hulu, masih jalan di tempat. Nawacita pemerintah terkesan belum menyentuh dua kecamatan yang berbatasan langsung dengan Sarawak, Malaysia, itu. Salah satunya di bidang kesehatan.
Bendera merah putih memang berkibar gagah di depan Puskesmas Puring Kencana dan Puskesmas Empanang, setiap hari. Tanda bahwa NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) masih dijunjung masyarakat di sana. Meski tak bisa dipastikan apakah pengakuan itu disambut pejabat-pejabat pemerintah di daerah maupun Jakarta.
Kondisi bangunan Puskesmas yang pegawainya tetap mengibarkan bendera Indonesia itu luar biasa memprihatinkan. Di sana-sini, tempat pelayanan rawat jalan bagi masyarakat Puring Kencana tersebut ditemui berbagai kerusakan.
Beberapa atapnya bocor, triplek di deknya bergelantungan. Sebagian jendela jebol. WC dan kamar mandi pun tidak berfungsi. Belum lagi halamannya yang dipenuhi rumput liar setinggi lutut orang dewasa.
Kondisi serupa juga terjadi pada fisik bangunan rawat inap Puskesmas Kecamatan Empanang. Puskesmas itu dibangun di tepi sungai, banjir merupakan ‘makanan’ setiap tahun. Demikian penuturan sejumlah masyarakat setempat kepada Rakyat Kalbar, dua hari lalu (15/4).
Dengan kondisi tersebut, wajar saja sebagian besar warga Puring Kencana dan Empanang lebih memilih berobat dan melahirkan ke Sri Aman maupun Kuching, Sarawak. Sarana dan prasarana pelayanan kesehatan di sana berbanding 360 derajat.
Dikonfirmasi terkait kondisi dua puskesmas di beranda terdepan NKRI ini, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kapuas Hulu, dr. H. Harisson, M.Kes menjelaskan, tahun 2011 Kementerian Kesehatan RI telah membangun gedung rawat inap Puskesmas Puring Kencana. Namun, hanya sebatas itu saja. Gedung rawat jalan memang belum dibangun.
“Pemerintah Daerah mempunyai keterbatasan dana. Untuk itu, pelayanan rawat jalan disatukan dengan pelayanan rawat inap di gedung yang sama. Seharusnya memang antara pelayanan rawat jalan dan rawat inap harus di gedung yang terpisah,” ujar Harisson, Sabtu (16/4).
Dijelaskan dia, pelayanan yang menyatu antara ruang rawat jalan dan rawat inap dalam satu gedung memang akan menyulitkan.Terutama bagi petugas saat melayani pasien.
Khusus Puskesmas Empanang, pemerintah setempat melalui dana DAK tahun 2015 telah merehab fisik gedung rawat jalan dan sekarang telah berfungsi. Namun karena keterbatasan dana, dibeberkan Harisson, gedung rawat inapnya belum bisa diperbaiki.
Mantan Direktur RSUD dr. Ahmad Diponegoro Putussibau ini berencana gedung rawat inap Puskesmas Empanang akan direlokasi dari bantaran sungai agar tidak terus menerus kebanjiran. Tentu, terendam air dalam waktu cukup lama akan membuat fisik bangunan cepat rusak.
“Kalau musim banjir seperti sekarang ini, Puskesmas itu memang rawan,” jelasnya.
Menurut Harrison, fisik bangunan Puskesmas Empanang yang perlu direhab bukan hanya gedung rawat jalan dan rawat inap saja. “Namun, masih banyak rumah dokter, dokter gigi, dan paramedis yang juga perlu direhab,” papar dia. Ia mengakui, sulit bagi para tenaga kesehatan untuk bekerja sebaik-baiknya melayani masyarakat kalau rumah mereka tidak memadai.
Pun tak hanya kondisi fisik bangunan, peralatan medis pun sudah tak mumpuni. “Seperti kursi gigi beserta peralatannya dan lain lain,” ungkap Harrison.
Untuk tahun 2016 ini, lanjut dia, sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 71 tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional, Puskesmas di Kapuas Hulu termasuk yang di daerah perbatasan akan diakreditasi secara nasional secara bertahap.
Nah, akreditasi itu tentu akan terhambat jika fisik gedung beserta peralatannya tidak memadai atau tidak sesuai dengan pedoman fisik Puskesmas sesuai dengan Permenkes No. 75 tahun 2014. Alhasil, Harisson berharap ada perhatian dari Pemerintah Provinsi Kalbar melalui Dinas Kesehatan untuk bisa mengalokasikan dana perbaikan.
“Kami sudah mengajukan perbaikan atau rehab gedung Puskesmas dua kecamatan itu ke Provinsi melalui e-renggar. Mudah-mudahan disetujui,” tutup Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kapuas Hulu ini. (*)
Andreas, Puring Kencana