Punk Botol Kosong Bosan

Sosialisasi Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak

BINGUNG DAN BOSAN. Anak Punk Botol Kosong ketika mengikuti sosialisasi pencegahan kekerasan terhadap anak di Mapolda Kalbar, kemarin. ACHMAD MUNDZIRIN

eQuator – Pontianak-RK. Polda bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kalbar menggelar sosialisasi pencegahan dan perlindungan kekerasan terhadap anak di aula Mapolda, Rabu (25/11).

Pesertanya 210 undangan terdiri dari berbagai elemen. Mulai dari guru hingga geng anak punk (anak jalanan) di Kota Pontianak. Bocah jalanan itu diwakili perkumpulan Punk Botol Kosong Jalan Purnama, Pontianak Selatan.

Tidak ramai, hanya tujuh anak belia atau remaja, mengenakan celana pendek, sandal jepit lengkap dengan piercing (anting). Mereka memojokkan diri di kanan peserta lainnya. Ketika narasumber berbicara, anak Punk Botol Kosong ini malah sibuk dengan urusannya sendiri. Makanya mereka tak mengerti dengan apa yang disampaikan narasumber dari kepolisian, Dinas Pendidikan dan KPAID.

“Bingung saya, ngomong seperti tak ada titik pangkalnya (intinya),” ujar Agus, anak Punk Botol Kosong.

Padahal Agus dan keenam rekannya dating paling awal di Mapolda Kalbar. Dari pukul 07.00 hingga 11.00 mereka mengikuti acara itu. Namun tak ada yang mereka pahami. Malah kumpulan anak Punk Botol Kosong ini tak sabaran menunggu kegiatan sosialisasi pencegahan dan perlindungan kekerasan terhadap anak itu selesai.

“Bosan, tak ada menarik dari penjelasan yang diberikan pengisi materi,” sambung Junai yang juga anak Punk Botol Kosong. Katanya tentang kekerasan terhadap anak, namun anak-anak Punk itu tidak memahami apa yang disampaikan pemateri. “Jadi cuma duduk menunggu acara ini sampai selesai,” tambah Junai yang putus sekolah sejak dibangku kelas 2 SMP itu.

Mufi, 14, anak Punk Botol Kosong lainnya, juga tak mengerti apa yang sudah dijelaskan pemateri. “Ya duduk saja lah sampai acara selesai,” kata anak kelas 1 SMP, kerjanya ngamen di Kota Pontianak.

Pada momen dialog, anak Punk Botol Kosong ini bertanya kepada pemateri, apa yang salah tentang gaya dan penampilan mereka. Mereka sering dikritik masyarakat karena penampilannya. “Apa yang salah?” kata Ikhsan usai mengangkat tangannya mengajukan pertanyaan atas komunitasnya.

Wakapolda Kombes Pol Joko Irianto mengatakan, sosialisasi yang dilaksanakannya itu, bertujuan memberikan pembinaan kepada remaja, pemuda dan wanita. Khususnya menyikapi kasus kekerasan terhadap anak. Apalagi kasus ini tidak hanya terjadi di kota lainnya, namun kerap ditemukan di Pontianak juga. “Apakah anak sebagai korban, maupun pelaku,” katanya.

Mengantisipasi kejahatan yang melibatkan anak ini sudah menjadi tanggungjawab polisi. Namun memaksimalkan dan mewujudkan itu semua, harus melibatkan semua kalangan. Apalagi Walikota Pontianak dan Gubernur Kalbar ingin menciptakan kota layak anak. “Maka semua pihak harus berperan,” tegas Kombes Pol Joko.

Terpenting dan utama, dimulai dari lingkungan keluarga. Orangtua mesti mendidik anak, agar memiliki mental dan kepribadian yang baik. Setelah itu barulah lingkungan sekolah, menjaga komunikasi yang baik terhadap anak.

Kepolisian sendiri sudah melakukan kegiatan preentif, pembinaan terhadap anak. “Kita juga melakukan patroli mengawasi anak,” ungkap Kombes Pol Joko.

Sayangnya, fakta di Kalbar, khususnya Kota Pontianak, para orangtua hanya mengandalkan pihak luar, menitipkan anak mereka, misalnya di sekolah. Joko mengapresiasi sosialisasi yang dilaksanakan ini, mengingat permasalahan anak tidak bisa diatasi sendiri. “Harus semua pihak dan instansi terkait,” tegasnya. (zrn)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.