eQuator.co.id – JAKARTA-RK. Musim kemarau panjang tahun ini diprediksi berpengaruh pada luas lahan panen. Salah satu komoditas yang disebut akan terpengaruh adalah beras. Pemerintah pun diminta jeli dalam mengatur stok dan menetapkan strategi tanam. Sebab, landainya produksi diproyeksikan tejadi sampai Februari 2020.
Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pun telah memperingatkan pemerintah agar mewaspadai gagal panen hingga Desember mendatang. Di sisi lain, ancaman kemarau pada 2019 masih tinggi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Potensi luas panen tahun ini memang lebih rendah daripada 2018. Indikasinya seperti itu,” ujar Direktur Statistik Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan BPS Hermanto di Jakarta akhir pekan lalu.
Sebelumnya, BPS menyebut luas lahan baku sawah terus menurun. Menurut citra satelit Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) serta Badan Informasi Geospasial (BIG), pada 2018 luas lahan 7,1 juta hektare. Sedangkan pada 2017 masih 7,75 juta hektare.
BNPB menambahkan, terdapat tujuh provinsi yang terdampak bencana kekeringan akibat musim kemarau. Yakni, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Jogjakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT. Sebanyak 4 kabupaten berstatus tanggap darurat dan 32 kabupaten/kota siaga darurat.
Pengamat pertanian dari Institut Pertanian Bogor Dwi Andreas menyebutkan, musim kemarau tahun ini dapat dibilang lebih ekstrem jika dibandingkan dengan tahun lalu. Dwi membenarkan, dalam kondisi saat ini, pemerintah harus memperhatikan lahan supaya dapat teririgasi secara teknis.
Menurut Dwi, lahan pertanian di Indonesia yang teririgasi secara teknis hanya sekitar 45 persen. Sebanyak 55 persen sisanya masih berisiko gagal panen saat cuaca ekstrem menyerang.
Untuk menghadapi kondisi tersebut, Dwi menyatakan bahwa pemerintah perlu cermat dalam mendata stok komoditas pertanian nasional. “Selain itu, pemantauan harga harus lebih ketat karena nanti pasokan sangat berkaitan dengan harga di pasar,” tutur dia.
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menegaskan, saat ini stok beras sudah sangat melewati batas aman. Dia menjelaskan, Bulog telah menyimpan 2,5 juta ton beras. Juga, stok beras diperkirakan mencapai 3 ton pada akhir tahun karena masih ada panen raya di sejumlah daerah.
“Amannya stok negara itu kan 1 juta ton hingga 1,5 juta ton. Saat ini sudah 2,5 juta ton lebih, sangat aman,” katanya.
Sebelumnya, pemerintah pada pertengahan tahun ini sudah mengambil ancang-ancang upaya mengantisipasi penurunan produksi pangan akibat musim kemarau panjang.
“Kita harus benar-benar antisipasi musim kekeringan yang mungkin agak di luar kebiasaan,” kata Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro.
Namun, Bambang tak merinci komoditas pangan apa yang akan mendapat perhatian lebih dari pemerintah. “Beras sejauh ini di cadangan Bulog masih relatif aman. Harusnya komoditi lain di luar beras,” katanya. (Jawa Pos/JPG)