eQuator.co.id – Pontianak-RK. Rencana penerapan transaksi BBM non tunai oleh Pemkot Pontianak menuai berbagai macam komentar. Salah satunya, Rama, mahasiswa Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak. Dia merasa sedikit keberatan terhadap program pembayaran non tunai pada transaksi BBM.
Ia menilai, program itu nantinya akan memberi kesulitan bagi masyarakat awam yang belum sepenuhnya mengerti akan teknologi. “Kan tidak semua orang paham dengan transaksi non tunai,” ujarnya ketika diwawancarai, Jumat (23/8).
Kendati begitu, penerapan program non tunai ini tidak sepenuhnya salah. Karena, jika program ini nantinya berjalan juga akan menjadi bukti bahwa Kota Pontianak bisa bersaing dalam kemajuan teknologi di dunia.
“Yang harus dilakukan pemerintah saat ini adalah bagaimana bisa mensosialisasikan dengan benar kepada seluruh lapisan masyarakat di Kota Pontianak ini. Agar ketika program ini sudah diluncurkan, seluruh masyarakat tidak terkejut lagi,” pintanya.
Oleh karena itu, mahasiswa semester tiga Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Untan ini meminta kepada pemerintah untuk tidak nanggung-nanggung dalam merealisasikan suatu program. Apalagi BBM merupakan kebutuhan yang hampir diperlukan oleh seluruh masyarakat dalam kategori apapun.
“Intinya jangan sampai program itu nanggung. Apalagi sampai menyusahkan masyarakat. Karena kalau tak bisa isi BBM, motor tak bisa hidup,” ungkap Rama.
Karena, selama ini ia melihat kebanyakan yang mengantre BBM adalah orang-orang tua. Oleh karena itu, ia tidak ingin program ini malah menyulitkan.
Ia pun berharap jika program transaksi non tunai BBM ini bisa dilaksanakan dengan benar, maka hal itu bisa menjadi contoh bahwa kemajuan di Kota Khatulistiwa ini betul-betul nyata.
“Berarti pemerintah sukses. Rakyat juga sukses. Karena kalau rakyat tak sukses, program itu tak mungkin bisa berjalan dengan lancar,” tukasnya.
Terpisah, anggota DPRD Kota Pontianak Herman Hofi mengatakan, ada efek positif dan negatif dalam program transaksi non tunai BBM ini. Efek positif menurut Herman, yakni melalui transaksi non tunai ini bisa mengatur keuangan masyarakat dengan baik.
“Kemudian kecenderungan menyimpang di SPBU itu juga akan sangat kecil,” ungkapnya ketika dihubungi.
Namun efek negatif yang ditimbulkan yakni apakah pihak penyelenggara dalam hal ini Pemkot Pontianak dan SPBU sudah siap dengan matang untuk menjalankan program tersebut. “Jangan sampai mereka sendiri yang tidak siap,” ucapnya.
Walaupun begitu, dengan adanya non tunai ini juga dapat menjadi salah satu cara untuk menekan lajunya inflasi. “Jadi tidak terlalu banyak uang yang beredar di masyarakat. Secara ekonomi itu sangat banyak manfaatnya,” tuturnya.
Kemudian, Pengamat Eonomi Untan, Ali Nasrun berpandangan, program pembayaran BBM non tunai ini bagus. Karena kedepannya perkembangan dunia akan mengarah pada transaksi non tunai. Indonesia jika dibandingkan dengan negara lainnya, sudah tertinggal jauh.
“Jangan alergi dengan hal itu, jangan kita menolak hal tersebut. Tetapi kita juga jangan terlalu semangat lalu tiba-tiba ingin merubah secara drastis,” ucapnya.
Ia menambahkan, dalam program transaksi non tunai berbagai hal harus dipersiapkan secara matang. Mulai dari infrastruktur peralatan dan yang paling penting adalah perilaku dari manusia. Oleh karena itu, yang perlu dilakukan pemerintah adalah sosialisasi.
Jangan sampai program ini dilakukan secara terkejut sehingga membuat orang panik. Kemudian, infrastrukturnya juga disediakan secara matang. Jangan sampai peralatannya tanggung pada saat program ini ingin diterapkan. Dan, jika hal tersebut terjadi, maka akan menyebabkan orang kecewa terhadap sistem ini.
“Infrastruktur bukan hanya adanya alat tapi juga operator yang mengelola juga harus benar-benar terlatih,” katanya.
Selanjutnya, yang perlu diperhatikan jangan sampai pemerintah mengubah mendadak secara total. Harus dilakukan proses secara bertingkat dan bertahap. Pemerintah juga harus tetap menyiapkan pelayanan yang non tunai. Jadi masyarakat akan diberikan dua pilihan yakni tunai dan non tunai.
“Jangan sampai orang tidak bisa bertransaksi hanya karena sebuah sistem,” jelasnya.
Pemerintah, sambungnya, juga harus membuat orang lebih nyaman menggunakan sistem non tunai. Pada saat masyarakat sadar akan kemudahan menggunakan sistem non tunai maka dengan sendirinya sistem akan berubah.
Saat sekarang lebih banyak orang yang mengambil di ATM ketimbang ke teller. Karena adanya kenyamanan. Seperti tidak memerlukan antrean dan waktunya juga bebas. Fasilitas yang membuat orang nyaman akan dengan sendirinya membuat orang beralih.
“Masyarakat harus digiring secara sistematis, jangan memaksakan untuk menghadapi masyarakat,” katanya.
Program ini, menurutnya bukan merupakan program baru. Beberapa waktu yang lalu pemerintah juga sempat mewacanakan program seperti ini. Namun hilang. Pemerintah harusnya memiliki keseriusan dalam menerapkan program transaksi non tunai.
Jika pemerintah tidak memberikan kepastian dalam menjalankan program yang dilaksanakan, maka akan membuat masyarakat kecewa. Ketika masyarakat telah kecewa, maka akan semakin sulit untuk mengajak masyarakat mengikuti program tersebut.
“Program yang berkaitan dengan masyarakat jangan seperti coba-coba,” tegasnya. (Riz)