eQuator.co.id – Boleh dibilang pemula, tapi ratusan mahasiswa dari kampus biru muda Politeknik Negeri Pontianak (Polnep) melangkah tegap bersemangat ke halaman kantor DPRD Kalbar. Sontak, riuh lantaran sudah lama kedatangan rombongan Polnep ini dinanti. Bertahun-tahun tak pernah turun aksi demonstrasi, akhirnya mereka ikut menyuarakan aspirasi masyarakat.
“Hidup mahasiswa,” teriak Agung Prabowo, Presiden Mahasiswa Politeknik Negeri Pontianak, Rabu (27/9).
Mahasiswa Polnep memang baru saja terbangun dari tidur panjangnya. “Insya Allah Polnep mulai sekarang akan terus bergerak jika ada kondisi yang memang dibutuhkan,” tuturnya.
Ia merasakan aksi nasional ini sudah merupakan hak dasar dari rakyat Indonesia dan wajib untuk diperjuangkan. “Kami selaku BEM membuka diri jika ada isu-isu yang perlu dibahas dan perlu adanya tindakan, silakan sampaikan ke kami, mungkin lebih baik juga jika ada kajian yang diberikan,” timpal Agung.
Ia berharap teman-teman yang masih demo dapat menyampaikan pendapatnya dengan baik agar unjuk rasa ini berjalan sukses. “Buat rekan mahasiswa ingat tuntutan kita harus jelas. Jangan terprovokasi, dan aksi bakti kita ini bukanlah tunggangan elite politik manapun,” tukasnya.
Terkait aksi lanjutan 30 September nanti, sayangnya BEM Mahasiswa Polnep ragu akan turun atau tidak. Alasannya, masih harus diskusi dengan berbagai pihak.
Apa komentar lembaga Direktur Polnep yang kali ini diwakili Kepala Humas dan Protokoler Erwandi? Ia menampik kabar yang beredar bahwa Polnep baru kali ini mengikuti aksi.
“Kami selalu mensupport mahasiswa yang ingin menyampaikan pendapat, namun kadang hanya delegasi, perwakilan yang kurang terekspose,” ujar lelaki berkacamata itu.
Irwandi mengatakan, terkait perkuliahan yang berlaku di Polnep, jadwal praktek lapangan menjadi salah satu alasannya. “Juga tidak semua kegiatan aksi kita harus ikuti, harus dipilih yang mana benar-benar harus diikuti,” timpalnya.
Menurutnya, setiap tindakan harus dihitung langkah tepatnya. Jangan sampai mahasiswa yang sudah dianggapnya sebagai anak-anaknya sendiri mengambil jalan yang salah.
Meskipun dalam aksi (25/9) tersebut Polnep terhitung telat, tidak ada kata terlambat untuk sebuah perjuangan. Irwandi menuturkan bahwa Polnep tidak pernah melarang kebebasan berpendapat mahasiswanya. Tetapi tetap dalam koridor yang baik.
“Juga harus komunikasi kepada kami terkait isu apa yang didemokan. Juga tidak boleh anarkis, harus damai,” tutup lelaki 56 tahun itu.
Ketapang Bergerak
Seperti diberitakan sebelumnya, tak hanya di Ibukota Kalbar, ratusan mahasiswa di Ketapang pun tak mau ketinggalan kereta. Menggelar unjuk rasa menentang RUU kontroversial yang dianggap sebagai rekayasa Pemerintah dan DPR RI. BEM Polinka, BEM Al Haudl, HMI, KAMMI dan PMII menggelar aksi demonstrasi di Kantor DPRD Ketapang, Kamis (26/9).
Para mahasiswa menyampaikan beberapa tuntutan. Diantaranya menolak Rancangan KUHP, sekalian menyoroti Karhutla di Ketapang.
Pjs Ketua DPRD Ketapang, M Febriadi, mengaku sangat mendukung dan mengapresiasi aksi mahasiswa Ketapang. Meskipun, saat ini dirinya sedang berada di luar daerah untuk konsultasi ke Mendagri RI.
“DPRD mendukung gerakan mahasiswa menyampaikan kritik dan masukan. Walau saya di luar daerah, tapi saya mengamati dan sudah membaca isi tuntutan mereka,” kata Febriadi dikonfirmasi melalui telpon, Jumat (27/9).
Menurutnya, gerakan mahasiswa memprotes suatu permasalahan yang dianggap bertentangan merupakan hal wajar. Pilihan menyampaikan aspirasi wadahnya di DPRD. Lembaga DPRD, sambung dia, terbuka untuk siapapun untuk kritik dan masukan, termasuk mahasiswa. Terlepas bentuk gerakannya berupa aksi itu adalah pilihan.
“DPRD tetap akan komitmen mengawal kepentingan masyarakat. Soal tuntutan mahasiswa, kita pastikan tetap diakomodir dan diteruskan ke DPR RI,” janjinya.
Laporan: Suci Nurdini Setiowati, Muhammad Fauzi
Editor: Mohamad iQbaL