eQuator.co.id – Pontianak-RK. Polda Kalbar telah menyiapkan satu kompi pasukan Satuan Brimob untuk dikirim ke wilayah gempa di Sulawesi Tengah (Sulteng). Jumlahnya seratus personel.
Mereka yang dikirim ini akan bergabung dengan 5.000 personel bantuan Brimob dari berbagai daerah di Indonesia. Pasukan akan membantu proses tanggap bencana.
“Pasukan kita ini sudah dilengkapi perlengkapan SAR (search and rescue). Baik SAR darat maupun air,” jelas Kepala Satuan (Kasat) Brimob Polda Kalbar, Kombes Pol H. Agus Tri Heriyanto, kepada sejumlah wartawan saat ditemui dalam kegiatan peletakan batu pertama pembangunan perumahan khusus anggota Polda Kalbar di Desa Kapur, Sungai Raya, Kubu Raya, Senin (1/10) siang.
Ia menjelaskan, nantinya personel yang dilengkapi peralatan SAR darat maupun air ini bertugas untuk memindahkan pilar-pilar yang berserakan. Apalagi diduga masih ada korban yang tertimpa reruntuhan bangunan maupun tertimbun.
Rencananya, satu kompi pasukan Brimob Polda Kalbar ini akan diberangkatkan hari ini, Selasa (2/10). Karena masih menunggu perintah dari Mabes Polri. “Kita menunggu giliran, karena di sana sudah ada empat kompi dari Resimen Mabes Polri,” tuturnya.
Yang jelas kata dia, pasukan sudah siap diberangkatkan berikut perlengkapannya. Dengan diberangkatkannya seratus personel ini, tidak mempengaruhi kekuatan Polda Kalbar. Pasukannya masih banyak untuk membekap Polda Kalbar terlebih dalam pengamanan pelaksanaan kampanye Pilpres dan Pileg. “Justru itu (pasukan yang dikirim) adalah cadangan yang setiap harinya disiapkan untuk apapun kegiatannya,” jelasnya.
Meski pasukan cadangan, namun personel-personel yang dikirim ini sudah terlatih. “Kalau ini kendaraan, sudah on the road, siap pakai saja,” pungkasnya.
Saat bencana, apalagi jumlah korban dan dampaknya begitu besar seperti gempa dan tsunami di Sulteng, sudah pasti setiap media, masyarakat dan lainnya membutuhkan data yang update. Sasarannya adalah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Nah, sebagai Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho harus menyampaikan update data. Bahkan pihak Istana Negara dan Kementerian lain juga meminta informasi soal bencana tersebut. Namun pihaknya juga memiliki keterbatasan akses data dan informasi ke lapangan.
“Apalagi kondisi listrik dan komunikasi ke Palu, Donggala, Sigi, dan Parigi Moutong juga lumpuh. Sangat sulit kami mengakses data dan update penanganan,” terang Sutopo saat curhat di salah satu grup Wartawan Penanggulangan Bencana (Wapena) Kalbar, Minggu (30/9) malam.
Ia mengatakan, handphone (HP) miliknya tak berhenti berdering. Selain telepon, SMS, juga WhatsApp pertanyaan dari media dan lainnya terus masuk.
“Banyak sekali telepon yang saat saya angkat ternyata bukan hanya dari media. Tapi dari staf Kedutaan, Konsuler, Kementerian/Lembaga, dan masyarakat yang menanyakan kondisi di Sulteng sana,” tuturnya.
Entah memperoleh nomor teleponnya dari mana, kata Sutopo, banyak masyarakat yang menanyakan tentang orangtua, anak, saudara, kerabat dan teman mereka kepadanya. Masyarakat bertanya tentang keluarganya yang belum dapat dihubungi sampai saat ini di tempat bencana sana. “Orang asing pun banyak yang telepon atau WhatsAap menanyakan korban dan penanganan,” jelasnya.
Meski sekarang Sutopo masih belum begitu pulih dari sakitnya, dia menegaskan, harus melayani dan menjelaskan semuanya. Harus sabar, telaten dan membesarkan hati masyarakat yang kehilangan saudaranya. “Komunikasi memang lumpuh. Saya sendiri kesulitan mencari data,” ucapnya.
Sutopo pun mohon maaf kepada teman-teman media karena tidak dapat melayani wawancara satu per satu. Jika ada update pasti segera ia sampaikan di wag medkom. Saat ini, total ada 6 wag medkom, 14 wag wapena (wartawan lokal) dan 1 wag pers BNPB yang harus diberikan info terus menerus.
“Ada lebih 3.000-an wartawan yang harus saya layani. Saya broadcast melalui wag dan japri semua info bencana,” ucapnya.
“Mohon maaf saya tidak dapat menjawab pertanyaan lisan dan tulisan satu per satu. Mohon maaf tidak bisa wawancara ke studio. Kondisi saya masih sakit. Masih pemulihan dari kanker paru-paru,” sambung Sutopo.
Sutopo mengaku fisiknya makin lemah. Nyeri punggung dan dada kiri menyakitkan. Rasa mual, ingin muntah, sesak napas, dan lainnya dia rasakan. Bahkan tulang belakangnya sudah bengkok karena tulang terdorong masa kanker. “Makanya jalan saya miring,” lirihnya.
Tapi demikian, dia tetap berusaha melayani rekan-rekan media dan menyampaikan informasi dengan baik. Setiap hari digelar konferensi pers dan disiapkan bahan paparan yang lengkap agar media tidak lagi salah kutip.
“Semua data yang saya miliki selalu saya berikan utuh. Tak ada yang saya sembunyikan. Selalu update dan berusaha melayani dengan prima kepada media,” tegasnya.
Saat konferensi pers jika ada media yang bertanya, dia menjelaskan dengan panjang, lengkap dan kadang berulang-ulang. Seperti memberi kuliah pada mahasiswa. Hal itu, agar penulisan beritanya tidak salah. Di Medsos, khususnya di twitter dan IG, dia berusaha juga update. Karena masyarakat luas menunggu.
“Namun, mohon maaf kondisi fisik saya tidak bisa ditipu. Sakit kanker paru-paru stadium 4B yang telah menyebar di beberapa bagian tubuh menyebabkan saya lemah. Rasa sakit yang mendera juga menyebabkan sulit untuk tidur nyenyak,” ucapnya.
Sekali lagi, kata Sutopo, dia mohon maaf tidak dapat melayani dengan prima semua pertanyaan rekan-rekan media dan masyarakat. Jika sehat pasti ia lakukan kapan, dimana dan bagaimana pun selama 24 jam 7 hari seminggu.
“Dengan keterbatasan yang ada mohon dimaafkan jika ada pertanyaan yang tidak dijawab. Penggilan telepon yang tidak diangkat. Undangan wawancara yang tidak bisa dipenuhi hadirnya,” sebutnya.
Ia mengatakan, akan tetap melakukan konferensi pers setiap hari selama darurat ini. Materi pasti disiapkan. “Saat konpres silakan tanya sepuasnya,” pungkasnya.
Tapi jangan pertanyaan asal-asalan dan hanya cari-cari kesalahan. Tanyalah yang berkualitas dan bermutu agar ia menjawabnya juga puas. “Lebih wawancara bersama-sama agar efektif waktunya,” harapnya.
Menurutnya, dia masih bisa menolak wawancara dengan media. Tapi dengan masyarakat yang kehilangan saudaranya saat ini, dia harus menjelaskan dan membantu dengan sabar. “Sekali lagi, mohon maaf. Saya juga mohon doanya agar saya segera sehat, sembuh dan bisa beraktivitas normal kembali,” ucapnya dengan harapan.
Laporan: Ocsya Ade CP
Editor: Armaan Hairiadi