eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, Pontianak salah satu dari lima kota yang masuk dalam prioritas pembangunan dan penataan pemukiman di sepanjang pinggiran sungai. Ini Nawa Cita Presiden Indonesia yang berupaya mewujudkan sistem perkotaan nasional untuk mengurangi kesenjangan antara kota-kota di Jawa dengan di luar Jawa.
Pembangunan waterfront city di Pontianak sebagai upaya merevitalisasi kawasan untuk menumbuhkembangkan kegiatan perekonomian. Sehingga ke depan bisa segera terwujud menjadi aset pendapatan bagi daerah. Salah satu kawasan yang menjadi perhatian pemerintah pusat untuk ditata pinggiran sungai Kapuas adalah Kelurahan Tambelan Sampit, Kecamatan Pontianak Timur.
Sejak tahun 2016 lalu, kawasan tersebut dibangun dalam dua tahapan. Saat ini, pengerjaan waterfront city hampir rampung.
“Tahun ini selesai,” kata Wakil Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, Kamis (30/11).
Menurut Edi, pembangunan waterfront tersebut awalnya di pinggiran sungai Kapuas dan Landak. Selama ini, justru ada kesan sungai Kapuas dianggap “di belakang”. Padahal itulah jantungnya Kota Pontianak.
“Karena aktivitas sungai ini sangat penting selain transportasi, perekonomian dan ada peradaban di situ,” ujarnya.
Oleh karenanya, Pemerintah Kota Pontianak ingin mengembalikan pinggir sungai sebagai jantungnya Kota Pontianak. Melalui proyek waterfront, akan ditata infrastrukturnya. Baik itu turap, jalan lingkungan, maupun pemukimannya.
“Nantinya di situ ada kriteria atau ada point-point tertentu, titik-titik tertentu seperti Alun Kapuas, Mesjid Jami’, Pelabuhan Senghie, tugu, Siantan juga, itu adalah point-point central. Akan dibuat lagi beberapa titik yang akan dihubungkan dengan jalan paralel itu,” terang Edi.
Nantinya, akan ada ciri khas di kawasan-kawasan pelabuhan, pusat perdagangan, pemukiman dan pertokoan. Masyarakat bisa jalan kaki atau menggunakan jalur air sambil menikmati keindahan serta suasana sungai Kapuas.
“Ini yang kita harapkan,” jelasnya.
Penataan di pinggiran sungai tersebut pastinya akan berdampak pada sektor pariwisata. Efek dominonya akan mendongkrak sektor ekonomi kreatif, pertumbuhan perekonomian dan semakin lebih baiknya peradaban. Pastinya juga akan memunculkan semangat dan produktivitas warga.
“Sehingga bisa mensejahterakan rakyat,” yakin Edi.
Kendati pengerjaannya belum rampung, waterfront Tambelan Sampit mulai ramai dikunjungi warga. Setiap harinya saat sore, dimanfaatkan warga untuk menikmati keindahan sungai dan cantiknya pembangunan waterfront.
Di kawasan ini sudah dilengkapi beberapa fasilitas, diantaranya tangga mandi. Masyarakat sekitar memang sejak dahulu menggunakan sungai untuk mandi.
Tak terlupakan penerangan jalan juga di sediakan. Saat ini sudah berdiri tiang yang digunakan untuk lampu jalan, sehingga semakin mempercantik saat malam. Ornamen tiang juga diberi motif. Pada bagian jalan, lantainya pun diberi ornamen. Seperti batu alam, koral ditambah dengan polesan cat pada bagian tepi.
Terdapat beberapa poster imbauan ‘jangan membuang sampah di sungai’ yang ditempel di rumah warga sekitar waterfront. Upaya pemerintah mempercantik pinggiran sungai ini akan diperkuat dengan pengelolaan sampah. Jangan sampai di sungai Kapuas ada sampah, sehingga terkesan kumuh.
“Nah, ini akan kita kelola dan kita akan bekerjasama dengan provinsi dan pusat, bagaimana mengelola sampah di sungai,” tutur Edi.
Masyarakat juga akan diedukasi agar tidak membuah sampah di sungai. Tapi membuang sampah di tempatnya yang nanti akan diolah.
“Harapan kita sungai Kapuas harus bersih, karena ini standar kota destinasi wisata unggulan,” pungkasnya.
Sementara itu, Supervisi Konsultan Pengawas Pembangunan Waterfront Tambelan Sampit, Midji mengungkapkan, pada saat ini para pekerja sedang melakukan finishing seperti batu alam, koral dan pengecetan pagar. “Lampu udah 100 persen. Pendopo dan tangga mandi juga sudah rampung, tangga mandi ada empat unit,” jelasnya.
Di lokasi tersebut ada dibangun dua titik gazebo. Satunya sudah rampung, sedangkan sisa tinggal pengerjaan dek. Dalam minggu ini akan selesai.
“Dan tidak akan melewati kontrak yang jatuh pada Desember 2017,” jelas Midji.
Semua penataan ini disambut baik Warga Tambelan Sampit, Abdul Malik. Ia merasa senang dan gembira pembangunan dengan waterfront. Jika dulunya malu, sekarang lokasi tersebut banyak dimanfaatkan warga untuk berfoto.
“Sekarang orang selfie udah pada berebut,” ucapnya.
Dijelaskannya, waterfront tersebut daya tarik wisata warga. Hampir setiap sore, warga dari penjuru Kota Pontianak ramai berkunjung. Tak hanya sekadar jalan santai bersama keluarga, ada juga yang memanfaatkannya untuk berolahraga. Alhasil beberapa warga sekitar yang membuka usaha ketiban untung dari pembangunan waterfront itu.
“Jadi tempat saye ni selain tempat wisata juga sebagai tempat olahraga,” tukas Malik.
Waterfront kini dibanggakan warga Kota Pontianak. Selalu mengenalkan lokasi ini kepada teman atau kerabatnya yang berasal dari provinsi lain. Dwi Sri Siaga Wati, misalnya. Dia mengajak enam temannya dari Bandung dan Jakarta untuk melihat sungai dari waterfront.
“Kita di sini mau jalan-jalan sekalian ingin memberitahukan kepada teman-teman bahwa keadaan Kota Pontianak sudah secantik ini,” ujarnya bangga.
Ibu 52 tahun yang akrab disapa Wiwik ini menyempatkan diri untuk berfoto bersama di lokasi tersebut sebagai kenang-kenangan dan sekalian mempromosikan Kota Pontianak. “Alhamdulillah dengan seperti ini kita lebih enak dan warga juga ada tempat bermain. Tempat ini asyik seperti di Kuching ada waterfront,” tutup Wiwik.
Laporan: Maulidi Murni
Editor: Arman Hairiadi