Pemudik Beralih Gunakan Kapal Laut

Tiket Pesawat Mahal

TUNGGU KAPAL Pemudik menunggu keberangkatan KM Bukit Raya di Pelabuhan Dwikora Pontianak, Senin (27/5). Moda transportasi ini lebih diminati, karena harga tiket pesawat yang masih mahal. Rizka Nanda/Rakyat Kalbar

eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Mahalnya harga tiket memaksa para pemudik mengurungkan niat menggunakan pesawat. Moda kapal laut jadi pilihan, karena tarifnya yang jauh lebih murah.

Salah satu pemudik yang memilih menggunakan kapal laut, Wiyono. Penumpang kapal tujuan Surabaya ini mengaku, baru tahun ini mudik menggunakan kapal laut. Sebelumnya dia selalu mudik menggunakan pesawat.

Wiyono mengaku tidak punya alternatif lain, selain kapal. Sebab, jika terlalu memaksakan kehendak untuk menggunakan pesawat, biaya yang mesti disiapkan dipastikan akan membengkak berkali-kali lipat dibandingkan tahun lalu. “Tahun lalu ya pakai pesawat. Kalau sekarang ini terlalu mahal. Jadi lebih baik milih kapal laut lah. Lebih murah,” katanya saat ditemui di Pelabuhan Dwikora Pontianak, Senin (27/5).

Dia tidak mudik sendirian, pemudik asal Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya ini juga ikut menyertakan sanak keluarganya ke kampung halaman. Setelah 10 hari merayakan lebaran di Surabaya, barulah dirinya berencana kembali ke perantauan, Kalbar. “Sama anak istri. Cuma mereka berangkat duluan. Hari ini (kemarin, red) saya sendiri. Balik lagi mungkin setelah beberapa hari lebaran lah. Kira-kira 10 hari setelah lebaran,” tukasnya.

Senada dengan Wiyono, pemudik lain yang juga beralih dari moda transportasi pesawat ke kapal laut ialah Jon Sugiono. Penumpang KM Bukit Raya tujuan Surabaya ini mengaku terpaksa mudik menggunakan kapal laut, karena mahalnya harga tiket pesawat yang dibanderol oleh maskapai.

Harga tiket pesawat saat ini dirasakan Jon, sudah terlampau tinggi. Sebeb harga tiket yang biasa dibeli menjelang lebaran hanya pada kisaran Rp700 ribu-Rp800 ribu, saat ini melonjak tiga kali lipat hingga di atas Rp2 juta. “Biasanya kalau mudik selalu pakai pesawat. Cuma sekarang terlalu mahal. Jadi terpaksa naik kapal laut lah daripada tidak pulang kampung. Biasanya kan Rp700 ribu-Rp800 ribu. Sekarang sampai Rp2 juta lebih,” bebernya.

 

Laporan: Rizka Nanda

Editor: Yuni Kurniyanto