Pemkot Perketat ASN Ajukan Pindah

Moratorium CPNS, Pegawai Pontianak Kian Berkurang

ilustrasi.net

eQuator.co.idPONTIANAK-RK. Semenjak moratorium penerimaan CPNS diberlakukan, jumlah Aparatur Sipil Negara (ASN) di jajaran Pemerintah Kota Pontianak semakin berkurang. Setiap tahun ada 250 hingga 300 ASN yang pensiun.
“Saat ini Pemkot Pontianak hanya mempunyai 5.267 orang ASN, sedangkan rasionya hanya 0,80 persen dari jumlah penduduk yang ada,” ungkap Kepala Bidang Mutasi dan Pengadaan Aparatur pada Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kota Pontianak, Mohammad Bari, Senin (23/7).
Padahal ASN kata dia, sangat dibutuhkan. Guna menunjang kinerja Pemkot Pontianak. “Dulu Pontianak sempat mempunyai 8 ribuan ASN, tapi sekarang sudah jauh berkurang,” paparnya.
Untuk itulah, Pemkot memperketat ASN yang hendak pindah ke luar Pontianak. Jika pun diizinkan harus dengan alasan tertentu dan masuk akal. Sebaliknya, menerima ASN luar yang pindah ke Kota Pontianak tidak asal-asalan. “Ada seleksi serta melihat terlebih dahulu track record yang bersangkutan,” jelas Bari.

Sementara itu, Wali Kota Pontianak Sutarmidji menegaskan, pihaknya memperketat ASN yang hendak keluar dan masuk. Bagi mereka yang hendak masuk ke Pemkot agar bisa berkontribusi bagi pemerintah dan masyarakat di Kota Pontianak.
“Semua daerah saat ini katanya kekurangan ASN, maka jangan mudah memberikan izin pindah. Kalau diberikan izin pindah untuk ASN maka semakin berkurang lagi,” katanya.
Calon Gubernur Kalbar terpilih ini menyebutkan, ada banyak alasan pengajuan pindah. Namun sejauh ini ada yang izin pindah dengan alasan tak masuk akal.
“Kecuali apabila ASN tersebut adalah istri dari anggota TNI dan Polri yang kapan saja bisa tugas di mana-mana. Yang seperti ini baru kita izinkan pindah,” paparnya.
Ia juga sudah menginstruksikan pada jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkot Pontianak agar tak mudah memberikan izin bagi ASN yang mengajukan pindah. Sedangkan bagi hendak masuk ke Kota Pontianak, harus melalui proses yang selektif.
“Harus selektif dan harus melalui psikotes. Apabila menunjukan hanya potensial maka tidak diterima, seharusnya sangat potensial,” tegasnya.
Jika yang hendak masuk adalah dokter spesialis, pihaknya sangat membuka pintu selebar-lebarnya. Lantaran Pemkot memang sangat membutuhkannya. “Saya kalau ada dokter spesialis, nda nunggu lagi,” tutup pria yang karib disapa Midji ini. (agn)