eQuator.co.id – JAKARTA-RK. Sudah sekitar 2,5 bulan Hariadin dan Heri Ardiansyah berada di tangan penculik dari kelompok Abu Sayyaf. Pemerintah terus berupaya membebaskan mereka.
’’Mereka diculik bersama satu warga negara Malaysia,’’ kata Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Lalu Muhammad Iqbal di Jakarta kemarin (21/2).
Dua pria asal Wakatobi, Sulawesi Tenggara, itu diculik pada 5 Desember lalu. Lokasinya di Perairan Sandakan, Sabah, Malaysia.
Ini adalah penculikan WNI ke-11 yang dilakukan di perairan Sabah, Malaysia. Seluruhnya dilakukan kelompok bersenjata Abu Sayyaf yang beroperasi di Filipina Selatan. Motif mereka pun selalu sama.
’’Video semacam ini selalu disebarkan penyandera dalam setiap kasus penyanderaan untuk menekan keluarga,’’ ucap Iqbal.
Kemenlu telah berkomunikasi dengan keluarga Hariadin dan Heri. ’’Kami secara berkala menyampaikan update upaya pembebasan,’’ katanya.
Sementara itu, Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Dedi Prasetyo menjelaskan, Polri siap membantu upaya pemerintah dalam membebaskan mereka. ’’Kami bantu Kemenlu sebagai leading sector dalam kasus semacam ini,’’ terangnya di kantor Divhumas Polri kemarin.
Di tempat terpisah, pengamat terorisme Al Chaidar menuturkan, penyebab WNI selalu menjadi target, bisa jadi, adalah terlalu responsifnya pemerintah dan media. Abu Sayyaf bisa menganggap itu sebagai bentuk kepanikan. ’’Hingga coba terus memanfaatkannya, menarget WNI,’’ ujarnya.
Selain itu, sebenarnya sejak awal bisa ditebak, kembali memanasnya konflik antara kelompok Abu Sayyaf dan pemerintah Filipina akan membuat kelompok itu mencari modal. ’’Bisa dengan menjual senjata atau kembali melakukan penyanderaan,’’ jelasnya.
Setidaknya, ada sejumlah masalah yang timbul sebagai dampak kelompok Abu Sayyaf. Yakni, berusaha bergabungnya WNI yang berpaham radikal dan penyanderaan WNI. ’’Penjualan senjata ke kelompok teror di Indonesia juga jangan dilupakan,’’ tegasnya. (Jawa Pos/JPG)