Papua Genting, Gatot Batal ke Pontianak

Kelompok Kriminal Bersenjata Mengisolasi Dua Desa

SATGAS KKB. Kapolda Papua, Irjen Pol Boy Rafli Amar, dan Pangdam Cenderawasih, Mayjen TNI George E. Supit, menyalami anggota TNI yang tergabung dalam Operasi Satgas Terpadu Penanggulangan KKB usai apel di Polres Mimika, Papua, Senin (6/11). Mayer C. Sarioa-Radar Timika

eQuator.co.id–Pontianak-RK. Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo, terpaksa mengurungkan niatnya berkunjung ke Pontianak, Sabtu (11/11). Kabarnya, karena ada kegentingan di Papua.

Sedianya, Gatot dijadwalkan memberikan orasi ilmiah di depan ratusan wisudawan dalam peringatan Milad ke-27 dan Wisuda Program Sarjana Universitas Muhammadiyah Pontianak (UMP) Pontianak. Pun direncanakan menyerahkan penghargaan kepada mahasiswa berprestasi lulusan terbaik.

“Ada kondisi yang lebih memerlukan Beliau di tempat lain, sehingga batal hadir di sini,” tutur Rektor UMP Pontianak, Helman Fachri, saat menyampaikan sambutan pembukaan kegiatan tersebut di Gedung UMP, Jalan Ahmad Yani I, Pontianak Selatan.

Menurut Rektor periode ketiga ini, komunikasi telah terjalin intens dengan Gatot untuk melancarkan agenda rapat terbuka senat untuk enam fakultas tersebut. “Dua hari lalu (Kamis, 9/11), bahkan kemarin (10/11) saya sempat mengkonfirmasi Beliau untuk memastikan kehadiran. Beliau bilang bisa. Tapi karena saat ini Beliau tengah menghadapi masalah dan harus menjaga keamanan, sehingga tidak bisa hadir,” terangnya.

Akhirnya, orasi ilmiah disampaikan oleh salah seorang Ketua PP Muhammadiyah, Anwar Abbas. “Ini orasi tanpa direncanakan. Saya cuma menggantikan Panglima TNI, Beliau tengah menghadapi masalah yang begitu mengganggu, menurut saya. Karena ada wilayah yang ingin melepaskan diri dari NKRI,” ungkapnya.

Setakat ini, TNI dan Polri tengah bernegosiasi dengan kelompok kriminal bersenjata (KKB) yang melakukan penyanderaan masyarakat sipil di Desa Kimbely dan Desa Banti, Kecamatan Tembagapura, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua. Panglima Gatot dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian turun ke lokasi. Mereka berupaya melakukan langkah persuasif demi menyelamatkan warga yang disandera.

Di sisi lain, Kapendam XII Tanjungpura, Kolonel Inf Tri Rana Subekti menyatakan, tidak ada konfirmasi mengenai jadwal kehadiran Panglima TNI ke Kalbar. “Kalau ada, pastinya Kodam akan dilibatkan dan kita sudah siaga,” tuturnya kepada Rakyat Kalbar, Jumat (10/11) malam.

Pihak penyelenggara pun, lanjut Kapendam, tidak berkoordinasi ke Kodam. “Sejauh ini belum ada perintah kepada Kodam kalau ada Panglima TNI datang,” jelas Tri.

Sementara itu, KKB masih mengisolasi desa Kimbely dan Banti, Tembagapura, hingga Sabtu (11/11). Upaya persuasif saat ini masih dikedepankan, mengingat risiko yang begitu tinggi bila dilakukan pembebasan dengan penyerbuan pasukan bersenjata.

Kabid Humas Polda Papua, Kombes A.M. Kamal menuturkan, dari informasi yang dikumpulkan pihaknya, diketahui KKB memiliki sekitar 35 pucuk senjata laras panjang dan pendek. ”Senjata pabrikan,” tuturnya.

Kekuatan tersebut ditambah dengan 100 simpatisan yang membawa senjata panah dalam mengisolasi dua desa tersebut. Demikian pula kondisi medan yang sulit menjadi pertimbangan tersendiri. Untuk menuju dua desa itu hanya ada satu akses masuk.

”Medan di sekitar akses masuk itu perbukitan terjal yang terkadang patah-patah atau terdapat jurang yang memisahkan. Kondisi inilah yang menjadi pertimbangan dari kepolisian,” papar Kamal, dihubungi Jawa Pos, kemarin.

Menurut dia, saat ini kepolisian bersama TNI masih berupaya untuk bisa mengumpulkan kepala suku, tokoh agama, dan tokoh masyarakat. Tujuannya memberikan pencerahan kepada KKB agar menghentikan isolasi, baik dengan menyerahkan diri atau jalan lainnya.

”Kami berupaya menguatkan kepala suku, tokoh agama dan tokoh masyarakat agar mereka mau untuk meminta KKB tidak mengisolasi desa,” jelasnya.

Walau begitu, hingga saat ini, belum ada kepala suku, tokoh agama, dan tokoh masyarakat, yang berani mengunjungi KKB tersebut. ”Kami masih berupaya untuk melihat bagaimana kemungkinan ini,” terang Kamal.

Upaya lain yang sedang ditempuh adalah mencegah 1.300 warga yang terisolasi itu mengalami kelaparan. Maka, Polri dan TNI memberikan sumbangan sembako sebanyak dua kontainer untuk  warga dua desa tersebut.

”Ada dua warga desa yang bisa keluar untuk mengambil sembako tersebut, sehingga tidak terjadi kelaparan,” tuturnya.

Diharapkan, sembako-sembako itu bisa terdistribusi ke warga. Dia menjelaskan, oleh KKB, warga dibatasi aktivitasnya, sehingga penting untuk menyediakan kebutuhan sehari-hari tersebut.

”Kami akan terus memasok sesuai yang dibutuhkan,” jelas Kamal.

Polda Papua juga telah mengeluarkan daftar pencarian orang (DPO) untuk 21 orang yang diduga merupakan anggota KKB yang saat ini mengisolasi dua desa itu. Ke- 21 DPO itu adalah Ayuk Waker, Obeth Waker, Ferry Elas, Konikus Waker, Yopi Elas, Jack Kemong, Nau Waker, Sabinus Waker, Joni Botak, Abu Bakar alias Kuburan Koyoga, Tandi Kyoga, Tabuni, Ewu Magai, Guspi Waker, Yumando Waker, Yohanis Magai, Yosep Kemong, Elan Waker, Lis Tabuni, Anggau Waker, dan Gandi Waker.

Kamal menuturkan, 21 DPO itu diduga merupakan KKB yang melakukan isolasi, sekaligus beberapa waktu lalu yang melakukan sejumlah aksi bersenjata. Di antaranya, menembak mobil ambulans, menembak mobil patroli, menembak anggota polisi, dan memperkosa warga.

”21 orang ini merupakan pentolan KKB,” bebernya.

Terkait motif dan tujuan KKB mengisolasi dua desa, dia belum tahu. Permintaan kepolisian untuk berkomunikasi dengan KKB sama sekali tidak digubris.

”Belum ada permintaan apapun dari mereka,” tukas Kamal.

Informasi yang diterima Jawa Pos justru menyebutkan bahwa KKB itu sebenarnya menginginkan untuk menguasai beberapa tambang yang berada di Tembagapura. Tambang tersebut selama ini dikuasai warga lokal dan pendatang.

Tambang di sekitar Tembagapura memang cukup menggiurkan, sebab kandungan emasnya cukup banyak. Dalam sehari setidaknya bisa didapatkan 17 gram emas dengan penambangan tradisional.

Kapolda Papua, Irjen Boy Rafli Amar mengakui, meningkatnya kekerasan bersenjata ini memang dilatarbelakangi motif ekonomi. ”Ini musiman,” ujarnya beberapa waktu lalu.

Yang pasti, untuk pelaku penembakan ambulans, pemerkosa warga, dan penembak anggota kepolisian, tidak ada jalan lain. Kepolisian akan melakukan penegakan hukum.

”Hanya satu, proses hukum,” papar jenderal berbintang dua tersebut.

Laporan: Ocsya Ade CP, JPG

Editor: Mohamad iQbaL