-ads-
Home Rakyat Kalbar Mempawah Naik Dango Bukti Kekayaan Budaya di Kalbar

Naik Dango Bukti Kekayaan Budaya di Kalbar

Ungkapan Syukur Suku Dayak Saat Panen Padi

eQuator.co.id – Mempawah-RK. Gawai Dayak Naik Dango, selain menjaga nilai budaya, semangatnya diwujudkan melalui kedaulatan bidang pangan di Kalbar.

Naik Dango benar-benar bermanfaat bagi masyarakat Dayak. Apalagi di Landak, Kubu Raya dan Mempawah yang merupakan kabuoaten lumbung padi Kalbar.

Naik Dango XXXI di tiga kabupaten ini dibuka Gubernur Drs. Cornelis, MH. Pusat kegiatan dilaksanakan di Kecamatan Toho, Mempawah, Rabu (27/4). Dihadiri Wakil Ketua MPR RI Oesman Sapta Odang, Bupati Landak Dr Adrianus Asia Sidot, M.Si, Wakil Bupati Kubu Raya Drs. Hermanus, M.Si, Wakil Bupati Mempawah H. Gusti Ramlana, S.Sos serta aktor film asal Kalbar, Piet Pagau.
“Kedaulatan pangan bukan hanya padi saja. Namun berbagai jenis tanaman pangan, seperti ubi, sukun, jagung dan sayuran. Sehingga tidak lagi membeli di kota dan beras tidak lagi makan beras miskin dan impor beras Thailand,” tegas Gubernur Cornelis.
Cornelis berharap, setelah Naik Dango, petani kembali bercocok tanam. Jangan terlalu larut, apalagi sampai berjudi dan mengonsumsi Narkoba. Bangsa Indonesia berupaya diracuni dengan Narkoba. “Ini upaya negara tertentu untuk merusak generasi muda secara terencana, terstruktur dan masif,” katanya.
Mantan Bupati Landak itu mengimbau, masyarakat Kubu Raya, Landak dan Mempawah mewaspadai bahaya rabies, teroris dan aliran radikal. Isu terbaru, khususnya di kalangan masyarakat Dayak, waspadai babi yang mati digigit kelelawar. Karena mengandung virus berbahaya.

-ads-

“Kalau ada babi yang matinya seperti itu, jangan dimakan,” tegas Cornelis.
Ungkapan Syukur
Wakil Bupati Mempawah, Gusti Ramlana mengungkapkan, Gawai Naik Dango merupakan ungkapan syukur kepada Tuhan. Kemudian ajang silaturahmi dengan sesama, setelah masa panen. “Mengingatkan setiap pribadi manusia, agar menjaga hubungan baik dengan alam yang sudah memberi rezeki,” kata Ramlana.
menurut Wakil Ketua MPR Oesman Sapta, Naik Dango merupakan promosi wisata. Juga menggali dan mengenal tradisi masyarakat Dayak yang damai dan tidak sombong.

“Budaya ini harus dipertahankan dan ditingkatkan. Ini bukti kalau Kalbar kaya akan budaya dan rajin bercocok tanam,” tegas Oesman Sapta.

Ketua Panitia Naik Dango XXXI, Amon Amed menjelaskan, Naik Dango adalah upacara adat Dayak Kanayatn dari sejak mengenal bercocok tanam padi. Naik Dango dilaksanakan setelah selesai panen. Sebagai wujud syukur kepada Tuhan (Jubata). Karena anugerahnya kepada masyarakat, terutama bidang pertanian. “Naik Dango dilaksanakan setia April dan dilakukan secara bergilir di tiga kabupaten,” jelas Amon.
Amon menjelaskan, terlaksananya Gawai Naik Dango, atas kebersamaan antara tiga kabupaten, Mempawah, Landak dan Kubu Raya.

“Galang-menggalang dan bahu membahu antara tiga kabupaten ini, membuat acara ini terselenggara dengan meriah,” katanya.

Amon menjelaskan, ada 29 kontingen dengan 2.957 peserta yang mengikuti berbagai perlombaan yang disediakan panitia Naik Dango XXXI.

“Terimakasih juga kepada donatur yang telah memberikan bantuan, hingga acara ini terselenggara dengan meriah dan lancar,” ucap Amon.

Naik Dango dimulai dengan mengantar padi hasil panen, masih bertangkai ke lumbung yang disebut dango. Rangkaian prosesi ini disebut Ngantatn Tangkeatn padi Ka Dango Padi. Diiringi tarian dan nyanyian amboyo, dilanjutkan Nyangahatn atau memanjatkan doa kepada Tuhan. Selesai Nyangahatn dilanjut Ngantat Panompo’ ke Temenggung.

Laporan: Isfiansyah, Ari Shandy, Humas Pemprov

Editor: Hamka Saptono

Exit mobile version