Naga Mutiara Cakra Hibur Warga Sekadau

Dari Pontianak, Kenalkan Budaya Tionghoa

ATRAKSI NAGA. Salah satu kelompok naga beraksi di Kota Sekadau, Minggu (14/2). Para pemain Nanga itu berasal dari Tanjung Hulu, Kota Pontianak. ABDU SYUKRI

eQuator.co.id – Sekadau-RK. Suasana Imlek di Kota Sekadau masih terasa meriah. Atraksi naga menghibur warga Sekadau sehari pasca Imlek hingga sekarang.

Apin, warga Siantan juah-jauh datang ke beberapa daerah di Kalbar, memerkan naga hanya untuk memeriahkan Imlek tahun Moyet Api. Tujuan utamanya berkeliling ingin mengenalkan dan melestarikan kesenian Tionghoa, yakni liong atau naga.

“Kami ingin meramaikan, menghibur masyarakat. Ini kan hanya setahun sekali, tidak setiap hari ada,” ujar pria 48 tahun itu yang juga memimpin aksi kelompok Naga Mutiara Cakra di Sekadau, Minggu (14/2).

Sudah seminggu ini, Apin dan kelompoknya mendatangi berbagai wilayah, diantaranya Nanga Pinoh, Sintang, Mahap, Sungai Ayak, Ngabang dan kini Sekadau. Setelah dari Sekadau, Apin berencana mendatangi Sanggau, memamerkan naga yang ditampilkan kelompoknya yang terdiri dari 19 orang.

Dalam masa perjalanan tersebut, kata Apin, dia dan rekan-rekannya menginap di Pekong. Tugasnya pun semakin berat, tak hanya mengenalkan kesenian Tionghoa dan mengawasi rekan-rekannya yang lain. Karena dia adalah pimpinan dan yang paling tua diantara yang lainnya.

“Ini rata-rata usianya 20 tahun ke atas. Tidak ada yang usia sekolah, semuanya sudah bekerja,” ujar ayah dua anak itu yang sudah memimpin mereka sejak 12 tahun silam.

Dijelaskan Apin, liong merupakan hiburan rakyat yang bisa dinikmati semua etnis, tidak hanya Tionghoa. Hal ini semakin menumbuhkan ketertarikannya untuk menjaga dan melestarikan kesenian Tionghoa.

Mereka akan memamerkan liong itu hingga Capgome 15 hari pasca Imlek mendatang. Setelah itu, semuanya akan kembali keaktivitasnya masing-masing. “Kalau sudah selesai semuanya, maka akan balik kepekerjaannya masing-masing. Ini kan juga ada yang usaha sendiri, jualan,” ungkapnya.

Karena kecintaannya terhadap kesenian itu, Apin tidak peduli seberapa banyak uang telah dia keluarkan untuk mendatangi tempat-tempat yang mereka datangi. Dia mengatakan, apa yang dilakukan itu untuk menjaga dan mengenalkan kesenian Tionghoa dalam memeriahkan Imlek.

“Bukan dapat uang, yang ada justru keluar uang sendiri. Tetapi kami tetap senang,” timpal Apin.

Meski kemajuan zaman dan teknologi tidak terbendung lagi, Apin masih yakin jika generasi muda Tionghoa masih memegang teguh kebudayaannya. Dia tidak takut dengan arus globalisasi dapat memengaruhi generasi muda Tionghoa untuk melupakan kebudayaannya.

“Saya yakin anak muda masih mengenal dan memegang teguh budayanya,” tegasnya seraya melanjutkan perjalanannya.

Laporan: Abdu Syukri

Editor: Hamka Saptono