Momen Imlek Tak Berpengaruh Signifikan Terhadap Inflasi di Kalbar

ilustrasi - pixabay

eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Tekanan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) di Kalbar pada momen Imlek bulan Februari diprediksi terkendali. Bahkan, angkanya bisa lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi di periode yang sama 2018 lalu.

“Berangkat dari pola atau historis sebelumnya kami meyakini inflasi cukup terkendali pada perayaan Imlek dan Cap Go Meh tahun ini,” ujar Kepala Kantor Perwakilan (KPw) bank Indonesia (BI) Kalbar, Prijono, kemarin.

Prijono menyebutkan, inflasi biasanya dilihat secara grafik seperti huruf W. Biasanya terjadi kenaikan di awal tahun, terjadi penurunan di pertengahan tahun, dan beranjak naik ketika penghujung tahun.

“Meskipun aktivitas meningkat periode Imlek atau Cap Go Meh ini tapi tidak kemudian membuat inflasi tinggi,” ungkapnya.

Sama seperti hari biasanya, komoditas yang menyumbang inflasi pada perayaan Imlek ini terjadi pada bahan makanan seperti udang basah, sawi, kangkung, telur ayam, beras, bawang putih, jeruk, sotong dan cabai rawit.

“Untuk di luar bahan pangan biasaya yang menjadi penyumbang inflasi yaitu harga tiket penerbangan yang naik pada momen ini, artinya kenaikan ini memang dikarenakan kebutuahn yang meningkat” tuturnya.

Namun makanan non halal seperti daging babi, kata Prijono, memang tidak menjadi salah satu penyumbang inflasi pada momen Imlek dan Cap Go Meh. Ini lantaran komoditas tersebut tidak masuk dalam lima besar komoditas penyumbang inflasi di Kalbar.

“Sebab kontribusinya juga masih sangat kecil. Untuk menentukan komoditas sebagai penyumbang inflasi sendiri, ada beberapa langkah yang sudah dilakukan sehingga menetapkan komoditas apa saja yang menjadi penyumbang,” terangnya.

Maka dari itu, lanjut Prijono, keberadaan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kalbar, diharapakan dapat menekan adanya inflasi yang terjadi di provinsi ini.

“Meskin tim ini tidak serta merta dapat menurunkan inflasi secara keseluruhan, kita berupaya memitigasi apa-apa saja yang dapat dilakukan untuk mengendalikan inflasi,” tutup Prijono. (ova)