Midji: Kita Masih Asing dengan Pembayaran Non Cash

Hadiri Pembukaan FEGAS 2 FSEI IAIN Pontianak

PRASASTI. Sutarmidji dan Syarif menandatangani prasasti peresmian Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Syariah Khalsa di IAIN Pontianak, Senin (15/10). Bangun Subekti-RK

eQuator.co.idPontianak-RK. Sekitar ribuan mahasiswa dari berbagai kampus di IAIN Pontianak memadati Tower B Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam dalam rangka pembukaan kegiatan Festival Gaye Syariah  (FEGAS) ke 2, Senin (15/10). Selain jajaran petinggi IAIN dan kampus FSEI Pontianak, acara ini dihadiri Gubernur Kalbar Sutarmidji.

Dalam sambutannya, Ketua Panitia FEGAS 2, Muhammad Amal menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan yang telah menjadi agenda tahunan kampus tersebut. Bahkan ia membawa kedua orangtuanya untuk hadir. “Saya membawa kedua orangtua saya agar mereka bisa melihat seperti apa anak mereka beraktivitas selama menjadi panitia,” ucapnya.

Baginya, kegiatan ini merupakan acara keluarga syariah yang bertujuan untuk mempererat tali silaturahim antar mahasiswa dan siswa di Kalimantan Barat. Amal juga mengucapkan terima kasih kepada sponsor-sponsor yang telah membantu terlaksananya kegiatan tersebut. “Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak sponsor yang telah membantu,” pungkas Amal.

Sementara Sutarmidji mengatakan, bahwa gaya hidup anak muda saat ini sangat ketinggalan zaman. Ia mengatakan, bahwa pemuda zaman sekarang lebih banyak menyimpan uang tunai di dompet ketimbang menyimpan kartu-kartu untuk pembayaran non cash.

“Kita masih sangat asing dengan pembayaran non cash. Seandainya generasi muda terbiasa dengan pembayaran non-cash, maka mereka bisa lebih dalam untuk masuk dalam bidang pasar modal dan ekonomi lainnya. Bahkan dalam bidang ekonomi syariah sekali pun,” ujarnya.

Pria yang karib disapa Midji ini mengatakan, umat Islam masih kalah bila berbicara mengenai ekonomi syariah bila dibandingkan dengan yang lain. Bahkan terkadang ada rasa iri kepada koperasi yang justru menegakkan sistem ekonomi syariah.

“Contoh Credit Union. Kalau ditotal, aset credit union itu ada yang lebih besar daripada Bank Kalbar. Kita juga ambil contoh masjid, misalnya. Coba disurvei, berapa aset yang mereka punya. Kebanyakan aset mereka mengendap di bank,” katanya.

Gubernur menjelaskan, bahwa aset masjid ada yang mencapai delapan hingga sembilan ratus juta, namun tidak diputar. Tidak digunakan untuk kepentingan umat. Bila semua aset itu bisa digerakkan dalam sebuah lembaga ekonomi syariah, maka dapat menggerakkan ekonomi umat.

“Tapi faktanya tidak, bahkan aset itu disimpan di bank-bank konvensional. Bila ditotal dari seluruh masjid, saya rasa bisa mencapai lebih dari delapan puluh miliar, bahkan mencapai seratus miliar. Tapi semuanya tidak terkelola, hanya mengendap, karena kita tidak memahami ekonomi Islam secara utuh,” ujar Midji.

Dalam kegiatan tersebut, Midji beserta Rektor IAIN DR Syarif SAg MA menandatangani prasasti peresmian Sharia Economics, Business and Investors Forums dan Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Syariah Khalsa. Pada hari yang bersamaan pula sekitar pukul 08.00 WIB juga dilaksanakan Seminar Jago Speaking dari hasil kerjasama panitia FEGAS dan Lembaga Excellence English Studio bertempat di Gedung Aula Syech Abdul Rani IAIN Pontianak. (bek)