eQuator.co.id – Selain berkumpul bersama, hal lain yang telah menjadi kebiasaan masyarakat adalah meniup terompet. Kebiasaan ini sudah seperti tradisi turun temurun yang dilakukan baik dari kalangan anak-anak, remaja, dewasa, hingga berusia lanjut sekalipun.
Edo, satu diantara pedagang terompet musiman, mengaku sudah berjualan terompet di setiap penghujung tahun sejak lima tahun silam. Pria bersorot mata tajam itu berjualan terompet di pinggir jalan Khatulistiwa, Pontianak Utara, tepatnya di depan Citra Siantan.
“Saya pedagang musiman. Seminggu sebelum malam tahun baru sudah mulai jualan,” ujar Edo kepada Rakyat Kalbar, Sabtu (30/12).
Di lapak milik Edo ada berbagai jenis terompet dengan varian harga yang berbeda. Mulai dari terompet yang terbuat dari plastik tipis biasa hingga yang dihias unik warna-warni. Bahkan ada terompet yang berbentuk ayam jago dibuat dari kertas karton kemudian dihiasi dengan sterofoam lembut yang dibentuk seperti kerangka ayam jago. Ada pula terompet berbentuk naga dihiasi oleh kain berbulu halus. Kemudian ada yang terbuat dari bahan plastik keras dan cara menggunakannya tidak ditiup melainkan dipompa seperti yang biasa digunakan oleh suporter pada pertandingan bola.
“Kalau kita pedagang kaki lima ini sebenarnya tidak bisa terlalu menetapkan harga, karena tergantung orang yang beli juga. Kalau orangnya tidak mampu ya kita kasi harga sesuai kemampuan dia lah. Kalau yang pakai pompa ini Rp 35 ribu lah,” terang ayah beranak dua ini.
Terompet miliknya didapatkan dari distributor lokal. Dalam satu hari berjualan pria berumur 40 tahun ini biasa mendapatkan penghasilan kurang lebih Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu rupiah. “Cukuplah buat nutupin kebutuhan sehari-hari,” katanya.
Beralih ke Kecamatan Pontianak Kota, Amin (67), warga Gang Bansir Dua, Jalan Imam Bonjol itu menjadi pedagang terompet musiman sejak 30 tahun silam. Berbekal pengalaman yang didapat dari temannya di Jakarta mulai berjualan sejak terompet masuk di Pontianak. Dia termasuk tokoh yang mempopulerkan terompet di daerah Pontianak pada masanya. Terompet yang dijualnya merupakan buatan sendiri, hanya materialnya yang didatangkan dari Jakarta.
“Kurang lebih sudah tiga puluh tahun saya membuat terompet, dulu penjualnya masih sepi dan peminat sangat tinggi karena terompet ibaratkan mainan baru, semua ini saya yang buat, manual, tidak menggunakan mesin,” katanya.
Saat ditemui dia sedang membuat pola kaki naga di atas busa berwarna. Dia mengatakan pola itu nantinya akan dijadikan hiasan terompet naga. Ada 20 macam terompet yang bisa dibuat oleh Amin dan hanya dijual disetiap penghujung tahun. Kisaran harga yang ditetapkan mulai dari Rp 5000 hingga Rp 35.000 untuk satu terompet.
“Saya juga membuatnya dengan santai, tidak ada waktu khusus, ketika santai baru saya buat,” ucapnya.
Dirinya menuturkan, bakatnya membuat terompet tersebut telah ia salurkan pada anak hingga cucunya. Disepanjang jalan Imam Bonjol itu yang jualan terompet adalah anak-anak dan cucu-cucu Amin yang juga biasa membantu menggambar pola untuk hiasan terompet.
Kata Amin, pembeli tidak hanya datang dari daerah Pontianak, tapi juga dari berbagai daerah di Kalbar. Meski dia mengatakan dari tahun ke tahun pembeli menurun, dia tetap mengaku senang bisa membuat terompet untuk banyak orang.
“Ada kepuasan tersendiri ketika saya melihat orang keluar dari toko dengan wajah riang, membayangkan mereka akan merayakan tahun baru dengan gembira, ada suara terompet, ya saya cukup senang, setidaknya saya masih bisa bermanfaat untuk orang lain,” ungkapnya.
Namun Amin mengatakan, tingkat pembeli terompet menjelang tahun baru 2018 mengalami penurunan. Untuk akhir tahun 2017 ini dia telah membuat dua ribuan terompet. Hanya saja Ia menilau pembeli tahun ini sepi.
“Mungkin karena keadaan ekonomi yang susah, harga karet dan sawit turun, karena yang banyak beli biasanya dari daerah,” bebernya. Amin berharap tahun baru 2018 bisa semakin maju di segala bidang, serta negara Indonesia selalu damai dan tenteram, khususnya di Kalimantan Barat yang akan melaksanakan pemilihan kepala daerah serentak.
Laporan : Rizka Nanda