eQuator.co.id – Siapapun yang pernah mengunjungi keraton Kerajaan Matan yang terawat apik itu, dipastikan mengenal dari sejarah tentang Panembahan Saunan yang hilang secara gaib hingga kini.
Keraton bernuansa kuning itu masih kokoh tegak hampir 300 tahun sebagai saksi sejarah Matan Tanjungpura, kerajaan tertua di abad ke-14 yang tegak di Borneo Barat. Sebelumnya di Sukadana, kini keraton itu di selatan Kota Ketapang, persis menghadap Sungai Pawan. Bersepeda motor 30 menit dari Ibukota Kabupaten, Keraton Matan terlihat megah dengan aura yang kuat.
Boleh jadi ada pengaruh dari kisah gaibnya Sang Raja terakhir, Gusti Muhammad Saunan. Sang ayah mewariskan kerajaan saat Panembahan Saunan masih berusia 20 tahun, yang dipanggil pulang dari studi di Kerajaan Belanda di Den Haag.
Sang ayah, Gusti Muhammad Sabran (1762-1902) setelah wafat sempat terjadi kekosongan pemerintahan lantaran pewaris masih sekolah di Belanda. Diperkirakan, tentara Dai Nipon mengincarnya lantaran Saunan adalah pemuda cerdas penerus kepemimpinan Tanjungpura.
Kerajaan mengangkat Kusuma Jaya Uti Muhsin sebagai Raja sementara sambil menunggu pulangnya Gusti Muhammad Saunan. Pada 1922, Gusti Muhammad Saunan tiba kembali ke tanah kayong dan tahta pun diserahkan Kusuma Jaya Uti Muhsin kepadanya.
Gusti Muhammad Saunan adalah raja termuda, yang 20 tahun telah memimpin kerajaannya. Hingga akhirnya, 23 tahun kemudian tepatnya 1943, balatentara Jepang mendarat di Kalimantan. Raja Gusti Muhammad Saunan ditawan tentara Jepang dan dibawa ke Mandor (Kabupaten Landak) untuk dijebloskan dalam penjara bersama lima puluh dua ribu orang lainnya.
Kekejaman Tentara Jepang, satu persatu mengeksekusi para tokoh masyarakat, pemimpin kelompok, cerdik pandai, ulama hingga raja-raja di Kalimantan Barat. Sekitar 23 ribu pejuang dan warga dipancung.
Saat hendak mengeksekusi Gusti Muhammad Saunan, tentara Jepang kehilangan jejaknya. Raja Matan Tanjungpura itu hilang raib dari tahanan tanpa bekas. Tidak ada tanda-tanda merusak tahanan atau kabur maupun pulang ke Matan. Hilang begitu saja secara gaib tanpa diketahui masyarakat maupun keluarga kerajaan.
“Beliau diculik dibawa ke Mandor, namun tak dieksekusi mati oleh Jepang. Gusti Muhammad Saunan, Raja kami yang hilang saat menjadi tahanan Jepang,” tutur Juru Kunci Kerajaan Matan Tanjungpura, Uti Syahruddin, ditemui Rakyat Kalbar, Sabtu (6/8).
“Tak satupun yang mengetahui keberadaannya. Jika raja masih hidup saat ini usianya 107 tahun,” sambung Uti Syahrudin.
Raibnya Gusti Muhammad Saunan secara gaib hingga hari ini, menetapkannya sebagai Raja terakhir Matan Tanjungpura. Banyak cerita misteri gaibnya Gusti Saunan, bahkan ada yang menebar cerita beliau bertapa di Gunung Palong. Dan legenda itu masih saja hidup di kalangan masyarakat.
Mitos yang Hidup
Raibnya Gusti Muhammad Saunan juga menjadi bagian tak terpisahkan, bahkan sisi istimewa dari sejarah Kerajaan Matan Tanjungpura. Ada juga yang mengaitkannya dengan Padang 12 yang dianggap mistis itu. Sehingga, kawasan Desa Sungai Nanjung dan Desa Pagar Mentimun, Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang, jadi kisah yang melegenda.
Mitos yang hidup di tengah masyarakat hingga kini, membuat Padan Duabelas jadi sumber cerita angker dan sebagainya. Ada yang mengaitkanya dengan manusia kebenaran dan Gusti Muhammad Saunan lantaran dipercaya Sang Raja memiliki ilmu kebatinan dan keislaman yang tinggi.
Uti Syahrudin membenarkan kisah mitos yang terus berkembang itu. “Raja bersahabat dengan orang kebenaran di Padang 12, kami menyebutnya Manusia Limun adalah makhluk ghaib. Ciri-cirinya tidak memiliki garis di atas bibir,” tuturnya.
Bahkan, Uti Syahrudin masih percaya kalau Gusti Muhammad Saunan sering terlihat di Padang 12, termasuk di kawasan Kerajaan Matan Tanjungpura di waktu-waktu teretntu.
“Sering terlihat. Kadang Raja ada di Padang 12. Kemudian juga terlihat di keratin ini. Ada yang biasa melihatnya kemudian memberitahukan kepada saya. Bahkan bantal yang sudah saya susun rapi di tempat tidur beliau, tiba-tiba berpindah,” ujarnya.
Apa yang diungkapkan Juru Kunci Kerajaan ini, yang juga diyakini warga Sungai Nanjung dan masyarakat Katapang, mitos itu memberikan sebuah keyakinan tentang hebatnya seorang Gusti Muhammad Saunan, Raja terakhir.
Kisah dari mulut ke mulut, Gusti Saunan sering melintasi Sungai Nanjung dan Pagar Mentimun, bahkan mampir di desa itu.
“Jika Raja melintas, pasti singgah di sini. Karena ada air tempat beliau berwudhu. Air itu dalam cuaca atau musim kekeringan tidak akan habis. Air itu berada di dalam suatu sumur,” pungkas warga Sungai Nanjung yang akrab disapa Pak Long itu.(*)
Achmad Mundzirin, Ketapang