eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Kalbar dinilai sudah layak memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Untuk memenuhi kebutuhan pabrik aluminium dan kebuthan tenaga listrik berbasis sumber daya lokal.
Ketua DPD RI Oesman Sapta Odang (OSO) mengatakan, Kalbar melimpah sumber bahan baku bauksit dan energi nuklir (uranium). Makanya sangat tepat bila Kalbar bangun PLTN. “Dengan adanya PLTN akan menurunkan tarif listrik dan menggantikan energi primer yang semakin habis,” ujarnya saat pertemuan membahas RUU Energi dan Terbarukan di kantor Gubernur Kalbar, Kamis (13/12).
Pada kegiatan yang turut dihadiri Gubernur Kalbar Sutarmidji itu, OSO mengatakan, berdasarkan penelitian, diperkirakan proyeksi kebutuhan listrik sampai tahun 2027 dibutuhkan sebesar 3783 MW. Secara realistis, kebutuhan listrik sebesar itu hanya dapat dipenuhi oleh PLTN. “Dimana Kalbar memiliki sumber daya uranium,” jelasnya.
Kalbar bebas gempa juga mendukung dibangunnya PLTN. Demi kesejahteraan masyarakat Kalbar, ia mendukung langkah-langkah percepatan merealisasikan PLTN. “Salah satu opsi kebijakannya adalah dengan dapat diterbitkannya Peraturan Presiden RI untuk merealisasikan pembangunan PLTN,” harapnya.
Di sisi lain kata dia, salah satu bentuk dukungan DPD RI terhadap pengembangan industri, energi dan sumber daya mineral adalah menyelenggarakan Regional Diplomatic Meeting (RDM) 2018 di Bali. DPD RI telah menjembatani dan memediasi pertemuan antara para Duta Besar negara sahabat dengan Gubernur-Gubernur se Indonesia. Termasuk Gubernur Kalbar, Sutarmidji.
“Pak Gubernur telah berbicara dengan Duta Besar Rusia dan Duta Besar Finlandia terhadap peluang-peluang yang tersedia dalam pengembangan investasi di Kalbar termasuk PLTN,” ungkapnya.
Dalam rangka merealisasikan kebutuhan energi tersebut perlu memperhatikan regulasi daerah. Seperti melakukan percepatan agar tersusunnya rancangan peraturan daerah (Raperda) tentang Rencana Umum Energi Daerah (RUED) sesuai UU Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi.
“Dengan demikian diharapkan terdapat sinkronisasi, harmonisasi, serta keterpaduan antara RUED dengan Ranperda Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD),” lugasnya.
Menurutnya, Indonesia tidak bisa selamanya bergantung penggunaan energi fosil. Walau saat ini energi fosil masih dominan digunakan di tanah air. “Harus ada alternatif solusi terhadap ini. Maka PLTN merupakan solusinya,” tutup OSO.
Sutarmidji menyambut positif Meeting Pembahasan Konsep Strategi Pembangunan Energi dan Industri di Kalbar. Dia berharap mudah-mudahan semuanya menjadi masukan bagi DPD RI sebagai kajian. “Agar adanya energi murah terwujud di Kalbar,” ucapnya saat memberikan sambutan pengantar pada pertemuan tersebut.
Dikatakannya, sumber daya alam (SDA) di Kalbar sangat besar dan masih dalam tahap eksploitasi. Sementara SDA yang ada di pulau Kalimantan lainnya nyaris habis. Tapi Kalbar masih ada.
“Kalbar sumber daya alamnya besar bauksit misalnya. Kalau dikelola menjadi alumina kalau perlu lansung jadi aluminium, tapi kita tak punya energi untuk mengolah itu,” tutur pria yang karib disapa Midji ini.
Dia mengatakan, saat ini Kalbar memiliki 650 MW pasokan listrik. PLN Kalbar bangga dengan angka itu, karena sudah surplus 60 MW. Walau 150 MW masih impor dari negara tetangga. Sewaktu-waktu Malaysia bisa saja menghentikannya. Walaupun bisa diperkarakan. “Kalau sudah dihentikan, mati juga kita. Kita harus mencari energi alternatif yang murah, misalnya nuklir,” sebutnya.
Midji mengatakan, listrik tenaga nuklir bisa terjual hanya seperempat harga dari yang saat ini. Hal itulah yang membuat hasil tambang itu bisa dikelola. Ia pun meminta masyarakat untuk tidak khawatir dengan energi nuklir. “Fukushima itu kan pernah kena gempa dan tsunami, tapi ndak bocor juga,” ujarnya.
Rusia kata dia, menawarkan keamanan lima kali lebih kuat dari Fukushima. Apalagi Kalbar aman dari gempa. “Alternatif lainnya tenaga batu bara,” ucapnya.
Di simpang Kecamatan Belimbing Kabupaten Melawi terdapat persediaan batu bara berkalori kecil. Yaitu sekitar 2000-an saja. Tapi masih bisa digunakan untuk pembangkit listrik tenaga batubara. “Dan bersih, karena sudah pernah diuji coba,” jelasnya.
Pemprov Kalbar mencari energi alternatif lain bukan hanya membicarakan tentang nuklir. “Nuklir itu hanya salah satu, tapi yang namanya diesel, yang menggunakan energi fosil itu sudah harus ditinggalkan karena dia tidak akan terbaharukan,” demikian Midji.
Laporan: Rizka Nanda
Editor: Arman Hairiadi