Masih Ada yang Meracuni Ikan, DKP dan Polisi Incar Pelaku

IKAN MATI. Anggota Sat Reskrim Polres Sambas dan DKP melihat ikan mati diracun di Sungai Teberau, Dusun Lubuk Lagak, Desa Dagang, Rabu (17/8). M RIDHO

eQuator.co.id – Sambas-RK. Musim kemarau selalu dimanfaatkan masyarakat menangkap ikan menggunakan racun atau tuba. Kebiasaan nakal masyarakat ini masih sering ditemukan di Kabupaten Sambas.

Mengantisipasi rusaknya lingkungan dan ekosistem sungai, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sambas mengandengan Sat Reskrim Polres Sambas dan komunitas pancing, menyusuri Sungai Teberau, Desa Lubuk Dagang, pukul 24.00 hingga pukul 05.00, Rabu (17/8).

Kepala DKP Sambas, Ir. Ilham Sehan mengungkapkan, selain mencari warga yang menuba ikan dan udang, DKP juga melakukan sosialisasi. Menuba dilarang dan merusak lingkungan serta ekosistem. Akibat tuba, ikan-ikan kecil turut mati dan punah. Selain itu, dampaknya juga berbahaya bagi kesehatan masyarakat yang mengkonsumsi ikan atau air sungai yang dialiri tuba.

“Saat air sungai surut, selalu dimanfaatkan mereka yang tidak bertanggungjawab, meracun atau menyetrum ikan. Apalagi hasilnya cepat dan mengiurkan, walaupun mengetahui perbuatannya salah, tetap saja dilakukan,” kesal Ilham.

Pantauan petugas di lapangan, ditemukan ikan-ikan kecil mati. Ini tandanya ada aktivitas meracun ikan di Sungai Teberau, tepatnya di lokasi perusahaan perkebunan Mulia Indah (MI). “Temuan ini akan kita tindaklanjuti,” tegasnya.

Kapolres Sambas melalui Kasat Reskrim AKP Eko Mardianto yang menurunkan anggota saat patroli perairan di Sungai Teberau menegaskan, akan menindaklanjuti penangkapan ikan menggunakan tuba. “Dari keterangan masyarakat dan nelayan setempat, telah diketahui siapa saja warga yang biasa menangkap ikan dengan tuba,” tegasnya.

Ketua Sambas Fishing Comunnity (SFC), Syafrudin mengapresiasi DKP dan Polres Sambas, merespon cepat laporan masyarakat, adanya aktivitas menangkap ikan menggunakan tuba. “Kita berharap aksi ini dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat, tidak merusak lingkungan dan ekosistem,” katanya. (edo)