Masa Depan Otomotif, Lima Tahun Lagi Tanpa Pengemudi

ilustrasi. net

eQuator – Pameran otomotif Tokyo Motor Show 2015 berakhir sudah. Ditutup pada Sabtu (7/11) lalu, event dua tahunan itu memotret peta dunia otomotif lima tahun ke depan. Yakni, mobil tanpa pengemudi, bahan bakar ramah lingkungan dan zero emisi.

Belum ada produsen kendaraan yang mengawinkan semua teknologi itu secara sempurna. Tetapi, penyajian yang berbeda dari keunggulan yang tidak sama membuat para produsen bersaing penuh dengan menampilkan teknologi yang luar biasa.

Semua diwujudkan dalam mobil konsep. Beberapa di antara konsep tersebut bahkan sudah mendekati tahap produksi sehingga tidak lama lagi bisa dipasarkan.

Saat ini hampir semua produsen otomotif meluncurkan mobil dengan kemudi otomatis. Teknologi tersebut memungkinkan pengemudi lepas tangan dan membiarkan kendaran berjalan sendiri melalui sensor.

Pabrikan Jepang sudah berancang-ancang merilis mobil tanpa pengemudi pada 2020. Bertepatan dengan berlangsungnya Olimpiade Tokyo. Pemerintah Negeri Sakura juga ingin menggunakan Olimpiade sebagai sarana menampilkan produk inovasi.

Kepolisian Jepang sudah berencana menyusun regulasi khusus kendaraan tanpa pengemudi pada Maret 2017. Kendaraan tersebut diharapkan bisa menurunkan angka kecelakaan dan kemacetan lalu lintas. Tetapi, di sisi lain, masih ada isu yang belum tuntas. Yakni, siapa yang bertanggung jawab ketika kendaraan tanpa pengemudi itu terlibat kecelakaan.

Ketua Asosiasi Produsen Mobil Jepang Fumihiko Ike menekankan pentingnya keselamatan dalam menerapkan kendaraan tanpa pengemudi. Selain itu, munculnya teknologi baru tersebut berpotensi memicu masalah sosial. Antara lain, hilangnya profesi sopir.

”Kita juga perlu waspada di jalan. Misalnya ketika melihat kotak terjatuh dari truk di depan Anda, apakah mobil tanpa sopir itu punya cukup waktu untuk bereaksi,” ujarnya.

Memang penumpang bisa langsung mengambil alih kemudi. ”Tetapi, apakah waktunya cukup,” lanjut dia.

Selama pemeran berlangsung, beberapa produsen otomotif mengajak wartawan keliling Tokyo dengan menggunakan mobil tanpa pengemudi.

Di antaranya, Nissan yang telah mengaplikasikan teknologi kemudi mandiri pada Leaf. Setelah penumpang naik di kursi belakang, pengemudi melepas tangannya dan sensor memantau lampu dan rambu lalu lintas serta kendaraan yang berada di jalan. Sensor terdiri atas 12 kamera, 5 radar scanner dan 4 laser scanner. Ditambah lagi peralatan geo-positioning.

Honda dan Toyota juga menampilkan mobil baru berbahan bakar hidrogen atau fuel cell vehicle (FCV). Mobil itu hanya memancarkan uap air di knalpot sehingga benar-benar menjadi green car. Berbeda dari prototipe mobil yang bisa mengemudi sendiri, mobil berbahan bakar hidrogen sudah bisa dibeli konsumen.

Toyota mengharapkan Mirai (dalam bahasa Jepang berarti masa depan) bisa menjadi generasi penerus Prius. Kendaraan berbahan bakar bensin-listrik (hybrid) itu terjual lebih dari 8 juta unit sejak diperkenalkan pada 1997.

Toyota optimistis bisa menjual 30.000 Mirai pada Olimpiade Tokyo 2020. Hingga kini, pihaknya hanya membuat 700 FCV, tetapi telah menarik 1.500 pesanan serta menyampaikan kepada calon pelanggan untuk menunggu setidaknya tiga tahun ke depan. Padahal, kendaraan tersebut dijual USD 43.000 di Jepang dan USD 57.000 di AS. Di Eropa, harganya USD 60.000 ditambah pajak penjualan.

Di Jepang, pemerintah memberikan subsidi kepada green car sekitar USD 16.000 per unit. Toyota akan membuat hanya 2.000 unit FCV pada tahun depan dan 3.000 unit pada 2017. Selain harga, kelemahan lain adalah kurangnya stasiun pengisian bahan bakar hidrogen (SPBBH). Saat ini hanya ada 28 unit SPBBH di Jepang. (jpnn)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.