eQuator.co.id – SORE Selepas ngantor, Rais Am PBNU KH. Ma’ruf Amin pulang ke rumahnya di Lorong 27, Koja, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Selepas magrib, Telepon Ma’ruf berbunyi. Dari Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno.
“Dia tanya, mau nggak saya jadi cawapres alternatif,” tutur Ma’ruf Amin di kantor PBNU beberapa jam setelah namanya diumumkan oleh Jokowi sebagai cawapresnya kemarin malam (9/8).
Seharian itu Ma’ruf mengaku tidak ikut ikutan hiruk pikuk pemilihan Cawapres. Dengan Jokowi pun, Ma’ruf mengaku sebelumnya tidak penah sekalipun membahas soal pilpres.
“Ya diskusi saja, nyambung gitu, akur,” tuturnya.
Tapi pria kelahiran Tangerang, 11 Maret 1943 ini mengaku sudah memiliki firasat dan membaca tanda-tandanya. Beberapa orang terdekat juga sempat berbisik-bisik bahwa ada kemungkinan pilihan Jokowi jatuh padanya. Tapi karena nama-nama calon cawapres Jokowi ada sepuluh, maka Ma’ruf tidak pernah memikirkannya.
Baca Juga: Golkar Optimis Menang Pemilu Legislatif 2019
Ketika ditanya oleh Pratikno lewat telepon maghrib itu, Alumnus Pondok Pesantren Tebuireng Jombang ini langsung mengiyakan. “Ini panggilan negara, seorang ‘ulama itu idza ihtaja, fa’a. Kalau dibutuhkan ya harus bermanfaat,” tutur Ma’ruf.
Sementara menjelang pukul 19.00 WIB, Kemeriahan pecah di ruangan Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siroj lantai 3 kantor PBNU di Kramat Raya, Jakarta Pusat saat Jokowi secara live mengumumkan pilihan cawapresnya. Suara takbir dan hamdalah menggema, diikuti doa yang dipimpin oleh Said Aqil.
Keputusan Jokowi, Ma’ruf anggap sebagai penghargaan terhadap ulama dan penghargaan terhadap umat islam. “Jadi NU seharusnya mendukung beliau atas penghargaan ini,” ujarnya.
Jika nanti terpilih menjadi Wapres nantinya, paling tidak, ia wajib membantu Jokowi setidaknya dalam 4 aspek. Yang pertama adalah menjaga keutuhan bangsa dan negara dalam bingkai pancasila.
Apalagi, situasi terakhir menunjukkan bahwa bangsa Indonesia tengah dirongrong oleh ideologi-ideologi yang ingin mengganti Pancasila sebagai dasar negara dengan mempermaikan isu-isu SARA dan menebarkan perpecahan. “Negara ini harus kita jaga dengan ukhuwah islamiyah dan ukhuwah wathoniyah,” katanya.
Yang kedua adalah aspek keamanan. Banyak negara didunia, kata Ma’ruf yang selalu terlibat konflik sehingga tidak bisa memanfaatkan sumber daya alamnya yang melimpah. “Kalau negara tidak aman, tidak bisa kita melakukan pembangunan,” katanya.Yang ketiga adalah aspek ekonomi. Konsep ekonomi harus berubah menjadi ekonomi keumatan. Ma’ruf menamakan cita-citanya dengan “Arus Baru Ekonomi Indonesia”. Prinsipnya adalah menguatkan usaha-usaha kecil. Diantaranya dengan Redistribusi Aset dan Kemitraan. “Karena arus ekonomi yang lama itu melahirkan konglomerat,” katanya.
Baca Juga: Jokowi Kantongi Nama Cawapres
Yang keempat adalah pembangunan karakter bangsa dan yang kelima adalah penegakan hukum. Menurut Ma’ruf, jika pembentukan karakter berjalan baik, maka penegakan hukum akan makin sedikit.
“Kalau tidak bisa dibentuk pakai karakter, ya berarti pakai penegakan hukum,” jelasnya.
Ketua PBNU Said Aqil Siroj belum secara eksplisit menghimbau warga NU untuk memenangkan pasangan Jokowi-Ma’ruf, namun menurutnya, warga NU akan otomatis memberikan dukungannya.
Said menjamin Ma’ruf adalah sosok yang tepat untuk Jokowi, keulamaannya dan komitmennya untuk bangsa dan negara tidak diragukan lagi. Soal Usia, menurut Said tidak masalah.
“Ada tuh presiden Oman 90 tahun masih kuat memimpin negara, Mahathir Mohamad lebih tua. Beliau (Ma’ruf Amin,Red), masih 75 tahun, jadi masih kuat,” katanya.
MAHFUD MD LEGOWO
Sementara itu, Mahfud MD mengaku legowo dengan keputusan koalisi Jokowi yang batal mengusungnya. Menurutnya, itu kewenangan mutlak Jokowi yang didasarkan pada pertimbangan politik. Mahfud sendiri mengaku tidak kecewa.
“Kaget saja karena sudah diminta mempersiapkan diri,” ujarnya di Kantor MMD Institute, Jakarta, tadi malam. Bahkan, lanjutnya, permintaan yang disampaikan sudah agak detail ke persiapan pendaftaran.
Meski demikian, dia menilai hal itu sebagai sesuatu yang biasa. Yang terpenting dilakukan secara konstitusional. Mahfud menambahkan, dalam politik, yang harus diutamakan adalah kepentingan negara.
Baca Juga: Soal Cawapres Jokowi, Megawati Lebih Menentukan
“Dari pada sekadar nama Mahfud MD,” imbuhnya.
Pria asal Madura itu mengakui dirinya sempat berencana hadir di acara deklarasi Jokowi. Namun jelang sore, informasinya masih simpang siur terkait dirinya. Sehingga dia memutuskan untuk pulang.
“Kalau sudah lebih setengah jam berita simpang siur berarti tidak akan ada sesuatu yang diharapkan ya pulang ya,” tuturnya.
Mahfud sendiri mengaku sudah bertemu dengan Jokowi beberapa saat setelah deklarasi. Dalam kesempatan itu, dia menyatakan memaklumi keputusan tersebut. Dia sadar dalam politik segalanya bisa berubah.
“Pak Jokowi gak usah merasa bersalah atau apa, saya bilang nggak usah, wong sayapun tidak apa,” pungkasnya.
SANDI UNO SAYONARA KE ANIES
Di sisi lain, di Balai Kota DKI kemarin siang, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno sempat berpelukan dengan pasangan duetnya yakni Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Hal itu tampak dari video singkat diunggah oleh ajudan Sandiaga yakni Danang Pradana Putra.
Dilihat dari gesture keduanya, video yang diberi caption “Sayonara” itu seolah mengisyarakatkan adanya perpisahan kedua orang tersebut. Keduanya saling menepuk pundak dan melayani foto bersama dari beberapa orang yang ada di ruang kerja gubernur DKI tersebut.
Ketika ditanya mengenai pelukan tersebut, Anies tersenyum lebar. “Dari mana videonya? Di mana?” ujarnya di Balai Kota DKI Jakarta, kemarin (9/8).
Anies berkilah dan mengatakan bahwa dia pelukannya dengan Sandiaga adalah hal yang biasa. “Pokoknya kalau kami ketemu biasa pelukan, normal,” kata Anies.
Anies juga memberi ucapan selamat kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang telah mendeklarasikan Ma’ruf Amin sebagai cawapresnya. Namun dia enggan mengomentari soal deklarasi tersebut. Anies lantas berangkat ke Museum Tekstil bersama istrinya Fery Farhati Ganis.
“Pokoknya kita ucapin selamat, sudah ada calonnya sekarang. Ya, kan?” kata Anies.
Sebelumnya, Anies juga menyatakan bahwa dirinya tahu persis semua proses terkait penentuan capres dan cawapres. Namun ketika ditanya lebih lanjut, mantan menteri pendidikan dan kebudayaan ini menolak membeberkan lebih jauh tentang hal tersebut.
Baca Juga: Prabowo Resmi Diusung Gerindra, Diminta Cari Cawapres dan Koalisi
Anies beralasan dirinya menunggu sampai semua proses selesai kemudian akan berkomentar. “Jadi nanti deh, ini biar diselesaikan semuanya, baru saya bercerita. Sekarang baru ada proses, saya tidak ingin ikut komentar sampai semuanya selesai baru saya cerita,” jawabnya.
Siang harinya, adik kandung Prabowo Subianto yakni Hasjim Djojohadikusumo juga sempat mendatangi Balai Kota. Hasjim datang untuk menghadiri acara Program Pencatatan Pernikahan Bagi Umat Nasrani Warga DKI Jakarta.
Hasjim mengatakan, deklarasi pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Partai Gerindra akan dilakukan kemarin (9/8). Meski tak menjelaskan secara gamblang, namun Hasjim mengisyaratkan bahwa Partai Gerindra akan mengusung Prabowo Subianto- Sandiaga Uno.
Ketika ditanya apakah Gerindra akan mengajukan pasangan Prabowo-Sandiaga, Hasjim juga tak membantah.
“Ya, bisa ngertilah.(Prabowo-Sandiaga) Kecuali kalau Tuhan menentukan lain ya,” kata Hasjim di Blok G, Balai Kota.
Menurut Hasjim, pengajuan capres-cawapres Partai Gerindra akan dilakukan sesuai aturan. Artinya, jika Sandiaga akhirnya maju menjadi capres, ia harus mengundurkan diri dari jabatan wakil gubernur DKI Jakarta.
Baca Juga: SBY dan Salim Solid Capreskan Prabowo
Hasjim mengatakan, deklarasi akan dilakukan hari ini di rumah Prabowo, Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Pasangan bakal capres-cawapres akan diumumkan siang ini, sementara proses deklarasi akan berlangsung dari sore hingga malam hari.
“Nanti malam akan deklarasi. Saya kira di Kertanegara,” katanya.
Ditemui terpisah, Sandiaga juga memberikan pernyataan terkait isu cawapres yang melibatkan dirinya. Sandi tidak menyangkal bahwa dirinya memang dipanggil Anies Baswedan untuk membicarakan tentang isu yang kini sedang santer beredar di masyarakat.
Namun sama halnya dengan Anies Baswedan, Sandi juga enggan berkomentar lebih jauh mengenai isu tersebut. Sandi hanya menegaskan bahwa dirinya masih berstatus sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta.
“Saya sampaikan update terakhir. Jadi per hari ini saya masih bertugas di Pemprov DKI per 12.52 WIB,” kata Sandiaga di depan Masjid Fatahillah, Balai Kota.
Sandi menuturkan akan memberitahukan perkembangan terbaru kepada awak media. Dia menjamin akan menjalankan proses dengan transparan, kredibel dan penuh integritas. Ia meminta awak media bersabar dan tak berspekulasi.
“Jadi ini kita akan lakukan setransparan mungkin, sekredibel mungkin, penuh integritas, dan saya ingin juga bahwa profesionalisme yang kita usung, transparansi yang kita usung di DKI akan terus jadi pedoman kita ke depan,” kata Sandi. (Jawa Pos/JPG)