eQuator.co.id – Pontianak-RK. Saat ini, mahasiswa Teknik Mesin Politeknik Negeri Pontianak (Polnep) tengah merampungkan mobil hemat energi. Mobil ini nantinya akan mengikuti lomba otomotif internasional di Changi Exsibition Center Singapura bertajuk Shell ECO Marathon Asia 2018.
Ajang ini bakal diikuti seluruh negara di benua Asia. Wakil dari Kalimantan Barat, salah satunya Polnep. Keikutsertaan Polnep ini diharapkan bisa mengangkat nama Kalbar di tingkat dunia.
Tim Teknik Mesin Polnep beranggotakan Faino, Fiqih Metiswan, Angga Maulana, Andri Hariyadi, Florensius Erman D, dan Andre Kasuma. Mereka berkerja siang malam selama tiga bulan penuh merampungkan mobil hemat energi. Mereka mesti pandai-pandai membagi waktu antara jadwal kuliah dengan membuat mobil yang diberi nama Khatulistiwa Line 6 tersebut.
“Awalnya kita disaring dulu dari jurusan, terus baru buat mobilnya,” kata Faino, selaku Manager Tim kepada Rakyat Kalbar, Sabtu (28/1).
Karya mahasiswa ini tentu tidak murah. Untuk membuat mobil hemat energi berbahan solar tersebut menghabiskan dana sekitar Rp50 juta. Mobil bermesin 200 cc ini akan mengikuti lomba mekanik internasional di Singapura pada 8-11 Maret 2018. “Untuk kendala dalam pembuatan mobil ini membagi waktu dengan jadwal kuliah. Ditambah lagi dengan biaya yang tidak sedikit,” ujarnya.
Apalagi kata dia, biaya untuk pengiriman mobil ke luar negeri tidak murah. Khusus ke Singapura, pengiriman mobil tersebut setidaknya sekitar Rp80 jutaan. Untuk itu, mereka sudah buat surat kepada Pemkot Pontianak berharap bantuan, tapi sampai sekarang belum ditanggapi. “Selama ini kita semuanya di support kampus Polnep. Kita terkendala riset juga, akhirnya karena biaya yang tidak sedikit. Untuk mesin aja kita gunakan mesin yang sudah dipakai dari tahun 2011 milik kakak tingkat kita. Padahal efisienya mesin untuk lomba seperti ini 5 tahun,” tuturnya.
Mobil Khatulistiwa Line 6 akan mengikuti lomba kategori irit bahan bakar, mesin pembakaran dalam. Ketentuanya, mobil harus menempuh jarak 12 Km dengan waktu paling lama 30 menit. Setelah itu baru akan dilihat seberapa banyak bahan bakar yang digunakan.
Keunggulan mobil Khatulistiwa Line 6 ini menggunakan kopling modifikasi. Dari kopling matic menjadi kopling manual. Karena sebelumnya kopling matic kurang efisien dan lebih berat. “Kemudian banyak memakan putaran mesin, sehingga haus bahan bakar,” tutup Faino.
Meskipun dengan berbagai kendala, mahasiswa-mahasiswa ini tetap semangat. Di ajang lomba tingkat di Singapura, mereka optimis juara. Minimal masuk 5 besar.
“Optimis menang, karena tahun lalu bisa masuk 16 besar di Class Ice Internal Combution Engine (mesin pembakaran dalam), tahun ini minimal 5 besar. Sehingga dapat memajukan otomotif dari Kalimantan,” harap Andri Hariyadi selaku anggota tim First Driver Car.
Soal prestasi, mahasiswa Teknik Mesin Polnep pada ajang otomotif tidak diragukan lagi. Sebelumnya, tahun 2014 mereka pernah meraih juara pertama dalam kategori Urban Diesel. Kemudian di tahun 2015, kembali mendapatkan juara pertama Safety Plan Compatition.
Laporan: Suci Nurdini Setiowati
Editor: Arman Hairiadi