Lindungi Pesawat Bupati, Prajurit TNI Gugur Ditembak

Pemberontak Papua Kembali Tebar Teror

ilustrasi. net

eQuator.co.id – JAKARTA-RK. Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) kembali beraksi,  Senin (28/1). Mereka menembaki prajurit TNI yang berjaga di Bandara Mapenduma, Nduga, Papua.

Insiden itu terjadi sesaat sebelum pesawat carter yang ditumpangi Bupati Nduga Yairus Gwijangge mendarat. Akibat serangan tersebut, seorang prajurit TNI-AD bernama Praka Nasrudin gugur.

Kepala Penerangan Kodam XVII/Cendrawasih Kolonel Infanteri Muhammad Aidi menjelaskan, Praka Nasrudin berasal dari Batalyon Infanteri Raider 752/Vira Jaya Sakti. ”Praka Nasrudin mengalami luka tembak di perut sebelah kanan,” ungkap Aidi. Timah panas menembus perut Nasrudin saat dia bersama rekan-rekannya membalas serangan KKSB. ”Terjadi kontak senjata antara TNI dan KKSB,” ungkap dia. Selain melindungi diri, tembakan balasan dilakukan agar pesawat yang ditumpangi Bupati Nduga bisa mendarat dengat aman.

Nasrudin sempat mendapat pertolongan dari rekan-rekannya di Bandara Mapenduma. Dia diangkut dengan pesawat ke Timika. ”Diantar langsung oleh Bupati Nduga,” terang Aidi. Namun, nyawa Nasrudin tidak tertolong. Sampai kemarin sore, jenazah Nasrudin masih berada di RSUD Timika. ”Rencananya besok (hari ini) akan dievakuasi ke Jayapura,” terang dia. Nasrudin berasal dari Makassar, namun sudah berdomisili di Jayapura.

Setelah baku tembak sengit, KKSB akhirnya berhasil dipukul mundur oleh pasukan pengamanan Bandara Mapenduma. Mereka melarikan diri ke hutan-hutan yang berada di sekitar bandara tersebut. ”Belum didapatkan keterangan apakah dari pihak KKSB ada korban,” imbuhnya.

Berdasar hasil analisa sementara, serangan dilakukan gerombolan di bawah komando Egianus Kogoya. Kelompok tersebut bukan kali pertama beraksi di Nduga. Sebelumnya, mereka menyandera guru serta petugas medis di Mapenduma. Mereka juga yang berada dibalik pembantaian pegawai PT Istaka Karya di Yigi. Berdasar data Kodam XVII/Cendrawasih, KKSB yang dipimpin Egianus Kogoya memang berbasis di Nduga. ”Pengejaran tetap dilakukan. Tapi, belum ada hasil,” ucap Aidi.

Selain membawa Bupati Nduga, pesawat milik Enggang Air Service itu mengangkut bahan makanan sebanyak 1,1 ton. Aidi menjelaskan, Bupati Nduga datang ke Mapenduma untuk membagikan bantuan sosial dari pemerintah daerah setempat. Dia juga hendak berbicara langsung dengan masyarakat yang masih mengungsi pasca insiden pembantaian pekerja PT Istaka Karya. Mereka diminta segera kembali ke rumah masing-masing. Sayang, niatan tersebut malah dihalangi KKSB.

Kasus penyerangan itu mendapat perhatian dari istana. Kepala Kantor Staf Presiden Jenderal (Purn) Moeldoko menuturkan, perlu evaluasi atas kondisi tersebut. ”Pak Wiranto (menko polhukam) sudah mengatakan bahwa perlu ada evaluasi,” ujarnya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, kemarin. Jika tidak ada evaluasi, menurut Moeldoko, akan terjadi kasus baru dengan cara-cara yang terus dikembangkan. Mantan panglima TNI tersebut menyampaikan, salah satu yang harus dikaji adalah penyebutan. Dia berpandangan, sebutan kelompok kriminal bersenjata tidaklah tepat. ”Jangan bicara KKB. Bicara separatis ya separatis,” tegasnya.

Moeldoko menjelaskan, penentuan istilah itu pada praktiknya akan berdampak terhadap cara penanganannya. Jika menggunakan kata kriminal, kewenangan ada di kepolisian. Sementara jika separatis, leading sector-nya ada pada TNI. Dia berharap besar, sebutan bisa diubah menjadi separatis. Sehingga yang berperan sebagai penanggung jawab adalah TNI. ”Sekarang tentara tidak di depan (back-up kepolisian),” pungkasnya. Sementara itu, Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat – Organisasi Papua Merdeka (TPNPB – OPM) Sebby Sambom sudah menerima laporan terkait baku tembak di Mapenduma. Namun, dia belum bisa memastikan ada korban atau tidak dari pihak mereka. Yang pasti, sambung dia, serangan dilakukan karena TPNPB – OPM punya komitmen berperang melawan TNI-Polri. ”Sekali pun TNI-Polri punya peralatan perang lengkap,” ungkap Sebby ketika dihubungi Jawa Pos tadi malam. Menurut dia, aksi itu dilakukan untuk memperjuangkan tanah Papua. Sebab, tanah Papua bukan milik TNI-Polri. ”Itu miliknya orang Papua,” tegas dia. Serangan tersebut, sambung dia, akan terus dilakukan sebagai bentuk upaya memperjuangan kemerdekaan. (Jawa Pos/JPG)