eQuator.co.id – BATAM (BP) – Operasi Pemisahan Bayi Kembar Siam Rahma-Rahmi melibatkan 31 dokter gabungan dari RSUD dr Soetomo dan
Kepulauan Riau. Bahkan, sejumlah dokter dari Bandung, Medan, dan Pekanbaru juga hadir ke Batam.
“Rahma-Rahmi itu miliknya seluruh dokter di Indonesia. Milik Indonesia,” kata Ketua Tim Gabungan Operasi Pemisahan Bayi Kembar Siam Rahma-Rahmi, dr Agus Harianto, SpA(K) usai diskusi teknis operasi di RS Awal Bros, Sabtu (13/8).
Operasi pemisahan akan dimulai pukul 07.00 WIB. Secara teknis, operasi ini akan dilakukan oleh tim dokter Kepulauan Riau. Tim dokter Surabaya mendampingi dan mensupervisi.
“Operasi ini sekaligus transfer ilmu bagi para dokter yang ada di sini,” timpal Dokter Anestesi Pediatri dan Geriatri RSUD dr Soetomo – Surabaya, dr Arie Utariani, SpAn.KAP.
Sabtu (13/8) kemarin, tim dokter gabungan telah melakukan gladi bersih dan pemeriksaan final kondisi Rahma-Rahmi. Kondisi anak-anak pertama pasangan Junaidi Bakri Ratulolly dan Warmin Bahruddin itu, menurut dr Agus Harianto, SpA(K) terpantau stabil. Mereka siap naik meja operasi.
Namun, ada ancaman gagal jantung yang akan dialami salah satu bayi, Rahma. Pemilik nama lengkap Rahma Fairuz Maknuniyyah itu memiliki kelainan jantung. Bilik kanan jantungnya tidak tumbuh secara anatomis. Ada lubang di antara kedua bilik yang memungkinkan darah kotor dan darah bersih bercampur. Kedua bilik itu nampak seperti satu bilik.
Ketika operasi selesai dilakukan, dikhawatirkan darah akan membanjiri paru-paru Rahma. Sebab, laju darah dari jantung ke paru-paru dikhawatirkan akan menjadi lebih cepat dari laju darah dari jantung ke seluruh tubuh.
“Perbandingannya jadi 1:10. Satu kali pompa (darah) ke seluruh tubuh, sepuluh kali pompa ke paru-paru. Padahal, seharusnya, satu kali pompa ke seluruh tubuh, satu kali juga pompa darah ke paru-paru,” kata dr Mahrus.
Memperkirakan kondisi terburuk, tim dokter Surabaya membawa serta dua dokter spesialis bedah jantung dr Heroe Soebroto, SpB-TKV(K) dan dokter spesialis anestesi jantung dr Philia Setiawan, SpAn-KIC-KAKV. Jika dibutuhkan, dokter dapat melakukan bedah jantung saat itu juga.
“Namun, pertimbangannya, bayi ini masih empat bulan. Apakah ia cukup kuat untuk melanjutkan operasi kami tak tahu,” kata dr Heroe Soebroto, SpB-TKV(K).
Dalam operasi tambahan itu, tim dokter akan memasang sabuk pada arteri jantung yang membawa darah ke paru-paru. Sabuk itu untuk membatasi banyaknya darah yang mengalir ke paru-paru. Ini tindakan sementara untuk menyelamatkan bayi seusai operasi.
Beberapa minggu selanjutnya, Rahma harus kembali masuk ruang operasi untuk jantungnya. Dokter akan melakukan tindakan tertentu untuk jantung Rahma supaya kondisinya tetap stabil.
“Namun, kalau kondisi kedua bayi stabil setelah operasi, tindakan operasi untuk Rahma bisa ditunda,” kata Dokter Spesialis Bedah Anak, dr Poerwadi, SpBA(K).
Penundaan itu, lanjutnya, dapat berlangsung selama satu-dua minggu. Dokter akan terus memantau kondisi Rahma hingga layak operasi. Jika syarat operasi telah terpenuhi, Rahma akan diterbangkan ke RSUD dr Soetomo Surabaya untuk menjalani operasi jantung.
“Operasi ini harus dilakukan sebelum usianya enam bulan. Karena setelah enam bulan, akan terjadi kelainan jantung hipertensi pulmonal permanen yang tidak bisa dilakukan operasi lanjutan,” imbuhnya.
Tim dokter berpacu dengan waktu. Namun, target mereka saat ini adalah menyelamatkan kedua bayi. Keberhasilan operasi ini menjadi ujung tombak posisi Batam sebagai garda terdepan Indonesia.
“Batam itu kan berada di garis depan yang berhadapan dengan luar negeri. Dengan operasi ini kami ingin sampaikan kalau di Batam juga bisa menyelamatkan (kembar siam) Rahma-Rahmi,” ujarnya.
Sementara itu, kedua orang tua Rahma-Rahmi, Junaidi Bakri Ratulolly dan Warmin Bahruddin mengaku cemas dengan kondisi Rahma. Namun, mereka yakin tim dokter akan melakukan langkah terbaik untuk menyelamatkan kedua bayinya.
“Saya yakin operasi akan berhasil,” kata Junaidi usai menengok si kembar.
Junaidi mengatakan, sejumlah kerabat akan ikut datang dalam operasi pemisahan bayi kembar ini. Mereka ingin mengikuti jalannya proses pemisahan bayi tersebut.
“Yang dari kampung tidak datang. Kerabat yang ada di Batam saja (yang datang),” ujarnya. (ceu)
Gubernur Pimpin Doa
Bayi Kembar Siam Rahma-Rahmi tampak menggemaskan, bagaimana tidak, saat kamera diarahkan kepada mereka, matanya menyorot tajam. Saat dicandai oleh perawat mereka tertawa. Tangan mereka juga saling menggenggam seperti ingin saling menguatkan.
Operasi Pemisahan Rahma-Rahmi akan dilakukan mulai pukul 07.00 WIB hari ini (14/8). Gubernur Kepulauan Riau, Nurdin Basirun, direncanakan akan memimpin doa.
“Gubernur sudah memastikan akan hadir,” kata Anggota Bagian Humas Tim Operasi Pemisahan Bayi Kembar Siam Rahma-Rahmi, Cintya.
Gubernur menaruh harapan besar untuk keberhasilan operasi ini. Ia bahkan telah memberikan tambahan nama untuk Rahma-Rahmi. Yakni, nama Nur yang diletakkan di depan nama Rahma dan Rahmi.
“Nur yang artinya cahaya. Katanya, supaya dapat menjadi cahaya bagi Kepulauan Riau,” kata Dokter Spesialis Bedah Anak, dr Poerwadi, SpBA(K).
Gubernur juga telah menganggarkan dana operasi untuk Rahma-Rahmi. Jumlahnya sebesar Rp 500 juta. Anggaran itu diambil dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) – Perubahan.
“Katanya sih begitu. Tapi sampai sekarang, belum kami terima,” ujar Ketua Bagian Humas Tim Operasi Pemisahan Bayi Kembar Siam Rahma-Rahmi, dr Shinta Trilusita.
Hingga saat ini, jumlah dana yang terkumpul untuk operasi baru mencapai Rp 200-an juta. Sementara estimasi biaya diperkirakan mencapai Rp 1,6 miliar. Dr Shinta mengaku pasrah dengan kekurangan biaya tersebut.
“Kita serahkan saja ke Tuhan,” ujarnya.
Namun, ketiadaan biaya tidak menyurutkan semangat tim. Tim dokter baik dari Surabaya dan Kepulauan Riau mengaku siap melakukan operasi. Persiapan mulai dari peralatan, ruang operasi, hingga rundown acara sudah selesai dilakukan. (ceu)