
eQuator.co.id – Padang, Padek—Kelompok Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) di Sumatera Barat mulai menunjukan eksistensinya. Mereka tak lagi merasa “malu” menunjukan identitasnya di depan umum. Meskipun berbagai penolakan datang terhadap kelompok LGBT tersebut karena dianggap telah melanggar aturan norma agama dan adat yang ada di ranah minang.
Jarum jam menunjukan pukul 23.00. Salah satu stand makan cepat saji di Kota Padang, ramai dipadati pengunjung. Mereka datang berpasang- pasangan. Namun, pasangannya bukan berlawanan jenis, namun sejenis. Mereka memesan makanan dan minuman sambil sesekali bercengkarama dengan pasangannya. Ada yang saling menyuapkan makanan atau ice cream .Ada juga yang saling berpegangan tangan antara satu dengan yang lainnya.
Rata-rata mereka masih berusia muda. Pakaiannya rapi dan mengenakan busana yang mengikuti tren perkembangan zaman. Mereka sangat memperhatikan penampilan. Mulai dari bentuk badan hingga bau badan. Aroma wangi tercium dari tubuh para pria penyuka sesama jenis ini. Mereka tak terlihat canggung meskipun bermesraan di depan umum tersebut. Pasalnya, malam akan segera berganti pagi dan masyarakat tak banyak beraktivitas di jam tersebut. Sehingga mereka tak perlu dipusingkan dengan tatapan aneh masyarakat dengan perbedaan orientasi seks yang mereka lakukan.
Tak hanya menunjukan eksistensi di ranah publik, para lelaki atau perempuan sesama jenis ini juga mempromosikan diri di media sosial Dengan mencantumkan nomor telepon, plus kriteria pasangan sesama jenis yang bisa mereka kencani serta service yang akan mereka layani.
Sayang, situs penyuka sesama jenis ini hingga saat ini, tidak diblokir. Sehingga, begitu mudah para penyuka sesama jenis ini mencari calon baru. Baik yang ingin coba- coba ataupun yang sudah merasa nyaman dengan penyuka sesama jenis tersebut.
I, salah seorang gay di Kota Padang mengaku sejak kecil, ia sudah merasakan dirinya wanita. Sehingga, ia kerap melakukan kebiasaan seperti wanita pada umumnya. Tak hanya itu, dia juga menyukai berambut panjang dibandingkan dengan berambut pendek seperti pada laki-laki pada umumnya. Baginya, kendati fisiknya laki- laki, namun naluri wanitanya jauh lebih peka. “Saya sempat dimarahi orangtua, namun bagi saya hal itu bukanlah masalah,” ucapnya.
I mengaku juga memiliki pacar seorang aparat. Meski sesama jenis, namun aktivitas yang kerap dilakukannya, sama seperti pasangan kekasih lainnya. “Kami merasa nyaman dengan hubungan yang kami jalani. Meskipun banyak orang yang tak terima dengan keberadaan kami,” tukasnya.
Perkenalan I dengan pacar oknum aparatnya tersebut secara tak sengaja. Saat itu, ia sedang makan di salah satu kafe. Kemudian, pada saat yang bersamaan juga datang pacar oknum aparatnya tersebut. Saat mata saling memandang, kala itulah mereka saling jatuh cinta.
“Biasanya, kami penyuka sesama jenis tau lewat pandangan mata. Seperti pria dan wanita yang saling jatuh cinta, maka pada pria sesama jenis juga seperti itu yakni menatap pasangannya dengan dalam dan saling mencuri pandang,” tukasnya.
I menyadari perilaku seks menyimpangnya. Bahkan keluarganya, kerap menasehatinya, namun nasihat tersebut hanya masuk kuping kiri dan keluar kuping kanan. “Kalau sudah cinta, mau gimana lagi,” ucapnya.
Lain lagi cerita Gay lainnya, D. Meski terlahir dengan fisik laki-laki, namun sejak kecil, ia kerap didandani seperti wanita. Karena kedua orangtuanya sangat menginginkan anak perempuan. Untuk mainan, ia sering dibelikan mainan yang biasa digunakan perempuan. Sejak saat itulah dia mulai merasa nyaman menjadi perempuan. Sejak remaja, D mengaku sudah tertarik pada sesama jenis. Bahkan ketika ada perempuan cantik dan seksi lewat di depannya, tak ada rasa apapun yang dirasakannya.
“Saya tak merasakan apapun. Beda saat melihat laki-laki yang ganteng dan atletis. Jantung saya deg-degan dibuatnya dan saya bisa uring-uringan dibuatnya bila tak berjumpa,” tukasnya.
Lain lagi pengakuan K, penyuka sesama wanita ini mengaku awalnya ia menjalani hubungan lazimnya seperti orang kebanyakan. Ia tinggal dalam lingkungan keluarga yang sangat fanatik terhadap agama. Orangtuanya memberikan aturan yang sangat ketat dalam pergaulannya.K pernah menjalin hubungan dengan pria, namun hubungan itu kandas di tengah jalan akibat perselingkuhan. K kemudian jatuh cinta pada pria lain, namun sayang cintanya hanya bertepuk sebelah tangan. K menyimpan semua rasa kecewanya tersebut di dalam hatinya sampai ia bertemu dengan A, saat mengikuti magang di Kota Batam Kepulauan Riau.
Pada saat itulah, K bertemu dengan A. Senior- seniornya di tempat praktek kerja lapangan (PKL) sudah menginggatkan agar K menjauhi A. Karena A memiliki perilaku menyimpang yakni penyuka sesama jenis. Namun, hal tersebut tak membuat K menghindar. Bagi K, A adalah orang yang enak untuk diajak ngobrol dan berkeluh kesah. K mulai merasakan kenyamanan dengan A. Karena A lebih memahaminya dan selalu memberikan dukungan terhadapnya. Selain itu, aturan yang ketat dalam keluarganya yang tak membolehkan laki-laki dan perempuan untuk terlalu bebas bergaul membuatnya semakin dekat dengan A. “Saya sering menginap di tempat kostnya. Sejak saat itulah kami dekat, bahkan kerap melakukan hubungan,” ucapnya.
K menyadari penyimpangan perilaku seks yang dimilikinya, namun ia sulit lepas dari pasangan sejenisnya. Bahkan saat PKLnya selesai, ia seakan berat hati untuk meninggalkan pujaan hati sesama jenisnya. Saat pergantian tahun, K rela menyusul pasangan sejenisnya untuk terbang ke Batam.
“Dua minggu saya di sana. Orangtua tak tau saya penyuka sesama jenis,” ucapnya gadis berhijab ini.
K menyebutkan, rekan sesama kampusnya sudah menginggatkan perilaku menyimpang yang dilakukannya, namun tetap saja hal itu sulit dilakukannya. Sejak berkenalan dengan A, ia tak lagi memiliki perasaan dengan lawan jenis. “Saya tak lagi memiliki ketertarikan dengan lawan jenis. Saya sadar masyarakat tak akan terima kami, makanya kami juga tak mau tampil di tempat umum,” ucapnya wanita berkulit putih ini.
K menyebutkan selain A, K juga memiliki pasangan sesama jenis lainnya. Hubungan long distance relationship (LDR) yang dilakoninya bersama A membuatnya kesepian, meskipun banya pria yang mendekatinya. Namun, hal itu tak membuatnya berpikir untuk menerimanya. “Saya juga punya kriteria sendiri dalam memilih pasangan,” ucap gadis bertubuh langsing ini.
K menyebutkan, hingga saat ini, orangtuanya tak mengetahui perilaku menyimpangmya. Karena orangtuanya sibuk kerja. ” Saya jarang bertemu orangtua. Habis mereka sibuk. Cuma kalau saya butuh uang, orangtua saya selalu memberikannya. Dengan uang itulah saya bisa berkencan dengan pasangan,”tukasnya.
Lain lagi, pengakuan Buncis ( bukan nama sebenarnya), setahun pernikahannya ia tak menyadari suaminya penyuka sesama jenis. Namun, setelah lewat satu tahun baru ia menyadarinya. Kala itu, tanpa sengaja ia melihat situs forul LGBT yang diakses suaminya pada laptop pribadinya. Ia pun melihat riwayat chatting yang vulgar dan pembicaraan sesame jenis dan berbagai konten homoseksual yang dilakukan suaminya dalam forum tersebut. Hal tersebut langsung membuatnya shock berat. Buncis enggan menanyakan apa yang baru saja dilihatnya di laptop suami. Ia memilih untuk menyelidiki terlebih dahulu. Perasaannya mulai lagi dengan seringnya dua rekan suaminya menginap di rumah dengan alasan tugas kuliah menyelesaikan pasca sarjana.
“ Setiap kali, rekannya datang ke rumah, saya memang tak tidur dengan suami. Karena tak enak juga dan memberikan kesempatan bagi suami saya berkumpul dengan rekan-rekannya. Namun, ternyata mereka adalah pasangan homoseksual suaminya saya,” ucapnya.
Pada Buncis sang suami bercerita bahwa dia pernah mengalami pelecehan seksual saat usianya 13 tahun. Awalnya, memang terjadi trauma mendalam, namun setelah kejadian tersebut berulang dirasakan, suaminya malah menikmatinya dan terkungkung dengan kondisi tersebut. Suaminya, pernah mencoba berhenti dengan kebiasaan seks menyimpangnya tersebut pada saat SMA. Tapi perilaku tersebut kembali terjadi setelah menemukan teman satu kostnya memiliki perilaku serupa saat memasuki masa kuliah.
“Suami pasien berjanji berubah dalam kurun waktu tiga bulan. Melihat masih adanya perilaku yang tidak bisa ditinggalkan sang suami, pasien akhirnya meminta suami untuk memilih salah satu diantara mereka, keluarga atau pasangan sejenisnya. Ternyata suaminya mengaku bahwa tidak bisa memilih karena tidak ingin kehilangan keduanya,” ujarnya.
Lain lagi cerita penyuka sesama jenis lainnya, sebut saja namanya Kumbang. Dia mengaku lebih tak tahan melihat lelaki dibandingkan perempuan. Bahkan, saat melihat lelaki, ia sangat ingin melakukan kontak fisik. Meski secara kasat mata, ia laki-laki, namun ia cenderung bersikap perempuan. Ini dikarenakan sejak kecil, didikan orangtuanya telah mengarahkannya pada perempuan.
“Ibunya berharap memiliki anak perempuan. Rambut saya dikuncir,. Dipakaikan pakaian serba pink dengan boneka-bonekanya dan dibentuk di lingkungan yang menganggap bahwa dia adalah perempuan. Sehingga sampai sekarang ia merasa bahwa dirinya adalah perempuan,” katanya.
Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumbar Shofwan Karim Elha, mengatakan LGBT itu haram dan bertentangan dengan ajaran Islam. “LGBT tidak ada kaitannya dengan HAM melainkan sebuah penyakit bawaan sejak kecil dan sudah menjadi kebiasaan mereka,” tegas Shofwan Karim di gedung dakwah Muhammadiyah Sumbar, kemaren siang.
Maka itu, pendidikan agama mutlak harus diberikan kepada anak sebagai penangkal perilaku menyimpang lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) itu. LGBT merupakan persolan serius yang tidak bisa didiamkan begitu saja perlu ada upaya pembinaan secara kontinue agar mereka kembali kepada ke fitrahnya.
Menurutnya, fenomena LGBT merupakan pertanda bahwa kebebasan hak asasi manusia (HAM) dan gaya hidup liberal-sekuler mulai merasuki dunia pendidikan. “Apalagi jika lesbian dan gay itu telah menjadi gerakan sosial yang dikonstruksi dengan dalih hak asasi manusia,” katanya.
Saat ini penyebaran faham Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) sudah menyasar ke anak-anak melalui komik. Tujuannya merusak cara berfikir anak agar mengikuti LGBT. Bahkan juga menyebar melalui pakaian GAP yang artinya “Gay Of Proud” (saya bangga gay,red).
Dia mengajak mubaligh dan kader Muhammadiyah agar mengembalikan para pengikut LGBT ini ke fitrahnya, di mana lelaki menyatu perempuan dalam suatu ikatan pernikahan, bukan perempuan menikah dengan perempuan atau laki-laki dengan laki-laki. “Jangan dihina, jangan diolok-olok apalagi diperangi, kembalikan mereka ke fitrahnya,” tutupnya.
Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno mengatakan, peristiwa LGBT sebenarnya mendunia karena sudah terjadi sepanjang sejarah kehidupan manusia. Menurutnya, peristiwa LGBT akan selalu mengena setiap orang. Baik kalangan terpelajar ataupun sebaliknya.
“Peristiwa LGBT sesuatu yang ada dalam diri masyarakat. Untuk itu perlu pembentengan diri dan keluarga karena LGBT bahaya laten yang sulit dituntaskan,” ujarnya.
Kata Irwan, beberapa teori telah menjelaskan, bahwa terjadinya LGBT karena keturunan. Ada juga teori yang mengulas penyebab peristiwa LGBT karena lingkungan. Akhirnya dia melihat ragam teori tersebur saling berdebat. “Sebenarnya, solusi menghindari peristiwa LGBT yang harusnya dicari. Misalnya, menganjurkan orangtua membentuk kepribadian seorang anak sejak dini, seperti seminar hari ini,” ujarnya saat menghadiri seminat LGBT di gedung Lembaga Koordinasi Kesejahteraan Sosial (LK2S) di jalan Pramuka, Sabtu ( 20/2)
Irwan menceritakan sedikit pengalamannya, tentang laki-laki lemah lembut yang pernah dijumpainya. Karena rasa penasaran, dia berupaya mencari tahu penyebab pria gagah itu menjadi gemulai dalam bersikap. “Ternyata yang terjadi, pria itu hidup di keluarganya sebagai laki-laki satu-satunya. Kakak dan adiknya perempuan. Sedangkan ayahnya telah meninggal saat dia masih kecil,” ujarnya.
Kata Irwan, kondisi semacam itu jika tidak dibenahi dengan baik dan sewajarnya bisa saja berdampak buruk. Namun lelaki yang dia temui itu tidak masuk ke dalam kelompok LGBT, melainkan hanya bersikap saja. “Tidak semua pria kewanitaan dan wania kepriaan terjangkit gejala LGBT. Untuk itu perlu cari tahu lebih dalam terlebih dahulu tentang individunya,” ujarnya.
Irwan menyakini keluarga yang sakinah mawadah warahmah sangat mempengaruhi kepribadian individu dalam keluarga tersebut. Sebab kebanyakan kejadian LGBT dari kasus rumah tangga. Sebab sangat banyak kasus dalam rumah tangga. “Ada anak terlalu dekat dengan ibunya karena membenci ayahnya atau sebaliknya, sangatlah tidak baik jika dibiarkan,” ujarnya.
Selain itu, kualitas waktu perhatian orangtua kepada anak juga sangat dibutuhkan. Baginya tidak ada guna banyak waktu dengan anak tapi dipenuhi marah-marah yang membuat anak malah semakin tertekan. “Meski hanya sebentar bertemu anak, tapi bisa memberikan arahan yang singkat padat dan berkualitas. Anak tentu akan terjauh dari gejala sosial yang tidak baik itu,” ujarnya.
Selain itu, Irwan menyarankan kalangan IRT yang hadir dalam seminar itu membentengi anaknya dengan pendidikan agama. Sehingga anak memiliki bekal ketika berinteraksi dengan lingkungan. “Sekolahkan lah anak kita di tempat yang memiliki pendidikan agama berkualitas, agar anak memiliki benteng ketika mendapat pengaruh sosialnya,” ujarnya.
Sedangkan, Ketua TP PKK Padang, Harneli Bahar mengatakan, LGBT memang perlu mendapat sikap serius. Terlebih sekarang, kalangan pencinta sejenis tersebut sudah bertindak di ruang publik. “LGBT sekarang sangat dihebohkan secara nasional karena keinginan para pelakunya untuk melegalkan status tersebut,” ujarnya.
Bagi Herneli, sikap yang baik dan tepat dalam memperbaiki gejala LGBT yaitu dengan membimbing individu yang terlibat menjadi lebih baik. Misalnya dengan melakukan rehabilitas. “Orangtua harus memperhatikan anak-anak agar terhindar dari gejala LGBT dengan memberikan pendidikan pengenalan seks dini. Sehingga anak mengerti yang baik dan pantas dijaga dari diri dan sikapnya,” ujarnya.
Katanya, TP PKK Padang sangat memperhatikan peristiwa LGBT tersebut, pihanya terus mendorong kalangan rumah tangga untuk membentuk dan memperhatikan lingkungan sosial. (ayu/ 0/cr5/cr3)