eQuator.co.id – DENPASAR–RK. Hubungan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dengan Prabowo Subianto sedang hangat-hangatnya. Saat Prabowo tidak lagi berada di arena kongres PDIP pun, Megawati masih bisa mengekspresikan hubungan harmonisnya dengan ketua umum Partai Gerindra itu. Itu terlihat saat tadi malam Megawati meninjau pameran foto di lobi Grand Inna Bali Beach Hotel, Sanur, tempat berlangsungnya Kongres V PDIP.
Sebanyak 25 foto yang dipamerkan tidak luput dari pandangannya. Setelah puas melirik foto satu per satu, wartawan bertanya foto favorit Megawati.
Mantan presiden RI ke-5 itu langsung menunjuk sebuah foto yang dipajang di bagian bawah. Cukup lama dia menunjuk foto itu sambil mengembangkan senyum ceria. Rupanya itulah foto dirinya bersama Prabowo Subianto. Momen itu diambil ketika Megawati menjamu Prabowo makan siang di kediamannya di Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, 24 Juli lalu.
Dalam foto itu, keduanya tersenyum lepas. Prabowo tampak memegang perutnya menandakan dia sudah kenyang dan sangat menikmati hasil masakan Megawati. Sementara Megawati tertawa lepas melihat ke arah Prabowo.
’’Ini foto favorit saya,” kata Megawati sambil menunjuk foto berukuran 45 cm x 60 cm itu.
’’Kenapa pilih foto itu, Bu?” tanya wartawan.
’’Karena Pak Prabowo menunjukkan perutnya. Kan katanya kenyang,” jawab Megawati.
’’Nasi goreng buatan Ibu enak ya?” tanya wartawan lagi.
’’Ya tidak tahu saya,” jawab Megawati.
“Ibu keliatan lepas banget ekspresinya di foto itu?” tanya wartawan.
’’Yang mana? Yang di foto itu? Soalnya ya saya senang saja,” jawabnya lalu tersenyum lepas.
Pameran foto bertema Kepemimpinan dan Kerakyatan Bersama PDI Perjuangan itu adalah hasil karya pewarta foto. Sebanyak 25 foto dipamerkan setelah sebelumnya diseleksi dari 300 foto yang terkumpul.
Pengamat Politik Indo Barometer M.Qodari menyampaikan itu adalah sinyal kuat kedekatan Prabowo-Megawati. Tidak hanya akrab secara personal, namun bisa juga diterjemahkan dalam hubungan politik yang saling mendukung satu sama lain. ’’Bukan tidak mungkin nanti Prabowo akan menjalin koalisi dengan calon yang diusung PDIP,” kata Qodari saat ditemui di lokasi kongres PDIP di Bali.
Dukungan itu, jelas dia, bentuknya macam-macam. Bisa berbentuk kerja sama di parlemen, kerja sama di pilkada 2020 hingag koalisi dalam pilpres 2024.
Saat ini Megawati dinilai sebagai god mother bidang politik. ’’Sehingga wajar kalau kemudian Prabowo merapat ke Megawati,” ujarnya.
Di sisi lain, tambahnya, saat ini sosok yang paling potensial untuk maju dalam kontestasi pilpres 2024 adalah Prabowo Subianto. Nah, itu bisa melenggang, Gerindra harus menjalin hubungan harmonis dengan PDIP sebagai pememang pemilu 2019. Sinyal itu juga disampaikan Megawati langsung saat menyampaikan pidato politiknya Kamis lalu (8/8).
’’Kalau nanti (ingin maju capres 2024, Red) nggak tahu kapan. Tolong deketin saya ya Mas Bowo (Prabowo Subianto, Red),” seloroh Megawati yang disambut tepuk tangan para peserta kongres.
Menurut Qodari, nasib Prabowo sebagai capres sangat tergantung nanti di tahun 2022 atau 2023. Biasanya dua atau satu tahun menjelang pilpres, akan muncul sosok alternative. Pola ini mirip seperti saat kemunculan Jokowi dalam pilpres 2014 yang bersaing dengan Prabowo.
’’Jangan lupa, saat ini Prabowo adalah capres terkuat kedua setelah Jokowi. Apakah nanti ada yang muncul selain Prabowo kita tunggu saja,” imbuhnya.
Sementara itu, agenda Kongres V PDIP akan memasuki hari terakhir, hari ini (10/8). Megawati sebagai ketua umum yang terpilih secara aklamasi, hari ini, akan mengumumkan dan melantik struktur kepengurusan DPP PDIP periode 2019-2024. Megawati pun menyusun sendiri daftar personalia kepengurusan DPP. Sebab oleh kongres dia didapuk sebagaik formatur tunggal dalam kongres.
’’Ibu ketua umum terpilih sedang menyusun personalia struktur DPP. Besok (hari ini, Red) akan dilantik,” kata Ketua Sidang Kongres V PDIP I Wayan Koster.
Dia bilang, siapa yang akan duduk dalam kepengurusan DPP lima tahun mendatang, sangat tergantung keputusan Megawati. Struktur DPP 2019-2024 bpun tidak akan berubah. Tetap dibikin ramping tanpa ada penambahan bidang. Yaitu terdiri dari 27 personalia. Terdiri dari ketua umum, sekjen dan tiga wakil sekjen, bendahara umum yang dibantu dua wakil bendahara, serta 19 kepala bidang.
’’Kami sreg dengan pengurus yang ramping. Karena lebih luwes kalau bergerak,” kata I Wayan Koster yang juga menjabat Gubernur Bali.
Wacana memunculkan ketua harian atau wakil ketua umum dipastikan tidak ada dalam periode lima tahun ke depan. Megawati sudah menegaskan hal itu. Nah, kini spekulasi jabatan strategis bergeser jabatan sekretaris jenderal (sekjen). Di arena kongres kemarin, berseliweran informasi bahwa ada dua sosok yang paling berpeluang menduduki jabatan sekjen. Yaitu Hasto Kristiyanto yang mantan sekjen periode 2014-2019 dan mantan wakil sekjen Ahmad Basarah. Keduanya digadang-gadang menduduki jabatan tersebut.
Ketua Steering Committee Kongres V PDIP Djarot Saiful Hidayat mengatakan tidak bisa memastikan. Itu sangat tergantung pada pilihan Megawati. Menurutnya, baik Hasto maupun Basarah sama-sama memiliki kualifikasi sebagai sekjen partai. Sebab keduanya dinilai memiliki kemampuan yang bagus. ’’Pak Hasto berpengalaman dan sukses di 2019. Pak Basarah adalah doktor bidang pancasila. Dua-duanya bagus,” ujar Djarot.
Jabatan sekjen, papar dia, boleh dijabat dua kali berturut-turut oleh orang yang sama. Tidak ada lapangan. ’’AD/ART juga tidak mengatur larangan itu,” ujarnya.
Dikonfirmasi terkait kabar itu, Hasto sangat irit bicara. Dia mengaku tidak akan mengomentari rumor tersebut. ’’Mulut saya ini dikunci untuk ngomong itu. Kita serahkan ke Bu Ketua Umum,” ujarnya lalu berlalu.
Pernyataan serupa juga disampaikan Ahmad Basarah. Wakil ketua MPR itu mengaku tidak akan berkomentar terkait kabar itu. Dia bilang tidak memiliki kapasitas untuk menanggapi hal tersebut. ’’Jabatan di DPP itu sama rahasianya dengan daftar menteri Pak Jokowi. Jadi tergantung ketua umum saja,” ucap Basarah. (Jawa Pos/JPG)