eQuator.co.id – BENGKULU, BE – Melihat maraknya Lesbi Gay Biseksual dan Transgender (LGBT) di Provinsi Bengkulu, Kantong Informasi Pemberdayaan Adiksi (Kipas) melakukan pergerakan mengatasi penyakit LGBT. Selain itu, melalui gerakan ini Kipas mencoba mengurangi penderita HIV/AIDS dikelompok LGBT.
“Kami mempunyai program baru, yaitu pencagahan HIV/AIDS kepada kelompok LGBT. Serta mecoba melakukan perubahan perilaku LGBT, supaya bisa berperilaku sehat terhadap dirinya,” ujar Merli, Direktur Kipas, Selasa (29/3).
Merli mengatakan, program ini dilakukan selama 2 tahun. Program ini akan melibatkan komunitas LGBT sebagai petugas di lapangan, saat ini sebanyak 5 orang. “Pergerakan dimulai oleh komunitas yang sudah pulih dan mulai melakukan perbaikan diri, supaya dapat lebih efektif dan efisien proses kerjanya,” ungkapnya.
Kipas sengaja menggunakan kelompok LGBT sebagai mitra kerja dalam menjalankan program barunya, bertujuan agar lebih dapat leluasa para LGBT menyampaikan pendapatnya. Serta dapat lebih mudah dalam menyampaikan masukan-masukan dan informasi kepada para LGBT nantinya. “Tugas mereka nantinya akan melakukan curah pendapat, sharing, fokus diskusi. Serta memberikan informasi tentang HIV, dimana untuk mendorong pencegahan HIV,” jelasnya.
Pihak Kipas akan memberikan bekal dalam melakukan pergerakan, seperti brosur dan kondom. kondom tersebut jangan dilihat sebagai legalitas, namun sebagai bentuk pencegahan HIV. “Proses perubahan perilaku tidak bisa dilakukan langsung saat ini juga, melainkan membutuhkan proses. Sehingga dengan menggunakan kondom dapat mencegah tertularnya HIV/AIDS, untuk kelompok LGBT maupun penggunanya,” tuturnya.
Dalam hal ini pihak Kipas akan melakukan kerjasama kepada pihak Dinkes Provinsi, psikolog dan penegak hukum. Sebagai gerakan yang terbilang berguna, pihak-pihak terkait sudah sepantasnya untuk mendukung pergerakan Kipas ini. Kipas mempunyai target 800 orang LGBT dalam pergerakan ini.
“Setiap 1 semester atau 6 bulan kami target sebanyak 400 orang LGBT dapat dilakukan pencegahan HIV/AIDS, serta perubahan perilaku. kedepan kami akan mengorganisir kawan-kawan untuk mengembembalikan perilaku sosialnya,” jelasnya.
Tahapan yang akan dilakukan dalam program ini, yaitu bertatap muka, melalui komunitas, rehabilitasi pendidik sebaya, fokus diskusi, curah pendapat, pendidik sebaya. Pihak Kipas juga akan melatih para petugas, dalam konteks proses pencegahan HIV dan perilaku yang baik. “Proses pergerakan diawali dengan tes HIV terlebih dahulu, supaya tindakan-tindakan selanjutnya dapat diteruskan. Usaha yang dilakukan tetap optimis mencapai target, diharapkan kelompok LGBT dapat bekerjasama dengan baik dalam program ini,” ungkapnya.
Fokus wilayah dalam program ini terdapat 2 tempat atau lokasi, yaitu Kabupaten Rejang Lebong dan Kota Bengkulu. Diketahui bahwa aktivitas terbanyak adalah rejang lebong, yang mana terdapat kampung waria didalamnya. Data kemenkes tahun 2015 infeksi tertinggi dari kelompok laki-laki, khususnya para pekerja dan pelanggan seks.
“Dominan laki-laki adalah terinfeksi HIV, serta laki-laki tersebut melakukan dual seks. Yakni seks laki-laki sama laki-laki dan perempuan. Konteks itu akan menjadi target Kipas Tahun 2017.” ulasnya.
Konsep yang dilakukan dalam program ini adalah face to face (tatap muka), sehingga dapat lebih terbuka. Kelompok LGBT merupakan kelompok hidden population atau tertutup dan tidak terlihat. Sehingga penanganan dilakukan secara khusus atau berbeda, jika tidak akan membuat kelompok LGBT tidak bersedia atau menolak.
“Harapan saya pemerintah dan masyarakat umum harus objektif dalam program ini, kipas melakukan program ini untuk perubahan perilaku LGBT. Supaya aman dalam seksualitas dan bermasyarakat dengan baik,” ungkapnya.
Seseorang yang sekali saja melakukan seks sesama jenis, sudah dapat dikatakan LGBT. Seks itu rekreasi, menggembirakan dan menyenangkan. Sehingga tidak dipungkiri jika seks menjadi marak dilakukan. “Kecenderungannya jika sudah mencoba sekali, akan terus melakukan seks tersebut atau ketagihan. Sama halnya seperti narkoba, sekali mencoba akan ketagihan dan membuat ketergantungan,” pungkasnya.(722)