eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Prabowo Subianto digadang-gadang akan diusung sebagai calon Presiden 2019 sebagai penantang Joko Widodo. Namun hingga saat ini belum ada mendeklarasikan Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) itu maju menjadi calon orang nomor satu di Indonesia.
Ketua DPD Gerindra Kalbar, Suriansyah mengatakan, belum adanya penyampaian secara resmi oleh Prabowo mencalonkan diri dikarenakan tidak ingin mendahului kepastian undang-undang yang berlaku. Pasalnya, untuk maju sebagai calon Presiden dan Wakil Presiden harus didukung 20 persen suara DPR RI atau sebanyak 25 persen suara sah. Sementara Gerindra hanya memiliki 73 kursi di DPR RI, sehingga masih kurang sekitar 29 kursi. “Melihat kondisi ini, Gerindra harus berkoalisi mendapatkan minimal 112 kursi atau 20 persen kursi di DPR RI agar dapat mengusung Prabowo,” ungkap Suriansyah kepada Rakyat Kalbar, Rabu (4/4).
Menurutnya, salah satu penyebab belum pencalonan mantan Danjen Kopassus itu karena Gerindra belum resmi menandatangani kesepakatan untuk berkoalisi. Makanya, Prabowo belum mendeklarasikan diri maju di Pilpres mendatang.
“Untuk mendapatkan kursi, maka perlu dilakukannya komunikasi politik dengan partai lain, seperti PKS. Sehingga keduanya mendapatkan 113 kursi atau 1 kursi lebih dari jumlah minimal kursi yang seharusnya didapat dari target Gerindra,” ungkapnya.
Saat ini, Gerindra dan PKS juga masih menunggu partai lain. Seperti PAN, PBB dan partai lainnya yang belum menentukan pilihan koalisi untuk calon Presiden yang diusung. Sehingga mendapatkan target kursi dengan satu suara, yaitu sepakat menjadikan Prabowo sebagai calon Presiden. “Setelah sepakat dengan penandatanganan bersama koalisi partai lainnya, barulah Pak Prabowo akan mencalonkan dan mendeklarasikan diri sebagai calon Presiden,” jelasnya.
Menanggapi adanya anggapan di Pilpres nanti Prabowo hanya sebagai “King Maker”, Suriansyah membantahnya. Ditegaskan dia,
seluruh Gerindra se Indonesia, termasuk organisasi sayap, organisasi otonom serta organisasi lainnya menyatakan dukungan atas pencalonan Prabowo menjadi calon Presiden. “Prabowo tetap akan maju sebagai calon Presiden,” tegasnya.
Prabowo batal mencalonkan diri sebagai calon Presiden, jika tidak ada kesepakatan antara Gerindra dengan partai-partai pengusung lainnya. Karena tidak cukup kursi maupun suara di senayan. Dan Suriansyah yakin Indonesia akan menjadi negara yang jauh lebih baik jika Prabowo menjadi Presiden periode 2019-2024. “Kita doakan agar beliau selalu sehat sehingga tetap bersemangat agar bersedia memimpin Indonesia di masa depan,” lugas Suryansyah.
Sementara itu, Wakil Ketua 1 Bidang Politik dan Pemerintahan DPD Partai Gerindra Kalbar, Hendri Makaluac mengatakan, dalam waktu dekat ini, Partai Gerindra akan mendeklarasikan Prabowo sebagai Capres 2019.
“Kami sebagai pengurus Partai Gerindra, sayap-sayap partai dan Badan serta kader Partai Gerindra sudah mendeklarasikan Pak Prabowo Subianto untuk menjadi Presiden periode 2019-2024. Jadi dalam waktu dekat kita akan mendeklarasikan pencalonan Pak Prabowo secara nasional,” paparnya.
Ketentuan parlament thrashold 20 persen kata dia, baru bisa mencalonkan pasangan Presiden dan Wakil Presiden. Hendri mengatakan, pihaknya juga masih menunggu partai yang akan bersama-sama Gerindra mengusung Prabowo sebagai Capres.
“Kemungkinan terbesar Gerindra akan berkaalisi dengan PKS lagi, tapi ada juga peluang ditambah PAN dan PKB kalau semua sudah sepakat,” terangnya.
Hendri berharap, masyarakat sadar akan kondisi bangsa saat ini. Dimana harapan rakyat tidak terpenuhi dengan baik. Harga kebutuhan meningkat, tarif listrik, Bahan bakar, serta lapangan kerja tidak cukup tersedia bagi masyarakat. Sementara kesempatan masyarakat untuk mendapatkan uang terbatas.
“Ini akan membuat kita harus mencari pemimpin baru, yang kuat serta peduli akan berpihak kepada masyarakat kecil serta mampu menjaga keharmonisan bangsa. Dan jawabanya adalah Bapak Haji Prabowo Subianto,” seru Hendrik.
Terpisah, pakar politik Ngusmanto menilai, belum adanya deklarasi pencalonan Prabowo tentu adanya pertimbangan-pertimbangan. Dan ini menjadi gaya Prabowo untuk nyapres di 2019. “Memang pergerakan Prabowo tidak seperti pada 2014 yang cepat,” ucapnya kepada Rakyat Kalbar, Sabtu (31/3).
Prabowo memang harus cermat dan melangkah hati-hati. Pasalnya, Gerindra belum mencukupi untuk mengusung sendiri. “Kedua ia tentu ingin tahu kesolidan dukungan internal dari Gerindra sendiri. Di sisi lain, langkah Prabowo juga berpengaruh terhadap suara di Pemilu Legislatif,” jelasnya.
Alasan lainnya agar langkah Prabowo tidak seperti Pilpres 2014. Ini sangat penting untuk membangun koalisi partai pengusung. “Sebenarnya target minimal sama dengan Pilpres 2014 dan bahkan harus lebih,” tuturnya.
Partai pengusung yang diketahui hanya PKS. Gerindra tentu juga mengharapkan dukungan PAN dan Demokrat. “Bahkan PBB dan partai lainnya, jika parpol koalisi sudah solid tentu pertengahan April sudah deklarasi,” ulasnya.
Terkait belum ada kepastian Prabowo untuk Pilpres 2019 hingga saat ini, Ngusmanto mengatakan, Gerindra masih memiliki waktu. Meski sebenarnya makin cepat deklarasi, makin bagus.
“Memang benar gerakan dari semua provinsi sangat solid dan siap mendukung, tentu untuk meyakinkan Prabowo. Tapi partai koalisi belum dan ini PR (pekerjaan rumah) dan ditunggu. Karena tanpa koalisi Gerindra belum cukup,” pungkasnya.
Laporan: Zainuddin
Editor: Arman Hairiadi