eQuator – Ketapang-RK. Ratusan warga dari berbagai daerah di Sumatera dan Solo yang datang dan tinggal di Desa Sukamaju, Kecamatan Muara Pawan, Ketapang, memicu timbulnya kekhawatiran warga setempat. Kepala Desa Syaiful Bahri menjelaskan, ratusan warga pendatang datang sejak Maret-April 2015 lalu.
Kedatangan mereka serentak dengan adanya program ketahanan pangan, sehingga hampir seluruh wilayah indonesia ada kelompok-kelompok yang menyebar termasuk di beberapa wilayah di Ketapang, seperti salah satunya di Desa Sukamaju.
“Awalnya mereka masuk tanpa identitas jelas, kami pihak desa sesuai ketentuan yang berlaku tidak mengizinkan mereka hingga sekitar 2 bulan sampai mereka memenuhi syarat yang ada,” katanya kepada wartawan Jumat (8/1).
Syaiful mengungkapkan, berjalannya waktu mereka mulai memenuhi syarat seperti surat pindah dari tempat asal serta syarat sesuai ketentuan dari Disdukcapil. Selain itu mereka juga telah membeli tanah dan lahan warga masyarakat sehingga memang pihaknya tidak lagi punya kewenangan menahan ratusan warga tinggal di desanya.
“Dalam jual beli tanah ini, kami tidak ada ikut campur, kami hanya mengetahui tanah dibeli oleh warga pendatang saat mereka melapor, dan setelah kami turunkan tim mengecek apakah benar asal usul tanah tersebut milik warga yang menjual ke mereka ternyata memang benar,” jelasnya.
Menurutnya, sejauh ini yang di data pihak Desa ada 278 jiwa dari 87 Kepala Keluarga dari wilayah Sumatera yang datang ke Desa Suka Maju, sedangkan dari wilayah Solo ada 50 jiwa dari 25 Kepala Keluarga. “Mereka sejauh ini sudah mengajukan surat pindah ke Sukamaju,” tutunya.
Syaiful mengatakan, pihaknya tidak memiliki kewenangan untuk melarang orang masuk ke desanya, sepanjang memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku, namun selama tidak memenuhi syarat tentu pihaknya akan melarang.
“Dari informasi, kelompok dari Sumatera lahan yang mereka beli sekitar 18-20 hektar, sedangkan kelompok dari Solo sekitar 32 hektar, kedua kelompok tinggal di lokasi berbeda, namun masih di dalam wilayah Desa Sukamaju,” katanya.
Namun, sampai saat ini belum ada mendapat laporan mengenai kegiatan atau prilaku menyimpang ratusan masyarakat dari warga setempat, bahkan pihaknya juga telah melakukan koordinasi kepada aparat Polsek Muara Pawan terkait kehadiran ratusan warga dari luar ini, lantaran pihaknya tidak dapat mendeteksi apakah ada niat lain selain mereka bertani, sehingga meminta bantuan aparat kepolisian untuk juga memantau dan mengawasi.
“Sepanjang yang kami pantau dan awasi mereka bergaul dan baik kepada warga sekitar, belum pernah ada prilaku atau kegiatan menyimpang, mereka mengaku tujuan datang hanya untuk bertani dan menyukseskan program ketahanan pangan dari pemerintah,” jelasnya.
Namun ia tetap waspada untuk memastikan ratusan warga yang saat ini tinggal di barak-barak di desanya memang tidak memiliki niat dan tujuan lain yang melanggar aturan atau menyimpang.
“Kita tetap akan awasi dan pantau kegiatan mereka, dan kita minta warga melapor jika memang ada hal-hal menyimpang yang dilakukan,” imbaunya.
Sementara salah satu perwakilan warga pendatang asal Sumatera, M. Syofian menegaskan, kedatangan dirinya beserta ratusan warga asal beberapa daerah di Sumatera ke Ketapang, khususnya ke Desa Sukamju, murni untuk bertani.
“Kami kemari karena melihat situasi dan kondisi bangsa saat ini, kami di Sumatera sudah susah bertani karena lahan semakin sempit oleh bangunan-bangunan. Terlebih ada program dari pak jokowi mengenai ketahanan pangan, makanya kami melihat di Kalbar khususnya Ketapang termasuk Desa Sukamaju lahannya masih alami dan memiliki potensi, makanya kami datang kesini,” katanya.
Ia mengaku, seluruh warga dari Sumatera yang datang ke Ketapang persisnya di Desa Sukamaju karena keinginan dan sepakat untuk bertani ke Ketapang. Sehingga membeli lahan warga di Desa Sukamaju secara bersama.
“Kita sudah survei lokasinya dan memang berpotensi untuk ketahanan pangan, terlebih saat ini dari sekitar 6,5 hektar lahan yang sudah kita gunakan hasilnya bagus,” ujarnya.
Ditegaskannya, tidak ada niat lain mereka datang ke Desa Sukamaju selain untuk bertani. Terlebih ia mengaku juga sudah berkorban menjual aset di Sumatera untuk memulai melakukan aktivitas bertani di Ketapang dan juga ingin memberikan dampak positif dari keberadaan mereka ke warga sekitar khususnya Desa Sukamaju.
Ia menjelaskan, mereka berasal dari agama yang berbeda, ada yang muslim ada yang non muslim, tapi mereka tidak membawa nama etnis, agama atau suku. “Kami membawa nama nasionalis, jadi tidak ada niat kami selain untuk bertani, dan kami juga berniat untuk memajukan ketahanan pangan di Desa Sukamaju dengan target nanti pada 2016 kami dapat menanam sekitar 100 hektar lahan dan hasilnya juga untuk membantu masyarakat sekitar.Kami pun siap berbagi ilmu dan pengalaman kepada masyarakat sekitar jika ingin saling sharing mengenai bertani,” pungkasnya.
Reporter: Jaidi Chandra
Editor: Kiram Akbar