eQuator.co.id – Sejenak bolehlah lupakan daging sapi yang harganya sulit dikendalikan, juga daging ayam Kalbar yang konon sarat dimonopoli pengusaha tertentu. Tengoklah hasil laut Kabupaten Mempawah yang dioptimalkan oleh nelayan-nelayan setempat. Tangkapan mereka diubah jadi sajian kuliner menggugah selera.
Belum lama ini, Mempawah Expo 2016 di komplek Stadion Opu Daeng Manambon berlangsung. Besutan Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) di sana untuk mengampanyekan gerakan memasyarakatkan makan ikan (Gemarikan). Sesuai tujuannya, dilakukanlah demonstrasi pengolahan ragam makanan berbasis ikan.
Pengunjung yang datang mencapai seribuan orang pada hari terakhir pameran (Sabtu pekan lalu, 6/8). Para nelayan dan staf DKP memajang olahan ikan mereka. Magnet bagi para pengunjung itu antara lain burger ikan tenggiri, tom yam ikan, kaki naga, somay, dan ikan mas presto (tulangnya lembut sehingga bisa dikonsumsi). Bupati Ria Norsan dan Wakilnya, Gusti Ramlana, tak ketinggalan mencoba lima menu tersebut.
Eka Karlina, warga Mempawah yang ikut dalam antrean para pencicip yang mengular, mengaku mengalami sensasi berbeda saat mengecap kaki naga dan somay ikan tenggiri. “Apa yang dilakukan ini sangat kreatif. Apalagi untuk tujuan mengkampanyekan makan ikan, cara seperti ini sangat efektif,” ujarnya.
Pengusaha katering ini memuji somay kreasi staf Dinas Perikanan yang menurut dia kental aroma ikannya. “Ikannya pun lebih terasa dibanding somay lain yang pernah saya makan. Jadi, tidak saja kreatif, rasanya pun enak,” ucap Eka, menambahkan juga menikmati burger ikan tenggiri dan tom yam.
Bagi Eka, kampanye Gemarikan ala pemerintah dengan demo masak dilanjutkan makan bersama tersebut sangat menarik. Terlebih, para chef mengganti sejumlah bahan masakan dengan ikan.
“Kita berharap dinas (DKP) dapat melanjutkan program ini di pusat-pusat keramaian di masyarakat,” pintanya.
Senada, warga Desa Antibar Mempawah, Darmawan. Kata dia, upaya pemerintah mengolah tangkapan nelayan sangat baik. Sebab, saat ini nelayan hanya menangkap ikan kemudian menjualnya ke pengepul sehingga tak mendapat keuntungan memadai.
“Kalau diolah kan perekonomian nelayan bisa meningkat,” tuturnya.
Tambah Darmawan, pemerintah pun seharusnya lebih intens memberikan ilmu kepada nelayan soal pengolahan hasil laut. “Buka pola pikir mereka,” saran dia.
Sementara itu, Kepala Seksi Pengolahan dan Pemasaran DKP Mempawah, Ahmad Kanjawi membeberkan latar belakang pihaknya menggelar demo masak dan makan bersama di Expo Mempawah. “Rendahnya tingkat konsumsi ikan masyarakat membuat pemerintah harus mencari cara untuk menarik minat orang memakan ikan,” ungkapnya.
Ikan, lanjut dia, satu di antara sumber makanan dengan banyak kelebihan. Diantaranya protein hewani yang cukup tinggi, kandungan omega 3-nya yang besar, nonkolesterol, serta halal. Artinya, terdapat kesehatan, kekuatan, dan kecerdasan bagi yang mengonsumsinya.
“Di expo kita mencoba mengenalkan lima menu olahan ikan kepada masyarakat yang kita harapkan bisa membangkitkan minat masyarakat untuk pada akhirnya mengonsumsi ikan,” tutur Ahmad.
Selain itu, ia memaparkan, DKP Mempawah telah mengadakan perlombaan memasak ikan tingkat kabupaten dan melakukan pertemuan rutin dengan kelompok pengolah ikan. Berdasarkan data yang dipegang Ahmad, di Kabupaten Mempawah terdapat 55 kelompok. Terdiri dari 35 pengolah dan 20 pemasar yang berada di desa-desa di enam kecamatan pesisir.
“Dalam hal pengolahan ikan, kemampuan sumber daya manusia sudah ada. Tinggal masalah pemasaran saja,” terangnya.
Dengan hanya 30,5 Kg perkapita pertahun, ia mengaku angka konsumsi ikan masyarakat Mempawah masih kurang. Hal ini jika dibandingan dengan tingkat konsumsi nasional yang 34 Kg perkapita pertahun.
“Di sebagian wilayah Indonesia timur, konsumsi ikannya malah ada yang mencapai 70 kilogram perkapita pertahun. Di Jepang, bahkan konsumsi ikan masyarakatnya mencapai 150 kilogram perkapita pertahun,” tutup Ahmad. (*)
Ari Sandy, Mempawah