Kalbar Darurat Asap

Di Punggur Kecil, Jarak Api dengan Rumah Warga Hanya 5 Km

ilustrasi.net

eQuator.co.id – Pontianak-RK. Setidaknya, sepanjang Januari sampai 26 Juli 2017, kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang terjadi di sejumlah wilayah Kalbar mencapai 209,77 hektar. Yang berhasil dipadamkan timpatroli terpadu dan tim satgas terpadu mencapai 154,57 hektar.

Kepala Daops Manggala Agni Pontianak, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Sahat Irawan M. menerangkan, data sementara untuk wilayah kerjanya (Kubu Raya dan Pontianak) saja sudah 55 hektar hutan dan lahan yang terbakar. “Dari jumlah itu, sudah berhasil kami padamkan bersama-sama seluas 37,60 hektar,” tutur Sahat kepada Rakyat Kalbar, Kamis (27/7) sore.

Data ini termasuk Karhutla yang terjadi di Desa Punggur Kecil, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, seluas 1,2 hektar. Sahat menjelaskan, sejak 26 Juli 2017, api sudah menjalari lahan gambut di Desa Punggur Kecil tersebut.

Saat itu, Karhutla diketahui tim patroli terpadu pencegahan Karhutla yang digagas oleh Manggala Agni dengan melibatkan unsur TNI (Babinsa) dan Polri (Bhabinkantibmas) serta masyarakat. “Hari itu juga satu regu pemadam Manggala Agni Pontianak yang kita turunkan untuk pemadaman dan dibantu tim patroli terpadu,” jelas Sahat.

Pemadaman belum sepenuhnya membuahkan hasil. Lantaran kondisi sumber air yang cukup jauh. Jarak sumber air kapasitas kecil ke titik api kurang lebih 20 meter. Sedangkan sumber air kapasitas besar, jaraknya sekitar satu kilometer. Agar tidak meluas ke lahan yang penuh tanaman pakis dan semak belukar ini, lanjut Sahat, pemadaman terus dilakukan sampai Kamis sore.

“Satu regu sudah kita turunkan jam 10 pagi, dan sampai sore ini masih berlangsung, kita upayakan api jangan sampai menyebar karena ini lahan gambut yang mudah terbakar,” terangnya.

Atas pertimbangan potensi kebakaran yang terjadi, Manggala Agni juga meminta bantuan pemadaman udara menggunakan heli Satgas Damkar Hutla BNPB yang sudah standby di Pangkalan TNI AU Supadio Pontianak. “Kita khawatir juga, karena lokasi kebakaran dengan pemukiman warga berjarak hanya sekitar 5 kilometer,” beber Sahat.

Ia mengatakan, secara umum di wilayah kerja Daops Manggala Agni Pontianak, khususnya Kabupaten Kubu Raya, sudah mulai beberapa titik api terlihat, yaitu di Desa Punggur Kecil, Desa Punggur Besar, Desa Mekar Sari, dan Rasau Jaya Umum. Dengan kondisi seperti ini, Sahat menegaskan, Manggala Agni Pontianak dan tim patroli terpadu dalam konsisi siaga.

Di sisi lain, Pemerintah Provinsi Kalbar telah menetapkan status darurat kabut asa. Gubernur Cornelis dalam posisi memonitor.

“Kalau ingin lebih jelasnya bisa nanti ditanyakan kepada BPBD dan kehutanan dimana titiknya, kita sudah lengkap dengan satgasnya segala macam,” ujarnya, Kamis (27/7).

Status darurat yang ditetapkan pada awal Juni 2017 ini merupakan upaya early warning atau peringatan dini dari Pemprov Kalbar. Se-Kalimantan, Kalbar adalah provinsi pertama yang mengeluarkan status tersebut.

“Se-Kalimantan baru kita (Kalbar) yang buat. Terhitung mulai tanggal 1 Juni sampai dengan 30 Oktober 2017,” ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalbar,TTA Nyarong.

Prediksi BPBD akan pada potensi bencana kabut asap akibat Karhutla memang benar terjadi. Di sejumlah kabupaten dan kota, kondisinya mulai diselimuti asap meski belum begitu tebal.

Diperkuat dari informasi peta sebaran hotspot Kalbar berdasarkan pantauan Sensor Modis pada 24 Juli pukul 07.00 WIB, sampai dengan 25 Juli pukul 06.00 WIB, sebanyak 23 hotspot tersebar di sejumlah kabupaten. “Yang terdeteksi adanya titik panas (hotspot), di Sanggau ada 5, Ketapang 4, Sintang 5, Kapuas Hulu 4, Bengkayang 2, Landak 1, dan Kubu Raya 2,” sebut Nyarong.

Akibat adanya hotspot, kualitas udara berada pada status sedang. Data konsentrasi partikulat PM10 dari BMKG Stasiun Klimatologi Kelas II Mempawah 24 Juli, kualitas udara berada pada garis kuning (sedang). Nyarong menyatakan, BPDB sudah siap melakukan penanggulangan karhutla. Dari pemetaan karhutla, beberapa lokasi telah dilakukan pemadaman dengan menggunakan water bombing.

“Kita sudah menyiapkan empat buah heli untuk penanggulangan ini. Penempatannya kita bagi tiga wilayah. Heli Kamov dan Bolkow dengan posko di (Bandara) Supadio, Heli MI8 di Sintang, dan Heli Bel di Ketapang,” ungkapnya. “Kalau ada hotspot di daerah-daerah ini, sudah ada pemetaannya, maka kita segera perintahkan untuk dibom. Kita sudah melakukan pengeboman, kecuali Kapuas Hulu. Kapuas Hulu ini tidak bisa dijangkau, karena avtur untuk Kapuas Hulu harus didorong dari darat,” sambung Nyarong.

Lebih lanjut, ia mengatakan, kesiapan Kalbar dalam penanggulangan kabut asap didukung dengan adanya regulasi dan sumber daya. “Yang perlu kita tingkatkan lagi adalah satgas patroli dan pemadaman darat, ini yang belum kita optimalkan,” bebernya.

Satgas patroli dan pemadaman darat ini dari unsur Polri dan TNI. Nyarong mengatakan, diharapkan satgas ini dapat turun ke desa-desa yang masuk dalam pemetaan hotspot.

“Satgas Patroli Kalbar ini anggota TNI yang diperintah oleh Pangdam dan polisi yang diperintah oleh Kapolda. Kita menyarankan dan kita minta (satgas) masuk ke desa-desa yang sudah ditetapkan. Jadi, sebanyak 147 desa di Kalbar sebagai sumber asap akibat kebakaran hutan dan lahan,” papar dia.

SEKALI MEMADAMKAN, BISA HABIS DUIT RATUSAN JUTA

Pascapenetapan status darurat, anggaran untuk penanggulangan bencana kabut asap akibat Karhutla di Kalbar memang luar biasa besarnya. “Tidak terbatas, itu (dana) dari APBN, tadi saya baru pulang dari Jakarta, itu dari APBN,” ucap Nyarong.

Di samping penanggulangan darat, anggaran juga tersedia untuk penanggulangan melalui udara dengan menggunakan empat helikopter yang standby di masing-masing lokasi. Di antara helikopter, jenis Bel berkapasitas angkut sekitar 4 ton air yang dicampur dengan bubuk kimia. Sedangkan Kamov dan MI8, masing-masing berkapasitas sekitar 5 ribu liter.

“Bubuk kimia itu untuk membasahkan lahan gambut. Kalau Heli Bolkow, karena kapasitasnya kecil, ini kita gunakan untuk patroli dan pemadaman di sekitar Supadio, Kubu Raya, Mempawah, Landak,” tukasnya.

Sekali melakukan water bombing, duit negara yang dihabiskan mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah. “Kalau untuk Bolkow antara Rp25 juta sampai Rp30 juta. Kalau untuk Kamov, jenis Bel, sama MI8 antara Rp150 juta sampai Rp175 juta satu kali water bombing,” pungkas Nyarong.

 

Laporan: Ocsya Ade CP, Rizka Nanda

Editor: Mohamad iQbaL