eQuator.co.id – SINTANG-RK. Harga sejumlah kebutuhan bahan pokok di Sintang pada bulan Ramadan ini memang mengalami kenaikan. Bahkan hal tersebut diakui Bupati Sintang, Jarot Winarno saat melakukan sidak di beberapa pasar.
Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) yang dipimpin Sekda Sintang, Yosepa Hasnah juga telah melakukan pemantauan terhadap perkembangan stok dan harga berbagai kebutuhan kokok. Hasilnya juga sama, yakni beberapa komoditi mengalami kenaikan harga.
Menanggapi ha tersebut, Wakil Ketua DPRD Sintang, Terry Ibrahim mengatakan, memang tak bisa dipungkiri setiap menjelang hari besar keagamaan harga kebutuhan pokok selalu merangkak naik.
“Selalu tidak ada yang kita dengar turun, hari besar keagamaan apa pun itu, harga kebutuhan pokok terus mengalami kenaikan,” ujarnya, kemarin.
Pihaknya, kata Terry juga tak hentinya untuk mengimbau kepada instansi terkait, supaya ke lapangan untuk sidak penyesuaian harga. Agar para pedagang tak sembarangan menaikan harga barang.
“Barangkali harga pasar terlampau naik tanpa terkontrol oleh pemerintah. Maka dari itu mohon perhatian dari instasni terkait, supaya tidak membiarkan para pedagang untuk menaikan harga kebutuhan pokok seenaknya saja,” terangnya.
Menurut Terry, pedagang boleh saja menaikan harga, tapi harus sesuai dengan kondisi yang ada. Jangan memanfaatkan moment hari-hari besar untuk meraup keuntungan yang besar pula tanpa memikiran masyarakat.
“Naik boleh tapi sesuai dengan kondisi yang ada, pedangan jangan memikirkan kepentingan dirinya semata,” katanya.
Bagaimana pun kata Terry, umat Muslim bisa tenang menjalankan ibadah puasa, jika kebutuhan pokok di pasaran terlampau tinggi naiknya, sehingga tak terjangaku harganya oleh mereka.
“Marilah kita sama-sama menghargai dan menghormati saudara kita yang sedang menjalankan ibadah puasa. Salah satu caranya harga kebutuhan pokok tak melambung naik,” pungkasnya.
Sementara itu di Kota Pontianak, Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan setempat, Bintoro menyebutkan kesalahan takaran saat membeli bahan pokok memicu persoalan. Salah satunya harga bahan pokok itu bakal lebih mahal.
“Seperti telur, seharunya masyarakat membeli dengan takaran per kilo bukan per butir. Begitu juga dengan beras, harusnya membeli per liter bukan per kilo. Sehingga hal inilah biasanya menyebabkan harga bahan pokok ini menjadi agak lebih mahal. Padahal kalau dibeli dengan takaran yang ditentukan harganya tidak tinggi,” ungkapnya.
Seperti telur, kata Bintoro jika dibeli dengan harga per butir bisa mencapai Rp2.500-3000-an per butir. Sedangkan dibeli dengan kiloan, perkilonya hanya Rp23.000-an saja dengan isi sebanyak 17 butir.
“Tapi kebiasaan masyarakat suka membeli satu-satu. Jadi wajar mereka menyebutnya harga telur naik. Padahal sebetulnya tidak, ini yang harus diubah dan jadi persoalan juga bagi kita,” kata Bintoro.
Belum lagi menjelang Lebaran. Menurutnya harga telur biasanya mengalami peningkatan. Lantaran kebutuhan akan hari raya yang meningkat. Sehingga pihaknya mengimbau masyarakat untuk mencoba mengubah pola cara pembelian bahan pokok tersebut.
Di sisi lain, Kadivre Bulog Kalbar, Bubun Subroto menyatakan stok lima komoditi pangan strategis yang ditangani oleh pihaknya dipastikan aman. Tidak hanya soal pasokannya saja, Bulog juga memastikan harga kelima komoditas ini masih terjangkau untuk masyarakat.
“Jadi masyarakat tidak perlu khawatir untuk pangan yang kita tangani sampai sejauh ini insyaallah masih aman tersedia. Dan harganya juga masih sangat terjangkau,” ungkapnya.
Lima komoditi tersebut yaitu beras, gula, minyak goreng, tepung terigu dan daging beku. Dimana sampai saat ini pangan tersebut di Kalbar dari sisi pasokan dan harga masih seperti sebelumnya dan belum terjadi perubahan.
Misalnya beras premium untuk harganya Rp10.500 per kg. Gula Rp11.000 per kg. Minyak goreng per liter Rp10.500, tepung terigu Rp9.000 per kg. Dan terakhir daging beku Rp80.000 per kg. “Harga ini sudah termasuk harga di tangan konsumen,” ucapnya.
Namun kata Bubun, untuk pasar retail dan modern sendiri, lima komoditi ini memiliki harga yang sedikit berbeda dan sudah ada atura penjualannya masing-masing.
“Yakni harus mengikuti Harga Eceran Tertinggi (HET) yang memang sudah ditentukan oleh pemerintah melalui pihak terkait. Contohnya gula HET Rp12.500 pedagang atau pasar modern ini tidak boleh menjual harga di atas harga itu,” jelasnya.
Kendati demikian, sampai sejauh ini bahkan sepekan sebelum Ramadan, pihaknya bersama kementerian telah melakukan pengecekan di beberapa tempat bahan pangan strategi ini dijual.
“Dan sampai saat ini kami melihat stok dan harga masih relatif stabil. Belum ada gejolak atau kenaikan yang signifikan,” tuturnya.
Laporan : Saiful Fuat/Nova Sari
Editor : Andriadi Perdana Putra