Imlek Bersama Mempersatu Bangsa

Persiapan Festival Sudah 80 Persen

SENI BUDAYA. Atraksi barongsai menghampiri Walikota Awang Ishak pada perayaan Imlek Bersama di Jalan Tani, Kota Singkawang, Kamis (2/2). SUHENDRA

eQuator.co.idSingkawang-RK. Imlek Bersama di Kota Singkawang menjadi perekat keutuhan bangsa. Selain menjalin hubungan silaturahmi juga melakukan tali asih kepada para lanjut usia (Lansia), janda dan warga kurang mampu.

Walikota Singkawang Drs. H. Awang Ishak mengapresiasi kegiatan Imlek Bersama yang digagas Masyarakat Peduli Amal Sosial Singkawang. Ide memberikan santunan bagi para Lansia, janda dan kaum kurang mampu merupakan kegiatan yang baik.

“Imlek Bersama ini menandakan bahwa tidak ada perbedaan terkait masalah etnis,” kata Awang Ishak kepada wartawan di sela merayakan Imlek Bersama di Jalan Tani, Kamis (2/2).

Walikota Awang Ishak menegaskan, kemungkinan Presiden RI Ir. H. Joko Widodo (Jokowi) tidak hadir dalam acara Festival Imlek dan Capgome tahun ini. “Kemungkinan di hari lain beliau ke Singkawang. Tapi informasi secara resmi belum tahu atau kita terima. Beliau kan sudah sering datang ke Kalbar, jadi di waktu yang lain mungkin ke Singkawang,” kata Awang Ishak.

Di tempat yang sama, Ketua Imlek Bersama TJ Juliman mengaku, kebahagiaan Tahun Baru Imlek meruapakan kebahagiaan bersama. “Kita ingin kebahagiaan merayakan Imlek tidak hanya bagi kalangan orang yang berduit saja, namun juga bagi kaum yang kurang mampu,” katanya.

Banyak yang membagikan angpao, kata Juliman, baik di restoran atau tempat mewah lainnya. Namun harus diingat, masih ada kaum yang kurang beruntung seperti para Lansia, orang kurang mampu, panti jompo serta kaum penyandang disabilitas. Mereka juga harus merasakan kebahagiaan saat merayakan Imlek.

“Melalui pertemuan sosial seperti Imlek Bersama ini, semua ras, agama dan suku di Indonesia bersatu dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika tanpa membedakan satu sama lainnya,” ujar Juliman.

Dia berharap, putera daerah Kota Singkawang yang merantau ke Jakarta, dapat membangun tanah kelahirannya. Tidak hanya dari kalangan Tionghoa, namun multi etnis, suku dan agama lainnya. “Lebih penting lagi, mereka semua harus memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa,” tegasnya.

Pada perayaan Imlek Bersama, juga dibagikan peralatan rumah tangga serta kebutuhan masyarakat lainnya. Kegiatan ini dimeriahkan tarian multi etnis NKRI serta barongsai. Kemudian menampilkan seni musik tradisional Fat Jim atau irama delapan dewa yang sudah mulai langka. Musik ini sudah berumur ratusan tahun.

Sudah 80 Persen

Sementara persiapan panitia Imlek dan Capgome 2017 di Kota Singkawang sudah mencapai 80 persen. Selain festival tatung, juga dirangkai dengan kegiatan pawai lampion. Rencananya panggung kehormatan pawai lampion termasuk pawai tatung dipusatkan di Kantor Walikota Singkawang, Jalan Firdaus, Singkawang.

“Untuk panggung kehormatan di Kantor Walikota Singkawang, kita masih berkoordinasi dengan Pak Sekda. Karena banyak tamu yang akan datang ke Singkawang. Sedangkan pendaftaran tatung sudah mulai jalan dan tidak ada hambatan,” ujar Wijaya Kurniawan, SH Ketua Panitia Festival Imlek dan Capgome di sektretariatnya, Kamis (2/2).

Sedangkan pemasangan lampion, sementara ini sudah mencapai enam ribuan. Lampu lampion itu dipasang di jalan protokol Kota Singkawang.

“Kalau bisa sampai sembilan ribuan lampu. Rencananya kami juga akan pasang di Sedau sebagai pintu masuk ke Kota Singkawang,” ujar Wijaya.

Terkait pendaftaran tatung, jelas Wijaya, akan dibuka setiap hari hingga tiga hari menjelang pelaksanaan pawai tatung. Pendaftarannya dibuka hingga pukul 21.00 setiap hari. Mereka yang mendaftar harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan panitia.

“Pastinya tidak boleh mengandung pornoaksi ataupun kesadisan dalam atraksi, serta tidak boleh anak bawah umur,” ujarnya.

Wijaya menepis isu Festival Imlek dan Capgome diwarnai dengan kepentingan politik menjelang Pilwako Singkawang. “Kami tidak mencampuradukan urusan politik dan urusan seni budaya. Jadi kegiatan festival ini murni seni budaya. Apalagi pemerintah daerah telah memfasilitasi, tentu ini sebuah kepercayaan kepada kami. Paling penting bagaimana seni budaya ini dapat dikemas dengan baik,” tegas Wijaya.

 

Laporan: Suhendra

Editor: Hamka Saptono