eQuator – Nanga Pinoh-RK. Warga mulai marak membudidayakan ikan air tawar. Pun begitu, masih belum ada peternak ikan yang mengembangkan ikan yang berkembang liar di Sungai Melawi dan Sungai Pinoh. Lantaran harga ikan kedua sungai besar ini terbilang lumayan mahal.
Meski begitu, ada warga yang mulai merintis usaha ini. Edi, memulai dengan menjala anak ikan di air sungai Melawi yang diyakini bisa dibudidayakan. Namun, upaya ini sangat tradisional. Mesti ada upaya Pemerintah Kabupaten Melawi melalui Balai Benih Ikan (BBI) untuk mengembangkan ikan Sungai Melawi.
“Saya mulai menjala ikan Sungai Melawi yang sepertinya bisa dikembangkan dalam kerambah. Kita coba-coba kembangkan, mudah-mudahan bisa dibudidayakan dalam keramba,” ujar Edi kemarin.
Menurutnya, ikan yang berasal dari Sungai Melawi dan Pinoh termasuk ikan yang mahal di pasaran. Lebih dari Rp40 ribu per kilogram. Ditambah lagi, orang yang suka mengonsumsi ikan ini banyak. Namun, selama ini masih terkendala pada mendapatkan ikan tersebut.
Lantaran ikan baru didapat setelah menangkap di Sungai Melawi atau Sungai Pinoh. Sementara untuk mendapatkan ikan dalam jumlah banyak masih terbilang sulit. Itu pun hanya musim-musim tertentu saja. Misalnya, pasca musim hujan, tapi sebelum musim kemarau. Bila musim kemarau ikan sudah sangat sulit didapatkan.
Meskipun demikian, untuk pengembangan bibit ikan bisa didapatkan setelah air sungai mulai surut atau setelah banjir. Bila ingin mendapatkan bibit dalam jumlah besar pun bisa. Sebab pada saat banjir ikan bertelur, hingga bila air mulai surut banyak sekali anak-anak ikan yang bisa dijadikan bibit.
Cara mendapatkan ikan setelah banjir ini sangat tradisional. Mesti dicari cara yang lebih baik. Yakni dengan menangkap induk ikan di sungai serta melakukan pemijakan.
“BBI bisa melakukan pemijakan, bila potensi diberdayakan secara maksimal. Serta bila akan kemajuan. Jika Pemkab Melawi bisa menyediakan bibit ikan air tawar dari Sungai Melawi dan Pinoh maka daerah akan bisa penyuplai ikan sungai di Kalbar,” ulasnya. (aji)