eQuator.co.id – Sambas-RK. Berbeda dengan daerah lain, masyarakat Kabupaten Sambas merayakan Iduladha sama meriahnya dengan Idulfitri. Umat Islam saling berkunjung untuk bersilaturahmi. Kue lapis juga menjadi menu wajib yang disuguhkan di setiap rumah warga.
Iduladha diperingati umat Muslim merujuk pada kisah Nabi Ibrahim yang bersedia mengorbankan putranya, Ismail. Ketakwaan Nabi Ibrahim membuatnya lulus dari ujian Allah SWT. Atas kuasa-Nya, Ismail diganti dengan domba.
Pagi hari dilaksanakan salat Id di masjid atau tanah lapang. Setelah salat Id, biasanya dilakukan penyembelihan hewan kurban. Jika di Kota Pontianak dan ibukota Kabupaten Sambas, masyarakat tidak saling berkunjung dari rumah ke rumah. Pemandangan berbeda terlihat di perkampungan. Salah satunya di Desa Seburing, Kecamatan Semparuk. Masyarakat merayakan Iduladha sama seperti Hari Raya Idulfitri. “Iduladha disini sama dengan Idulfitri. Kita sama-sama merayakan dengan saling berkunjung,” ucap Munzirin, warga Dusun Mulia, Desa Seburing.
Kue lapis tampak berjejer di meja ruang tamu sebagai suguhan bagi tamu yang datang. Kehadiran sanak keluarga menambah kemeriahan Iduladha. Bahkan, hari raya kurban merupakan saat yang paling tepat untuk berkumpul dengan keluarga. “Idulfitri juga berkumpul dengan anak-anak, namun tidak bisa pada hari yang sama. Ada yang lebaran pertama atau hari kedua baru datang dan tidak selalu menginap. Ketika Iduladha semua anak saya yang telah menikah datang pada hari yang sama,” jelasnya bapak dengan enam anak ini.
Dia bersyukur, anak-anaknya sudah berada di rumah sejak Kamis (31/8) malam. Selanjutnya melaksanakan salat subuh dan Iduladha bersama-sama di kampung. “Anak saya empat orang yang telah menikah, semua berada di rumah. Mereka semua datang karena di daerahnya tidak merayakan Iduladha, jadi mereka merayakannya disini,” ungkapnya.
Begitu pula dengan Sarmili, warga Desa Seburing. Dia juga gembira empat anaknya yang sudah menikah bisa berkumpul di rumahnya. “Si bungsu yang belum menikah. Empat yang lain sudah berkeluarga. Ada yang tinggal di Pontianak, Singkawang dan Sambas, namun ketika Iduladha semua sudah berada disini,” ucapnya.
Berbeda ketika Hari Raya Idulfitri. Meski semua anaknya datang, namun tidak dalam waktu bersamaan. Ketika Iduladha, kata Sarmili, lima anaknya berkumpul pada waktu yang sama. “Mungkin karena bertepatan hari libur, anak-anak datang bersamaan. Jadi teringat masa anak-anak kecil dulu, semua ngumpol lagi,” tuturnya.
Yudi, salah seorang anak Sarmili sengaja pulang kampung. Warga Kota Singkawang itu mengaku suasana Iduladha di kampung halamannya terasa lebih semarak. “Kalau di tempat saya, setelah salat Iduladha melihat hewan kurban lalu seperti hari biasa. Bede disini, dirayakan seperti Idulfitri,” ungkapnya. (sai)