Hindari Kata Autis Sebagai Candaan

*Dari Pencanangan Gammara Autisme di Makassar

Ilustrasi - NET

eQuator.co.id – Bukan menyembunyikan, tetapi setidaknya tidak menyinggung perasaan mereka. Hentikan kata autis sebagai candaan.

FARISAL

Anjungan City of Makassar

RATUSAN penyandang autis yang tergabung dalam Persatuan Orangtua Anak Autistik Makassar (POAAM) memadati Anjungan Citu of Makassar, Sabtu 2 April, malam tadi. Mereka menggelar kampanye untuk menyuarakan peduli autis dengan balutan cahaya berwarna biru.

Sebagai simbol, Light it Up Blue (Liub) hadir untuk memperingati hari peduli autisme. Kampanye ini juga dilakukan sebagai pernyataan dan penerimaan terhadap jutaan individu penyandang autisme beserta keluarganya.

“Kesadaran masyarakat Indonesia khususnya di Makassar tentang autisme sudah cukup tinggi, hanya pemahaman dan penerimaan pada penyandang autisme saja yang masih rendah,” ujar Ketua Umum POAAM, Shinta W Kristanto, malam tadi.

Shinta menambahkan, salah satu bentuk kepedulian terhadap penyandang audis yakni tidak menggunakan kata audis itu sebagai candaan. Mereka harus dijaga perasaannya, agar tidak lebih terpuruk.

“Sebalinya, semangat mereka perlu terus dibangkitkan,” imbuhnya.

Semalam, dejumlah penyandang autis yang mengenakan pakaian berwarna biru juga menunjukkan perkembangannya dengan berbagai game.

Terlebih, pertunjukkan spesial dari salah satu penyandang autis, Brandon (10). Tampil membawakan lagu Terima Kasih Ibu, suasana haru tampak terlihat dari seluruh peserta yang hadir.

Peduli penyandang autisme ini pun disambut baik pemerintah kota Makassar. Walikota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto mengatakan, tahun ini pemkot akan melakukan deteksi autis pada 14 kacamatan yang ada.

“Pencanangan ini sebagai aksi yang nyata peduli autis di kota Makassar. Dari hal ini pemerintah mampu memberikan tempat dan tingkatan yang sama bagi penyandang dan bisa berdampingan dengan masyarakat pada layaknya,” kata Danny. (*)